حكمة تحريم نكاح نساء المصطفى على غيره
Hikmah Larangan Bagi Istri-Istri Nabi untuk Kawin dengan Orang Lain
قال الله تعالى في كتابه العزيز:
Allah berfirman dalam al-Quran:
﴿ كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوْا رَسُوْلَ اللهِ وَلَآ أَنْ تَنْكِحُوْا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا إِنَّ ذَالِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللهِ عَظِيْمًا ﴾۳ والحكمة في ذلك من وجوه.
Artinya : “Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya sesudah ia wafat selama-lamanya. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah’. Al-Ahzab: 53.
Hikmah yang terkandung di dalam larangan itu antara lain:
منها أنه أشرف الناس وسيدهم فلا يليق لمن هو دونه من أمته أن يحل محله بعد وفاته أو في حياته ويكون قرينا لزوجته.
- Rasulullah adalah orang yang paling mulia, maka tidak pantas bagi ummatnya untuk menduduki kedudukannya setelah beliau wafat atau ketika masih hidup, lantas menjadi suami bagi bekas istrinya.
ومنها حفظ حرمة زوجاته صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللاتي هن أمهات المؤمنين. ومعلوم أن الرجال قوامون على النساء مسيطرون عليهن. وهن أيضًا خاضعات لهم. ولا يليق أن ينزلن من الدرجة السامية التي نلنها بشرف النبوة ويكن زوجات لمن دونه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في المنزلة والشرف ولو كان من الملوك وأصحاب التيجان.
- Untuk menjaga kehormatan istri-istri beliau yang mereka itu adalah sebagai ibu kaum muslimin. Sebagaimana diketahui bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita dan yang menguasai mereka sehingga mereka tunduk di bawah pria. Maka para istri nabi tidak cocok untuk turun derajatnya, dari derajat yang tinggi akibat mendapatkan kehormatan nubuwat lantas menjadi istri orang selain Rasulullah yang statusnya jelas lebih rendah meskipun mereka itu raja dan penyandang mahkota.
ومنها بقاء ثقة الأمة بهن فتأخذ منهن الأحكام الشرعية والعلوم التي تلقينها عنه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لأن من تزوجت منهن في حياته أو بعد مماته ترتاب فيها الأمة ولا تكون موضع الثقة. فتفقد بذلك الأحكام والأحاديث التي تعلمنها منه ولم يعلمها غيرهن. وفي ذلك خسران عظيم.
- Tetapnya kepercayaan ummat kepada mereka, sehingga ummat mau mengambil beberapa hukum syari’at dan ilmu-ilmu yang pernah didapatkan dari Rasulullah. Kalau seandainya ada orang yang menikahi mereka ketika Rasulullah masih hidup atau setelah wafat, maka kepercayaan ummat akan hilang dan dengan demikian akan lenyaplah hukum-hukum dan hadits-hadits yang mereka pelajari dari Rasulullah yang tidak diketahui oleh orang lain. Tentu yang demikian itu merupakan kerugian besar.
ومنها اتقاء الفتنة بعد وفاته صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لأن الناس بعد وفاته إذا لم يحرم زواجهن يتنافسون على الزواج بهن ويخطبهن العظماء والكبراء وبسبب ذلك تقوم الفتنة على ساق وقدم ويعظم الخطب.
- Menjaga terjadinya fitnah setelah beliau wafat. Jika saja setelah wafat beliau kaum muslimin diperbolehkan untuk kawin dengan istri-istri beliau, maka mereka akan berebutan mengawini para istri dan akan dilamar oleh para pembesar dan orang-orang terkemuka. Yang demikian itu pasti akan menimbulkan fitnah.
ومنها أن من تزوج بإحداهنّ ربما يطمع في الخلافة ويزعم أنه أحق من غيره للشرف الذي ناله بهذا الزواج ويشمخ بأنفه. وهذا مشاهد في الذين ينالون الشرف بمصاهرة الملوك والأمراء والعظماء. فإنهم يرون أنفسهم فوق الناس منزلة ويطلبون المناصب العالية والوظائف السامية في الأمة.
- Orang yang berhasil mengawini salah satu istri Rasulullah bisa jadi akan rakus dalam kepemimpinannya lantas mengaku paling berhak di antara yang lain karena merasa mendapatkan kemuliaan dari perkawinannya itu. Peristiwa semacam itu bisa disaksikan pada orang-orang yang mendapatkan kemuliaan akibat menjadi famili mushaharah (famili akibat perkawinan) dengan para raja, pemimpin atau pembesar lain. Mereka merasa mempunyai kedudukan di atas orang-orang biasa sehingga menuntut kedudukan yang tinggi dan tugas yang penting di antara mereka.
من أجل ذلك وبالنظر لهذه الأسباب وهذه الحكم حرم الله زواجهن واستعظمه بقوله تعالى:
Oleh karena itu, dan karena melihat sebab-sebab dan hikmah-hikmah tersebut, maka Allah mengharamkan manusia untuk mengawini istri-istri Nabi, apalagi dikuatkan dengan firmanNya:
﴿ وَكَانَ عِنْدَ اللهِ عَظِيْمًا ﴾١
“Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar dosanya di sisi Allah”. (Al-Ahzab: 53).