حكمة الوقف
Kitab Wakaf
حكمة الوقف من أجلِّ الحكم ونعمتها العائدة على الموقوف عليه من أعظم النعم. إن من الفقراء من هم عاجزون عن الكسب إما لصغر أو ضعف في القوى المرض أو لغير مرض كالنساء اللاتي لا قدرة لهن على مباشرة الحرف والصنائع وغير ذلك من أعمال الرجال.
Wakaf mempunyai hikmah yang sangat tinggi dan merupakan nikmat yang sangat agung bagi yang menerimanya. Kaum fakir itu tidak mampu mencari penghidupan, baik karena usia yang masih kecil, atau lemah karena sakit. Seperti halnya wanita tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh kaum pria. Atau seperti wanita-wanita stres dan mabuk karena tertimpa kesedihan.
أو يكن من المخدرات اللاتي أخنى عليهن الدهر. أو كان الذين أصابهم الفقر هم من ضمن الذين شرعت لهم الزكاة كأن يكونوا في عز من الغنى والجاه ثم أصبحوا بعد عز الغنى في ذل من الفقر والفاقة فإذا ما باشروا الأعمال الخسيسة أثر ذلك في نفوسهم وآلم عواطفهم.
Atau seperti orang-orang yang menderita kemiskinan yang menurut hukum termasuk orang-orang yang berhak mendapatkan zakat. Atau seperti orang-orang yang mulia karena kekayaan dan kedudukan, namun kemudian menjadi hina karena menderita miskin dan papa. Apabila mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan yang hina maka jiwa mereka akan merasa sakit dan tertekan.
لأن الانتقال من العز والجاه إلى الفقر والمسكنة شديد وقعه وألمه على النفوس. فهؤلاء هم أولى الناس بالرحمة والشفقة والحنان. فإذا ما حبست عليهم الأعيان وأجريت عليهم الصدقات استراحوا من عناء الفقر وخرجوا من ربقة العسر، وهانت عليهم مصائب الدهر، وكان للواقف من الله ذي الجلال والإكرام عظيم الأجر يوم لا ظل إلَّا ظله.
Sebab perpindahan dari kemuliaan dan kehormatan menuju kepada kemiskinan dan kefakiran akan menekan rasa sakit di dalam jiwanya yang sangat berat. Jika demikian maka mereka adalah manusia yang paling utama untuk mendapatkan rahmat dan kasih sayang. Apabila anda menahan orang-orang besar yang kaya dan anda memberikan zakat kepada mereka niscaya mereka akan merasa lega dan terbebas dari menderita kemiskinan lepas dari ikatan kesukaran hidup, serta kesedihanpun menjadi reda. Orang yang memberikan waqaf mendapatkan pahala yang agung dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Mulia pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindunganNya.
يوم أن توزن الأعمال فينال كل ما أعده الله له من الأجر العظيم والنعيم المقيم. وكذلك الحال فيمن وقف على المساجد وأهل العلم والمعاهد الدينية فإن ثوابه قل فيه ما شئت وحدّث عنه ولا حرج.
Pada suatu hari dimana amal perbuatan ditimbang kemudian masing-masing memperoleh pahala yang besar dan nikmat yang agung dari Allah. Demikian pula orang yang mewakafkan sesuatu untuk masjid, para cendekiawan, dan lembaga-lembaga keagamaan maka pahalanya terserah tak ada dosa bagi anda bagaimana hendak mengatakan.
واعلم أيضًا أن من الأغنياء من أعطاهم الله الأموال الطائلة والثروة الواسعة وتوجسوا خيفة من ذريتهم أن يبددوا هذه الثروة لسوء التصرف مطلقًا فهم حرصًا على مصالحهم ومصلحة ذريتهم وأقاربهم الذين يتركونهم بعد وفاتهم يوقفون عليهم الأعيان. فإذا وقفوا ذلك تمت لهم السعادة بحفظ مصادر الثروة من الضياع وبمنع الأيدي من التلاعب بها بالبيع أو الهبة أو غير ذلك.
