حكمة صلاة الاستسقاء
Hikmah Shalat Istisqa
إن الإنسان إذا نزلت به الكوارث وأحدقت به المصائب فبعضها قد يمكن أن تكون عنده معدات لأزالتها وبعضها لا يمكن إزالتها بأية وسيلة من الوسائل ولو استعان بالإنس والجن وكل ذي قوة وحول وطول وسلطان.
Ketika datang musibah dan bencana pada manusia, terkadang sebagian bencana itu bisa ditanggulangi dan sebagian yang lain tidak mungkin meskipun dengan menggunakan bermacam-macam sarana dan minta bantuan kepada orang-orang, jin, serta segala macam daya dan kekuatan.
ومن هذه المصائب والكوارث الجدب المسبب عن انقطاع الغيث الذي هو حياة كل ذي روح في الوجود. وبه تخرج الأرض لنا الغذاء المتنوع الأنواع المختلف الثمرات. هذا خلاف المنافع الأخرى العديدة في مصالحنا الكثيرة وضروريات المعاش، فإذا كان الماء أجل نعمة من الباري جل شأنه كانت المصيبة بفقده من أكبر المصائب التي تتضاءل أمامها كل القوى ما عدا قوة الله تعالى القادر على كل شيء.
Di antara musibah dan bencana itu adalah kekeringan yang disebabkan berhentinya hujan yang membawa kehidupan bagi semua yang memiliki ruh dalam wujud. Dengan hujan bumi mengeluarkan buah-buahan yang beraneka ragam untuk kita. Hal ini berbeda dari manfaat-manfaat lain. Kalau air merupakan nikmat utama dari Allah, maka musibah akibat tidak adanya adalah musibah terbesar yang melemahkan segala kekuatan, kecuali kekuat an Allah yang berkuasa atas segala sesuatu.
وإذا كان الإنسان واقعًا في مصيبة ووجد من يقدر على إنقاذه منها فلا شك أن خضوعه له وتذ لله أمامه يكون النهاية القصوى. ولو طلب منه أجرًا لأعطاه ما لديه من المال. فكيف يكون تذ لله الله سبحانه وتعالى في هذه الحالة مع أنه سبحانه لا يريد منه أجرًا.
Ketika manusia berada pada suatu musibah lantas menemukan orang yang mampu menyelamatkannya dari musibah tersebut, tentu tunduk dan merendahkan dirinya di depan penolongnya hingga tingkat puncak. Jika penolong itu minta balas jasa, tentu dia akan memberinya harta yang dimiliki. Bagaimana pula dengan tunduknya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tidak menghendaki balas jasa.
من أجل ذلك جعل الشارع الحكيم صلاة الاستسقاء طلبًا للرحمة والإغاثة بإنزال الغيث الذي هو حياة النفوس فيخرج الناس إلى مكان متسع خارج البلد عادة ويصلون منفردين ضارعين إليه ليغيثهم بالماء. ويستحب أن تخرج الأطفال والشيوخ والدواب ليكون ذلك أظهر في الخضوع وفي تعجيل الرحمة. وقد قال صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Maka Allah Yang Maha Bijaksana menjadikan shalat Istisqa’ sebagai permohonan rahmat dan pertolongan agar Dia menurunkan hujan yang membawa kehidupan. Pada saat itu manusia berbondong-bondong menuju lapangan di luar daerah. Di sana mereka shalat dengan khusyu’ untuk memohon diturunkannya hujan. Disunnahkan agar anak-anak, orang-orang tua, binatang ternak, semuanya datang ke lapangan supaya lebih menunjukkan ketundukan serta proses mempercepat turunnya rahmat. Rasulullah bersabda:
«لَوْ لَا شَبَابٌ خَشِعَ وَبَهَائِمُ رُتِعَ وَشُيُوْخٌ رَكَعَ وَأَطْفَالٌ رَضْعَ لَصَبَّ عَلَيْكُمُ الْعَذَابُ صَبًّا»
Artinya: “Kalaulah tidak karena generasi muda yang khusyu’, binatang Ternak yang digiring, orang-orang tua yang ruku, dan anak-anak kecil yang disusui, niscaya kalian akan ditimpa adzab”.
وقال أيضًا: «هَلْ تُرْزَقُوْنَ وَتَنْصُرُوْنَ إِلَّا بِضُعَفَائِكُمْ»
Artinya: “Kalian tidak diberi rizki dan tida mendapat pertolongan kecuali bersama dengan kaum lemah kalian.”
