حكمة الرضاع
Hikmah Menyusui
هذه الحكمة عظيمة جليلة. وهي ترجع في الواقع إلى فائدتين عظيمتين. أحدهما ترجع إلى الطفل المولود، والأخرى ترجع إلى الأم.
Hikmah menyusui kembali kepada dua kepentingan:
- Kepentingan bagi anak yang dilahirkan.
- Kepentingan bagi ibu.
أما الفائدة التي ترجع إلى الطفل المولود فإن أصح الأغذية للطفل يكون بلبن الأم. ولا يقرب اللبن العادي أو الصناعي من لبن الأم أصلًا. ومن أجل ذلك تجد أن لبن الأم يفيد الطفل في زمن الرضاع فائدة محسوسة.
Kepentingan bagi anak yang dilahirkan adalah bahwa makanan yang paling sehat bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Susu itu tidak sama dengan susu biasa atau susu buatan. Maka air susu ibu pada masa menyusui mempunyai faedah yang sangat besar.
وأما فائدة الرضاع للأم فإنها تقلل من الاستعداد للحمل في مدة الرضاع خصوصًا إنها مفيدة للأعضاء التناسلية.
Sedangkan kepentingan bagi ibu yang menyusui adalah untuk memperlambat kemungkinan hamil pada masa menyusui, di samping untuk memperbaiki alat reproduksi.
وتجد أن الشارع الحكيم أوجب في بعض الأحوال على الأم إرضاع الولد إذا لم يقبل ثدي غيرها خوفًا على هلاكه. كما أنه أوجب على الأب أجرة الإرضاع للأم إذا كانت مطلقة وانقضت عدتها. وتبقى هذه الأجرة على الأب ما دام الطفل يرضع حتى يبلغ حولين كاملين.
Allah mewajibkan kepada seorang ibu untuk menyusui anaknyaa sendiri kalau anak itu tidak mau menyusu selain susu ibunya sendiri karena takut akan berbahaya bagi anaknya, sebagaimana seorang ayah itu diwajibkan untuk membiayai istri yang menyusui meskipun telah ditalak dan sudan habis masa iddahnya. Biaya itu tetap diwajibkan atas ayah selama anak menyusuga sampai dua tahun.
وبعد انقضاء الحولين لا يلزم الأب بأجرة الرضاع سواء فطم الطفل عن اللبن أو لم يفطم. لأن هذه المدة هي نهاية الإرضاع.
Setelah masa dua tahun, tidak wajib bagi ayah untuk membiayai istri yang ditalak meskipun anak tersebut masih menyusui sebab masa dua tahun adalah batas menyusui.
وكثيرًا ما تقع قضايا متنوعة في المحاكم الشرعية المصرية من أجل الرضاع وأجرة الرضاع. وقد قال بعض كبار الأطباء المسلمين في هذا الموضوع ما يأتي:
Sering terjadi beberapa kasus pada Mahkamah Syari’ah Mesir tentang masalah menyusui dan biaya menyusui. Sebagian dokter Islam berkata tentang masalah ini:
مما لا شك فيه طبيًا أن لبن الأم أصح غذاء من كل أنواع اللبن الصناعي واللبن العادي مهما كان. فإنه لا يقرب من لبن الأم. وفائدة الرضاع للأم مهمة، لأن اللبن بالنسبة للأم إفراز لمواد بعضها يتزايد مدة الحمل لهذا الغرض. والرضاعة نفسها مفيدة للأعضاء التناسلية وتقلل من الاستعداد للحمل مدة الرضاع عند البعض.
Menurut ilmu kedokteran, air susu ibu adalah makanan yang paling menyehatkan dari segala jenis susu, baik susu buatan ataupun susu biasa, bagaimanapun tidak bisa mendekati mutu susu ibu. Menyusui mempunyai faedah penting bagi ibu, karena susu ibu adalah merupakan simpanan dari intisarinya yang bertambah banyak ketika hamil untuk tujuan menyusui. Menyusui itu sendiri berguna bagi alat reproduksi dan mengurangi kesiapan hamil pada waktu menyusui, menurut sebagian orang.
وأما مدة الرضاع فهي موضوع فيها آراء كثيرة. ويجب أن نلاحظ صحة المولود وصحة الوالدة والظروف المحيطة بهما. ومما لا شك فيه أن مدة سنتين هي افصى مدة للرضاع. أي بعد ذلك يجب أن يغذى الطفل بغذاء آخر يادة عن اللبن.
Adapun lama susuan, ada beberapa pendapat: kita harus memperhatikan kesehatan bayi, kesehatan ibu yang melahirkan, dan kondisi yang meliputinya. Tidak diragukan lagi bahwa lama susuan dua tahun adalah tempo maksimal. Sesudah itu anak harus diberi makanan lain selain air susu ibu.