Ketahuilah bahwa orang-orang kaya yang dikaruniai harta dan kekayaan melimpah, sementara khawatir anak keturunan mereka akan merusak kekayaan karena tindakan yang jelek, dan juga tamak akan kepentingan keluarga mereka sendiri seperti yang mereka tinggalkan jika mereka mewakafkannya niscaya mendapatkan kebahagiaan lantaran mereka memelihara sumber kekayaan dan mencegah tangan yang mempermainkan harta kekayaan dengan cara menjual belikan, memberikan cuma-cuma atau dengan cara lainnya.
وبذا يكون النفع مستمرًا والفائدة غير منقطعة. ويكون للواقف أجران: أجر منع تطرق الفقر إلى الذرية. وأجر المحافظة على مصدر الثروة من الضياع. وهذان الأجران لا ينقطع مددهما ما دام الليل والنهار. ولقد ورد في الحديث الشريف قوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لعمر بن الخطاب رضي الله عنه:
Dengan demikian akan mendatangkan manfaat yang tiada putus-putusnya. Orang yang mewakafkan hartanya, akan mendapatkan dua pahala, yakni pahala karena mencegah kemiskinan yang akan menimpa anak cucunya. Dan kedua pahala memelihara sumber kekayaan dari kemusnahan. Kedua pahala ini tidak akan terputus selama masih ada siang dan malam. Telah disebutkan di dalam hadits bahwa nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘anhu :
«إِذَا شِئْتَ حَبَسْتَهَا وَتَصَدَّقْتَ بَغْلَتَهَا»
Artinya: “Jika engkau menghendaki, maka simpanlah dan sedekahkanlah baghinya.”
وقد ورد كثير من الأحاديث الشريفة في هذا الصدد.
Banyak hadits yang berkenaan dengan masalah ini.
والحكمة في ذلك أيضًا أن المرء الكريم النفس الرقيق العاطفة الرحيم بالضعفاء المستنير قلبه بنور الإيمان يحب دائمًا أن يكون الخير واصلًا إلى هؤلاء الذين ذكروا ولعلمه بعد وفاته أن تكون ثروته في أيدي من يتصرف فيها بالبيع وغيره وتخرج من ملك الوارثين إلى غيرهم.
Hikmah yang lain, bahwa orang yang berjiwa dermawan, berperasaan lembut, berkasih sayang kepada kaum lemah, dan hati mereka dengan disertai iman selamanya menginginkan agar kemakmuran sampai ketangan orang-orang yang telah disebutkan. Karena ia mengetahui bahwa sesudah wafat harta kekayaannya akan jatuh ke tangan orang-orang yang hendak memanfaatkan dengan menjualbelikan atau dengan cara lain dan berpindah dari hak milik ahli waris kepada orang lain.
فبحبس الأعيان يكون قد نال الغرضين. أو لإبقاء العين حتى لا يتصرف فيها. ومن الحكمة أيضًا وصول المدد إلى من حبس عليهم بلا انقطاع. فيكون قد احتاط فـ الأمر ونال عظيم الأجر.
Dengan memelihara kekayaan demikian ia mempunyai dua maksud. Pertama, menetapkan kekayaan agar tidak dimanfaatkan. Dan kedua, bantuan itu sampai kepada orang yang dikehendakinya tanpa terputus di tengah jalan. Berarti ia telah berhati-hati dalam urusan dan mendapatkan pahala yang besar.
وأول وقف حصل في الإسلام وقف النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فقد ورد أنه عليه السلام وقف وتصدق بسبع حوائط (بساتين) بالمدينة المنورة بعد رجوعه من غزوة أحد على الفقراء والمساكين وابن السبيل وذوي الرحم.
Wakaf yang pertama kali di dalam Islam adalah wakaf nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan bahwa beliau mewakafkan dan menyedekahkan tujuh bidang kebun di Madinah Al Munawarah sepulangnya dari Perang Uhud untuk para fakir miskin, Ibnu Sabil dan saudara yang masih ada hubungan darah.
