حكمة الشفعة
Hikmah Syuf’ah
كلنا يعلم أن ة جميع الشرائع سواء أكانت سماوية أو وضعية قالت بالشفعة. والشريعة المحمدية الغراء أجازتها على أكمل الوجوه وأتم نظام للفوائد المترتبة عليها وإليك البيان:
Kita masing-masing mengetahui bahwa syari’at itu, baik yang sanawi atau wadl’i (buatan manusia) mengakui adanya syuf’ah. Syari’at Muhammad yang sangat bagus jelas membolehkan untuk melakukannya sesempurna dan serapi mungkin karena banyaknya manfaat.
منها أن يكون أحد الشريكين راغبًا في بيع حصة من دار أو أرض فيأتي المشتري وربما كان عدوا للشريك الآخر فيشتري هذه الحصة ويجاوره. وأنت تعلم أن الجوار في الغالب إن لم يراع الإنسان فيه الشروط الشرعية يسبب البغض في النفوس والحقد في القلوب فضلًا عن وجود الحسد بغير جوار.
Di antaranya: Dua orang berteman memiliki sebidang tanah atau sebuah rumah. Seorang di antara mereka hendak menjual sebagian miliknya. Maka datanglah seorang pembeli untuk membelinya dan kemungkinan akan tinggal di situ menjadi tetangganya yang kadang-kadang memusuhi teman yang masil tinggal di tempat itu.
فيؤذي الشريك الآخر بهذا الجوار. وربما يكون المشتري من ذوي الأخلاق الفاسدة والنفوس الشريرة الذين لا يعرفون حرمة الجوار فيصل منهم الأذى إلى جاره ولقد قال صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Sementara kita mengatahui bahwa seorang tetangga jika tidak memiliki adab sopan santun bertetangga pada umumnya akan menimbulkan kebencian dalam hati dan menumbuhkan kedengkian. Meskipun dengki sendiri pada hakekatnya bisa timbul bukan hanya karena bertetangga. Tetapi cara bertetangga yang demikian akan menyakitkan orang lain. Mungkin pembeli ini orang yang berakhlak buruk dan berhati jahat serta tidak mengenal kehormatan tetangga sehingga menyakitinya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سُيُوْرِثُهُ»
Artinya: “Jibril selalu mewasiatkan kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga sehingga engkau mengira bahwasanya ia akan mewariskannya”.
Di dalam hadits lain disebutkan:
وقال أيضًا: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ».
Artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tetangganya.”
ومنها أن الجار ربما يكون في حاجة إلى هذه الحصة كأن يكون بيته أو حانوته ضيقًا ويريد اتساعه. أو تكون الأرض بجوار مزارعه ويحتاج لها. وهكذا من الأمور التي تفيد الجار.
Disamping itu mungkin tetangga suatu ketika akan membutuhkan sebagian dari tanah atau rumah orang lain seperti yang telah disebutkan di atas karena rumah atau toko miliknya sempit dan hendak melebarkannya. Atau menghajatkan tanah sawah yang ada disampingnya. Dan demikian selanjutnya dari masalah-masalah yang berkaitan dengan tetangga.
من أجل ذلك كله جعل الشارع الحكيم الشفعة وأجازها. وأن الجار أو الشريك له الحق في الأولوية والتقدم على غيره في الشراء إلَّا إذا أسقط حقه بامتناعه عن الشراء.
Untuk itu Allah Yang Maha Bijaksana mensyari’atkan Al Syuf’ah dan membolehkannya. Tetangga atau kawan mempunyai hak kuasa untuk mengajukan pembelian tanah atau rumah kepada orang lain yang menjadi tetangganya. Kecuali bila haknya telah hilang karena halangan untuk membelinya.
أما الحيل الفاسدة الباطلة التي يحتال بها المشترون ليضرون بها الجار فإن الشارع الحكيم يأباها ولا يرضاها بتاتًا إلا إذا تضمنت الحيلة رفع ضرر فإنها تجوز شرعًا.
Adapun alasan-alasan tidak benar yang dimanfaatkan oleh pembeli untuk merusak tetangga, maka Allah Yang Maha Bijaksana enggan menerima dan tidak meridlainya sama sekali. Kecuali apabila alasan-alasan itu bersifat menghilangkan kemadlaratan, maka hal itu tidak boleh secara hukum.