وقد تغيرت النظريات الطبيعية في هذه المدة فقد كان الأطباء ينصحون بالرضاع مدة تسعة أشهر فقط. وأحيانًا سنتين ولكن آخر تقرير عمل في سنة ١٩٣٣م عن فائدة الرضاع الطبيعي للجسم يقول إن المدة يجب أن تكون فوق السنة ويستحسن أن تكون سنتين كاملتين.
Teori natural tentang lamanya susuan telah mengalami perubahan. Para dokter menasehati agar susuan itu dilakukan selama sembilan bulan saja. Kadang-kadang dua tahun, tapi menurut hasil penelitian terakhir yaitu tahun 1933 tentang manfaat susu bagi jasmani secara alami bahwa lama susuan harus lebih dari satu tahun dan lebih baik jika dilakukan dua tahun penuh.
وقال الفخر الرازي رضي الله عنه ما يأتي بتصرف:
إن تربية الطفل بلبن الأم أصلح له من سائر الألبان من حيث أن شفقة الأم عليه أتم من شفقة غيرها. هذا إذا لم يبلغ الحال في الولد إلى حد الاضطراربان لا يوجد غير الأم. أو لا يرضع الطفل إلَّا منها. فواجب عليها عند ذلك أن ترضعه كما يجب على كل أحد مواساة المضطر في الطعام.
Al-Fakhrurrazi Radhiyallahu ‘anhu mengatakan sebagai berikut: “Memelihara anak dengan susu ibu lebih baik dari pada semua susu yang lain, karena kasih sayang ibu kepada anak akan lebih sempurna dari pada kasih sayang orang lain. Cara demikian itu dilakukan jika tidak ada keterpaksaan karena tidak adanya orang yang menyusui selain ibu, atau karena bayi itu sendiri tidak suka menyusu kepada orang lain. Pada saat itu ibu wajib menyusui anaknya seperti halnya setiap orang itu wajib memberi makan kepada orang yang membutuhkan.
واعلم أن التحديد بالحولين ليس تحديد إيجاب. لأنه تعالى قال بعد ذلك:
Batas dua tahun bukanlah merupakan batas keharusan karena Allah berfirman:
﴿ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ ﴾١
Artinya: “Bagi orang yang ingin menyempurnakan penyusuan” Al-Baqarah: 233
فلما علق هذا الإتمام بإرادتنا ثبت أن هذا الاتمام غير واجب. ولأنه تعالى قال بعد ذلك:
Karena penyempurnaan yang dimaksud oleh ayat di atas tergantung pada kemauan kita, maka penyempurnaan di sini tidaklah berarti wajib. Di samping itu Allah juga berfirman:
﴿ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ﴾٢
Artinya: “Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya”. Al-Baqarah: 233.
فثبت أنه ليس المقصود من ذكر هذا التحديد إيجاب هذا المقدار. بل أن الأصح أن المقصود منه قطع التنازع بين الزوجين إذا تنازعا في مدة الرضاع فقدر الله ذلك بالحولين حتى يرجعا إليه عند وقوع التنازع بينهما.
Maksud dari batasan yang disebutkan tadi adalah terlaksananya batas dua tahun tersebut, bahkan lebih benar lagi, maksudnya adalah meleraikan perselisihan di antara suami istri jika terjadi pada masa menyusui, maka Allah menentukan masa dua tahun sampai keduanya ruju’ kembali sehabis pertengkaran.
فإن أراد الأب أن يفطمه قبل الحولين ولم ترض الأم لم يكن له ذلك. وكذلك لو كان على عكس هذا. فأما إذا اجتمعا (تعدا) على أن يفطمه الولد قبل تمام الحولين فلهما ذلك.
Jika sang bapak menghendaki untuk memberhentikan susuan anaknya sebelum mencapai masa dua tahun sementara ibu tidak menyukainya, maka pemberhentian itu tidak boleh dilakukan, demikian pula sebaliknya. Apabila suami-istri tersebut memutuskan untuk memberhentikan susuan anak sebelum masa dua tahun penuh, maka pemberhentian itu diperbolehkan.
وكما أوصى برعاية جانب الطفل في قوله تعالى:
Mengasuh anak adalah merupakan wasiat dari Allah sebagaimana tersebut dalam firman-Nya :
﴿ وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ﴾۳
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”. Al-Baqarah: 233.
وصّى الأب برعاية جانب الأم حتى تكون قادرة على رعاية مصلحة الطفل. فأمره برزقها وكسوتها بالمعروف. والمعروف في هذا الباب قد يكون محدودا بشرط وعقد وقد يكون غير محدود إلا من جهة العرف. لأنه إذا قام بما يكفيها في طعامها وكسوتها فقد استعنى عن تقدير الاجرة.
Maka seorang suami diwasiatkan agar memperhatikan istrinya sehingga mampu memelihara kepentingan anaknya. Dia diperintahkan untuk memberikan belanja dan pakaian dengan cara yang ma’ruf. Ma’ruf yang dimaksud dalam masalah ini kadang-kadang dibatasi oleh syarat dan perjanjian dan kadang-kadang tidak ada batasan, tetapi hanya menurut kebiasaan. Asal seorang suami telah memberi makan dan pakaian kepada istri secara cukup, maka dia tidak perlu memberikan upah menyusui.