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ ﴿ ٥٢﴾
Artinya: “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” Hud : 52
وهذه الصلاة ثابتة أيضًا بالكتاب الكريم حيث يقول الله تعالى وقوله الحق: ﴿ فقلت استغفروا ربكم أن كان غفارًا يرسل السماء عليكم مدرارا ﴾ وقد أريد بالاستغفار الصلاة وهي تؤدى في ثلاثة أيام متتابعات من غير جماعة وهي ركعتان.
Yang dimaksud dengan istighfar disini adalah shalat yang dilaksanakan dalam tiga hari berturut-turut tanpa jama’ah dengan shalat dua rakaat.
رُوِيَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الْجُمُعَةَ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَجْدَبَتِ الْأَرْضُ وَهَلَكَتِ الْمَوَاشِي فَاسْقِ لَنَا الْغَيْثُ: فَرَفَعَ رَسُوْلُ اللهِ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ وَدَعَا فَمَا ضَمَّ يَدَيْهِ حَتَّى قَطَرَتِ السَّمَاءِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لِلّٰهُ دُرٌّ أَبِي طَالِبٍ لَوْ كَانَ فِي الْأَحْيَاءِ لَقَرَّتْ عَيْنَاهُ»
Artinya: “Diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melaksanakan shalat Jum’at, maka datang seorang A’rabi berkata: Wahai Rasulullah bumi telah gersang, binatang-binatang mati, maka turunkanlah hujan untuk kami. Maka Rasulullah mengangkat kedua tangannya ke langit dan berdoa. Beliau tidak mengumpulkan kedua tangannya hingga langit menurunkan hujan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata. Demi Allah, alangkah untungnya Abu Thalib jika saja dia masih hidup, tentu akan merasa senang”.
فقال علي كرم الله وجهه: تعني يا رسول الله قوله:
Ali bin Abi Thalib berkata, ya Rasulullah perhatikanlah kata-katanya (kata-kata Abu Thalib):
وَأَبْيَضَّ يَسْتَسْقِي الْغَمَامَ بِوَجْهِهِ ثَمَالَ الْيَتَامَى عِصْمَةً لِلْأَرَامِلِ
Artinya: Dia menengokkan mukanya minta diguyur hujan, guna menghilangkan kesengsaraan anak-anak yatim dan memberikan perlindungan bagi kaum janda”.
فقال صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أجل». وفي بعض الروايات قام ذلك الأعرابي و وأنشد فقال:
Rasulullah berkata: Ya. Pada sebagian riwayat diceritakan bahwa seorang Arabi itu berdiri sambil membacakan syair:
أَتَيْنَاكَ وَالْعَذْرَاءُ يُدْمَى لُبَابُهَا وَقَدْ شَغَلَتْ أُمُّ الصَّبِيِّ عَنِ الطِّفْلِ
Artinya: “Kami datang kepadamu sementara seorang gadis luka hatiny dan ibu dari anak sibuk karena anaknya”.
إلى أن قال:
وَلَيْسَ لَنَا إِلَّا إِلَيْكَ فِرَارُنَا وَلَيْسَ فِرَارُ النَّاسِ إِلَّا إِلَى الرُّسُلِ
Artinya: “Tiada lain bagi kami kecuali kepada engkaulah (wahai Rasulul lah) pelarian kamu. Dan tiada pelarian manusia kecuali kepada para rasul”.
فبكى النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حتى اخصلت لحيته الشريفة. ثم صعد المنبر فحمد الله وأثنى عليه ورفع يديه إلى السماء وقال:
Maka saat itu Rasulullah menangis hingga jenggotnya basah. Kemudian beliau naik ke atas mimbar, memuji Allah, mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berdoa:
﴿ اللّٰهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيْثًا عَذْبًا طَيِّبًا نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ عَاجِلاً غَيْرَ اٰجِلًا ﴾
Artinya: “Ya Allah siramilah kami dengan hujan yang menghujani, segar. baik, bermanfaat tidak berbahaya, segera tidak tertunda”.
فما رد رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يده الشريفة إلى صدره حتى مطرت السماء. وجاء أهل البلد يصيحون: الغرق الغرق يا رسول الله. فضحك رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حتى بدت نواجذه وقال:
Rasulullah tidak menarik kedua tangannya ke dadanya hingga langit menurunkan hujan. Penduduk negeri lantas datang berteriak: Banjir, banjir ya Rasulullah, Rasulullah tertawa hingga tampak gigi-giginya sambil berdoa;
﴿ اللّٰهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا ﴾
Artinya: “Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami dan bukan di atas kami”.
فانجابت السحابة حتى أحدقت بالمدينة كالاكليل. فقال النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الله در أبي طالب لو كان حيًا لقرت عيناه من ينشدني قوله» فقام علي كرم الله وجهه وأنشد البيت المتقدم.
Gumpalan mendung kemudian datang di sekeliling kota seperti mahkota.