حكمة تحريم زواج من كنّ من جهة النسب
Hikmah Diharamkannya Kawin dengan Perempuan dari Pihak Nasab (Muhrim)
إن تحريم زواج من كنّ من جهة النسب والقرابة أمر لا يقبله الشرع فقط بل والطبيعة الإنسانية وفطرة الإنسان. لا بل الحيوان الأعجم. لأن كثيرًا من أصناف الحيوانات لا يقرب أمه ولا أخته. فكيف بالإنسان العاقل المفك؟
Diharamkannya kawin dengan orang dari satu nasab dan kerabat (muhrim) bukan hanya diterima oleh syari’at saja, melainkan juga diterima oleh tabiat dan fitrah manusia, bahkan oleh sebagian binatang. Ternyata ada beberapa jenis binatang yang tidak mau mencampuri ibu atau saudaranya sendiri. Bagaimana pula dengan manusia yang berakal dan berpikir?
والحكمة في ذلك أن الإنسان يستحي من ذكر لفظ الوطء أمام ذوي قرباه فضلًا عن مباشرته. وأيضًا فإن الزواج فيه إذلال المرأة بالاستفراش وسيطرة الرجال الذين هم قوامون على النساء.
Hikmah yang terkandung dalam larangan itu adalah karena secara naluri, seorang itu malu untuk menyebut kata-kata “persetubuhan” di depan sanak familinya, apalagi sampai menggauli mereka. Kawin dengan nasa sendiri berarti menghilangkan fungsi wanita sebagai pelayan bagi wanita dan laki-laki sebagai pemimpin yang memimpin wanita.
أما الأم فلأنها الأصل في وجود الابن وهو الفرع. أو الكل بالنسبة إلى الجزء. ولا يليق بالفرع والجزء أن يهين الأصل أو الكل وهي التي تجشمت في حمله ووضعه المشاق.
Haram kawin dengan ibu karena dia adalah pokok (ashl) dan anak adalah cabang (far’). Ibu adalah keseluruhan (kulli) dan anak adalah bagian (juz’i) darinya. Maka tidak tepat kalauc abang atau bagian itu merendahkan pokok atau keseluruhan. Di samping itu, ibu menempuh bahaya dan kesengsaraan saat mengandung dan melahirkannya.
وأما البنات فلأن الأبناء بضع الآباء كما قال صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فاطمة بضعة مني» فلا يليق أيضًا إهانتهن. إذ لا يجوز للكل أن يهين الجزء لأن إهانة الجزء هي في الحقيقة إهانة للكل.
Haram kawin dengan anak perempuan sendiri karena anak itu bagian dari bapak, seperti yang dikatakan oleh Rasulullah: “Fathimah adalah bagian dari aku”. Maka tidak tepat pula untuk menghinakan anak-anaknya itu. Tidak boleh bagi yang kulli untuk menghinakan yang juz’i, karena menghina kulli.
وأما الأخوات فهن كنفس المرء. فكيف إذن يهين المرء نفسه، ويظلمها وشر الناس من ظلم نفسه.
Haram kawin dengan saudara perempuan karena mereka ibarat jiwa seseorang. Bagaimana mungkin seorang itu menghina dan menganiaya jiwanya sendiri. Sejahat-jahat manusia adalah orang yang menganiaya dirinya sendiri.
وأما العمات فهن بمنزلة الآباء وإكرام الآباء واحترامهم فرض واجب. والخالات بمنزلة الأمهات فهن في مراعاة الحرمة متساويات.
Haram kawin dengan saudara perempuan ayah karena dia berkedudukan setaraf dengan ayah padahal menghormati ayah itu hukumnya wajib. Sedangkan haram kawin dengan saudara perempuan ibu karena dia berkedudukan setaraf dengan ibu, maka mereka itu sama dalam hal kehormatan.
وأما بنات الأخ وبنات الأخت فهن بمنزلة أولاد المرء فلا تليق إهانتهن. كما لا تليق إهانة بناته.
Haram kawin dengan anak saudara laki-laki dan anak saudara perempuan karena mereka berkedudukan setaraf dengan anak sendiri, maka tidak patut untuk menodai mereka seperti halnya tidak patut menodai anak sendiri.
ومن الحكمة أيضًا في ذلك حفظ النسل من الضرر لأن الشهوة فيهن ضعيفة للاستحياء الأصلي الموجود فيهن. ومتى ضعفت الشهوة قلّ النسل. وإذا وجد لم يكن مستكملًا للصحة كما هو مقرر عند علماء الطب والتشريح.