فإنه إن كان ذلك أقل من قدر الكفاية لحقها ضرر من الجوع والعري. قصررها يتعدى إلى الولد. وأنه تعالى وصى الأم برعاية الطفل أولاً. ثم وصى الأب برعايته ثانيا؛ وهذا يدل على أن احتياج الطفل إلى رعاية الأم أشد من احتياجه إلى رعاية الأب.
Tetapi kalau tidak memberikannya dengan cukup, istrinya akan menderita kelaparan dan kehilangan pakaian. Penderitaan yang diderita ibu akibat kelaparan akan berpengaruh pada bayi. Allah berwasiat pertama kali agar ibu memelihara anak, kemudian yang kedua agar bapak memelihara anak.
لأنه ليس بين الطفل وبين رعاية الأم واسطة البتة. أما رعاية الأب فإنما تصل إلى الطفل بواسطة. فإنه يستأجر المرأة على إرضاعه وحضانته بالنفقة والكسوة. وذلك يدل على أن حق الأم أكثر من حق الأب اه.
Yang demikian itu menunjukkan bahwa kebutuhan anak terhadap asuhan ibu lebih besar dari pada asuhan bapak. Antara anak dan asuhan ibu tidak terdapat jurang pemisah sama sekali, sedangkan asuhan bapak itu bisa sampai kepada anak karena adanya perantaraan, yakni dengan menyewa seorang wanita untuk menyusui dan mengasuhnya dengan memberinya nafkah dan pakaian. Hal itu menunjukkan bahwa seorang ibu mempunyai hak lebih banyak dari pada hak bapak.
وقال الألوسي رضي الله عنه:
Menurut al-Alusi, maksud ayat:
﴿ وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَدَهُنَّ ﴾١
أمر أخرج مخرج الخير مبالغة. ومعناه الندب أو الوجوب إن خص بما إذا لم يرضع الصبي الا من أمه. أو لم يوجد له ظئر أو عجز الوالد عن الاستئجار.
Ayat ini berarti “suatu perintah” walaupun diungkapkan dalam kalimat kha- bariyah (kalimat berita), yaitu suatu perintah untuk sunnah (amr li al-nadb). Tetapi perintah itu bisa berubah menjadi perintah yang wajib (amr li al wujub) kalau anak itu tidak mungkin menyusu kecuali hanya kepada ibunya, anak tidak mau bersama-sama dengan anak orang lain, atau ketika bapak tidak sanggup mencari wanita untuk disewa menyusui anaknya.
والتعبير عنهن بالعنوان المذكور الاستعطافهن نحو أولادهن. والحكم عام للمطلقات وغيرهن كما يقتضي الظاهر. وخصه بعضهم بالوالدات المطلقات. وهو المروي عن مجاهد وابن جبير وزيد بن أسلم. واحتج عليه بأمرين:
Ungkapan بالوالدات (ibu-ibu) adalah menunjukkan adanya rasa kasih sayang yang dimiliki para ibu terhadap anaknya. Hukum ayat tersebut umum, berlaku bagi ibu-ibu yang ditalak atau yang tidak. Namun ada sebagian orang yang mengkhususkan hukumnya untuk ibu-ibu yang ditalak, seperti riwayat dari Mujahid bin Zubair dan Zaid bin Aslam. Mereka memberikan dua argumentasi.
الأول: إن الله تعالى ذكر هذه الآية عقيب آيات الطلاق. فكانت من تتمتها. وإنما أتمها بذلك لأنه إذا حصلت الفرقة ربما رغبت في التزوج بآخر وهو كثيرًا ما يستدعي ! إهمال أمر الطفل وعدم مراعاته. فلا جرم أمرهن على أبلغ وجه برعاية جانبه والاهتمام بشأنه.
- Allah menyebutkan ayat ini sesudah ayat-ayat talak dan ia sebagai penyempurnanya. Disempurnakan dengan ayat itu sebab jika terjadi perceraian boleh jadi sang istri kawin dengan orang lain yang pada umumnya menyebabkan urusan anak tidak diperhatikan. Maka tidak diragukan lagi Allah memerintah mereka untuk memelihara dan memperhatikan anak sebaik mungkin.
والثاني: إن إيجاب الرزق والكسوة فيما بعد للمرضعات يقتضي التخصيص. إذ لو كانت الزوجية باقية لوجب على الزوج ذلك بسبب الزوجية لا الرضاع. اهـ.
- Kewajiban memberi rizki dan pakaian kepada ibu yang menyusui perlu pengkhususan, sebab kalau hubungan suami istri tetap berlangsung, niscaya wajib bagi suami untuk memberikan rizki dan pakaian, karena adanya hubungan suami-istri, bukan karena susuan.
وكل ذلك حكم جليلة وفوائد عظيمة للمسلمين.
Semuanya mengandung hikmah yang mulia dan manfaat yang agung bagi kaum muslimin.