حكمة الإقالة
Hikmah Iqaalah
قد يتفق أن اثنين يتبايعان ويريا من مصلحتهما فسخ هذا العقد. فالشارع الحكيم رحمة بهما شرع الإقالة وأجازها. فإذا أقال البائع المشتري فقد صنع معروفًا يدل على كرم أخلاقه وطيب عنصره وسخاء يده وطهارة قلبه. وبرهن على أنه من ذوي الآداب العالية والذوق السليم. ويكون قد استوجب الأجر والثواب من الله في الدار الآخرة والشكر من الناس في الدنيا.
Suatu saat dua orang sepakat untuk jual beli kemudian keduanya berpendapat untuk mencabut akadnya demi kebaikan mereka bersama. Allah Yang Maha Bijaksana mensyari’atkan Iqaalah* dan membolehkannya sebagai rahmat bagi kedua orang itu. Apabila penjual mencabut (aqadnya) kepada pembeli berarti ia telah berbuat kebaikan yang menunjukkan atas kemuliaan budinya, kedermawanan dan kesucian hatinya. Dan membuktikan bahwa ia termasuk orang yang berbudi tinggi dan berperasaan sehat. Ia mendapatkan pahala dari Allah di akhirat dan berterima kasih kepada ma- nusia di dunia.
وصدق فيه قوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Nabi SAW bersabda:
«مَنْ أَقَالَ نَادِمًا بَيْعَتَهُ أَقَالَ اللهُ عَثْرَتَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ».
Artinya: “Barangsiapa mencabut jual belinya terhadap orang yang menyesal niscaya Allah mencabut kekeliruani dosanya pada hari Kiyamat”.
هذا إذا كانت الإقالة بالثمن الأصلي أما إذا طلب زيادة فقد خرج عن هذه الأوصاف المتقدمة ولم ينطبق عليه الحديث الشريف المتقدم وغيره من الأحاديث الواردة في هذا الباب.
Hal ini bisa dilakukan terhadap harga semula. Adapun jika iqaalah itu dilakukan karena menuntut tambahan, maka sungguh telah keluar dari penjelasan yang telah lampau dan tidak sesuai dengan hadits yang telah di sebutkan, demikian pula tidak cocok dengan hadits-hadits lain yang bersangkutan dengan masalah ini.
* Iqaalah ialah pencabutan aqad jual beli karena penyesalan