Hikmah lain dari larangan mengawini perempuan senasab (muhrim) adalah dalam rangka menjaga keturunan dari terjadinya bahaya karena kontak syahwat antara mereka akan terjadi dengan lemah disebabkan rasa malu di antara mereka. Kalau syahwat lemah, keturunanpun menjadi lemah. Kalau begitu maka tidak akan sempurna bagi kesehatan, sebagaimana ditetapkan oleh para ahli kedokteran dan anatomi.
ومن الحكمة في ذلك أيضًا دفع المفاسد. لأن الارتباط الطبيعي بين الجانبين والاشتراك في المعيشة ومقتضيات الأحوال والقرابة كل ذلك داع إلى رفع الحجاب. فالإنسان دائمًا يقع بصره على ذوي قرباه من النساء فلو لم تسد الشريعة الغراء عليه الباب لظل ممتعًا بصره بالنظر إلى جمالهن وحسنهن. وهذا أقرب الأسباب للوقوع في الزنا والفحشاء لضرورة الاستصحاب.
Hikmah lain adalah untuk menolak kerusakan, karena hubungan alami antara keluarga dan kerja sama dalam kehidupan, kehendak keadaan adanya batas antara mereka. Manusia selalu tertuju penglihatannya kepada keluarga perempuan. Kalaulah syari’at Islam tidak membatasi hubungan antara mereka, penglihatannya akan tertuju pada kecantikan dan keindahannya, yang itu merupakan sebab utama terjadinya perzinaan dan kekejian.
وإذا كان بعض الناس يقع بصره على غير اتفاق وغير قصد إلى أجنبية فيظل شاخصًا بصره إليها معجبًا بجمالها. وربما دعته الشهوة البهيمية والحب إلى ارتكاب القبيح. فكيف بمن يقع بصره على من هي في نظره کل آن ولا سبيل لأحد في مشاركته بالاستمتاع لرؤية جمالهن؟
Kalaulah suatu ketika orang itu secara tidak sengaja terbentur pandangannya kepada wanita asing lantas terbelalak matanya terheran-heran oleh kecantikannya, bahkan mungkin nafsu binatangnya mengajak untuk berbuat jelek, bagaimana pula dengan orang yang pandangan matanya selalu terbentur pada wanita setiap saat tanpa orang lain tahu lantas berbuat maksiat karena melihat kecantikannya?
و من الحكمة في ذلك أيضًا ارتفاع الضرر الذي يحصل لو أباح الشارع التزوج بإحدى هذه القريبات. لأنهنّ يوقعن في الحيف والضيم. لأنه إذا حصل شقاق بين الرجل وزوجته التي هي من ذوي قرباه ولا يطلع عليه أحد غيرهما فلا تجد من ينصرها ويأخذ بيدها وينصفها. وهذا ظلم بين وعدوان واضح.
Hikmah lain adalah menghilangkan bahaya yang dihasilkan kalau seandainya syari’at memperbolehkan kawin dengan salah seorang anggota keluarga. Hal itu karena nantinya kaum wanita akan teraniaya dan tertindas. Ketika terjadi pertengkaran antara suami-isteri dari satu keluarga yang tidak diketahui oleh orang lain, maka istri tidak mendapatkan orang yang bisa menolongnya. Inilah aniaya dan permusuhan yang nyata.
ومن الحكمة في تحريمهن أيضًا منع العضل. لأن الولي إذا أعجبته إحدى قريباته ممن ذكرن شحّ بها على غيره ومنعها من الاقتران ولو كان الزوج من أعظم الناس. وفي ذلك من الضرر ما لا يخفى.
Hikmah lain adalah untuk mencegah bahaya karena kalau seandainya seorang wali itu tertarik kepada salah seorang wanita dari keluarganya yang telah disebutkan tadi, dia akan menolak laki-laki lain yang ingin mengawininya walaupun calon suami itu berasal dari keluarga yang paling mulia. Jika yang demikian itu berlaku, pasti sangat berbahaya.
من أجل ذلك وبالنظر لهذه الحكم الجليلة حرم الله التزوج بهن تحريمًا مؤبدًا وهي حكمة بالغة من الشارع الحكيم.
Dengan memandang hikmah yang agung ini, maka Allah mengharamkan kawin dengan mereka untuk selama-lamanya, yaitu suatu hikmah yang sangat besar dari Allah Yang Maha Bijaksana.