حكمة صلاة القصر
Hikmah Shalat Qashar
إن الشارع الحكيم شرع لنا صلاة القصر في السفر لحكمة منه أرادها لمصلحة المسلمين. وذلك أن الإنسان إذا كان مسافرًا فهو معرض للأخطار ووعثاء الأسفار إذ يكون دائمًا مشغول البال كما هو معلوم لدى من كابد عناء ومشقة الأسفار.
Allah yang Maha Bijaksana mensyari’atkan kepada kita shalat qashar ketika kita dalam bepergian karena suatu hikmah untuk kepentingan kaum muslimin. Di mana orang yang bepergian mendapatkan bahaya dan kesulitan perjalanan. Dia selalu resah, sebagaimana diketahui bagi orang yang menderita kesulitan bepergian.
ولرب قائل يقول إن السفر لا يكون في كل الأحوال مظنة لحصول المشقة. فكان الواجب أن يفصل في هذا الحكم فنقول له إن الشارع رأى أن الغالب في السفر حصول المشقة حتى قالوا: إن السفر قطعة من العذاب، وقالوا: إن العذاب قطعة من السفر، لأن المسافر يعاني من المشاق ما لم يعان بعضه وهو في حالة الإقامة.
Barangkali ada seorang yang berkata bahwa tidak semua orang yang bepergian mendapatkan kesulitan. Maka mestinya dibedakan secara hukum antara keduanya. Jawabnya: Allah tahu bahwa sebagian besar orang yang bepergian mendapatkan kesulitan hingga mereka menyatakan: Bepergian adalah bagian dari adzab, ada adzab adalah bagian dari bepergian”. Karena seorang musafir itu menanggung derita yang tidak diderita oleh orang yang muqim.
وقد ورد في الكتاب العزيز قوله تعالى:
Disebutkan di dalam al-Quran:
﴿ وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ نَقْصُرُوا مِنَ الصَّلَٰوةِ إِنْ خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوْا إِنَّ الْكَٰفِرِينَ كَانُوا لَكُمْ عَدُوًّا مُّبِينًا ﴾۳
Artinya: “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar shalat, jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”. Al-Nisa’ 101
ولقد ورد أن يعلى بن أمية قال: سألت عمر بن الخطاب. قلت ليس عليكم جناح أن تقصروا من الصلاة إن خفتم أن يفتنكم الذين كفروا وقد أمن الناس. فقال لي عمر: عجبت مما عجبت. فسألت رسول الله فقال: «صدقة تصدق بها عليكم فاقبلوا صدقته».
Disebutkan pula bahwa Ya’la bin Umaiyah berkata: Aku bertanya kepada Umar bin al-Khattab tentang maksud ayat di atas (tidaklah mengapa kamu mengqashar shalat, jika kamu takut diserang orang-orang kafir). Padahal saat sekarang suasana sudah aman. Maka Umar menjawab: Sungguh aku heran dengan kamu. Kemudian aku bertanya kepada Rasulullah, maka beliau berkata: “Jika ada orang yang memberimu shadaqah, terima sajalah shadaqah itu”
ولا يعزب عليك أن القصر واجب في السفر ولو كان السفر لمعصية حتى إذا أتمّ المسافر يكون مسيئًا. والحكمة في ذلك أنه إذا كان العاصي ممن يعلمون مقدار المعصية، ويعلمون أن القصر في السفر رحمة من الشارع بمن يسافر أملى عليه ضميره ووجدانه أن هذه رحمة وحكمة من الشارع الحكيم بأمثاله. فربما يرق قلبه ويعدل عن إتيان المعصية. وهي حكمة بالغة، وذكر في البدائع ما يأتي:
Qashar hukumnya wajib dalam bepergian meskipun untuk maksiat. bahkan walau musafir itu berbuat jahat. Hikmahnya, jika orang yang berbuat maksiat itu mengetahui bahwa qashar merupakan rahmat dari Allah kepadanya dan mengetahui punya maksiat yang telah ia lakukan, maka dlamir dan perasaannya akan dipenuhi dengan hikmah dan rahmat dari Allah Yang Maha Bijaksana. Barangkali hatinya akan terdetik dan berpaling dari berbual maksiat. Inilah hikmah yang jelas. Disebutkan di dalam kitab al-Badai”:
إن الحاج إذا دخل مكة في أيام العشر من ذي الحجة ونوى الإقامة خمسة عشر يومًا، أو دخل قبل أيام العشر ونوى الإقامة لا يصح. لأنه لا بد له من الخروج إلى عرفات. فلا تتحقق نية إقامة خمسة عشر يومًا فلا يصح. وقيل سبب تفقه عيسى بن أبان هذه المسألة. وذلك أنه كان مشغولًا بطلب الحديث.
“Jika seorang yang menunaikan ibadah haji masuk kota Mekkah pada tanggal 10 Dzulhijjah lantas berniat muqim 15 hari, atau masuk Mekkah sebelum tanggal 10 lantas berniat muqim, maka hajinya tidak sah, karena selama waktu itu dia harus pergi ke Arafah. Maka niat mukim 15 hari tidak mungkin terlaksana dan dengan demikian tidak sah. Masalah ini menjadi sebab usaha Isa Ibnu Ibban untuk memperdalam ilmu agama. Suatu ketika dia sibuk mencari hadits,
قال فدخلت مكة في أول العشر من ذي الحجة مع صاحب لي وعزمت على الإقامة شهرًا فجعلت أتم الصلاة فلقيني بعض أصحاب أبي حنيفة فقال: أخطأت فإنك تخرج إلى منى. وعرفت. فلما رجعت من منى بدا لصاحبي أن يخرج وعزمت على أن أصاحبه ورجعت أقصر الصلاة. فقال لي صاحب أبي حنيفة: أخطأت فإنك مقيم فما لم تخرج منها لا تصير مسافرًا. فقلت: أخطأت في مسألة واحدة في موضعين. فدخلت مجلس محمد واشتغلت بالفقه.
Maka dia berkata: Aku masuk Mekkah pada tanggal 10 Dzulhijjah dengan seorang temanku Aku berniat untuk muqim di san selama satu bulan, maka aku menyempurnakan shalat (tidak mengqashar shalat). Sebagian shahabat Abu Hanifah bertemu denganku dan mengatakan: ‘Kamu salah, karena kamu harus pergi ke Mina”. Maka aku mengerti. Ketika aku pulang dari Mina, seorang temanku keluar dari Mina. Aku menemaninya dan aku kembali mengqashar shalat (di Mekkah). Shahabat Abu Hanifah berkata: ‘Kamu salah, karena kamu niat bermuqim. Kalau kami tidak keluar dan Mekkah berarti kamu bukan musafir”. Maka aku berkata: “Aku salah dalam satu masalah pada dua tempat”. Kemudian aku masuk ke dalam masjid Muhammad sibuk mempelajari fiqih.