وأول من وقف من الصحابة عمر بن الخطاب رضي الله عنه فقد روى البخاري. أن عمر تصدق بمال له على عهد رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وكان يقال له (تمغ) وكان نخلًا. فقال عمر يا رسول الله: إني استفدت مالًا وهو عندي نفیس به فأردت أن أتصدق به.
Di antara sahabat yang pertama kali mewakafkan hartanya adalah Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘anhu. Imam Bukhari telah meriwayatkan bahwa Umar bersedekah dengan harta miliknya pada zaman rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. saat itu dikatakan kepadanya: “Timgha” dan ternyata pohon kurma. Maka Umar menjawab. Hai Rasulullah sesungguhnya aku memanfaatkan suatu harta dan ia sangat berharga bagiku, maka aku hendak menyedekahkannya.
فقال النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تصدق بأصله لا يباع ولا يوهب ولا يورث ولكن ينفق ثمره» فتصدق به عمر رضي الله عنه في سبيل الله وفي الرقاب والمساكين والضيف وابن السبيل ولذي القربي. ولا جناح على من وليه أن يأكل منه بالمعروف أو يؤكل صديقه غير متمول به.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, sedekahkanlah dan pokoknya tidak dijual, tidak dihibahkan, dan tidak diwariskan akan tetapi diberikan hasilnya. Maka Umar Radhiyallahu ‘anhu. menyedekahkannya untuk fi sabilillah, budak, orang-orang miskin, ibnu sabil, dan untuk keluarga dekat. Dan tidak ada dosa bagi orang yang mengelolanya untuk memakan dengan cara yang baik, atau orang yang tidak ikut menanam modal boleh juga memakannya dengan cara yang baik.
ووقف أبو بكر رضي الله عنه رباعًا له كانت بمكة. ووقف علي بن أبي طالب كرم الله وجهه شيئًا يملكه على الفقراء والمساكين وفي سبيل الله وذوي الرحم القريب والبعيد. وقال: أبتغي بذلك مرضاة الله يوم تبيض وجوه وتسود وجوه لا تباع ولا توهب ولا تورث.
Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu. mewakafkan seperempat dari harta miliknya yang berada di Mekah. Ali bin Abi Thalib karramallah wajhah mewakafkan sebagian harta miliknya untuk kaum fakir miskin, fi sabilillah, keluarga dekat dan jauh. Dan ia mengatakan: Dengan begitu aku mengharap ridla Allah di hari mana sebagian wajah kelihatan menjadi putih dan sebagian wajah yang lain menjadi hitam. Tetapi tidak dijual, tidak diberikan, dan tidak pula diwariskan.
ووقفت عائشة رضي الله عنها وأم سلمة، والسيدة صفية، وكذلك وقفت أم حبيبة بنت أبي سفيان أرضًا لها كانت بالغابة بالقرب من المدينة على مواليها وعلى أعقابهم، وأعقاب أعقابهم حبسًا لا يباع ولا يوهب ولا يورث وقد وقف أنس رضي الله عنه دارًا له بالمدينة. وقد وقف ابن عمر نصيبه من دار عمر سكنًا لذوي الحاجات من آل عبد الله.
Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Ummu Aslamah, Sayidah Shafiah, dan juga Ummu Habibabh binti Abi Sufyan mewakafkan tanah di hutan dekat Madinah kepada para hamba yang dimerdekakan dan anak cucunya sebagai pertahanan yang tidak dijual, tidak dihibahkan, dan tidak pula diwariskan. Anas Radhiyallahu ‘anhu. juga telah mewakafkan rumahnya di Madinah. Ibnu Umar telah mewakafkan sebagian rumah yang diterima dari Umar kepada keluarga Abdullah yang miskin.
ووقف الزبير بن العوام دوره على بنيه لا تباع ولا توهب ولا تورث والمردودة من بناته لها أن تسكن في هذه الدور غير مضرة ولا مضار بها فإن استغنت بزوج فليس لها حق السكن.
Zubair Ibnu Awam mewakafkan rumah untuk anak cucunya yang tidak dijual, tidak dihibahkan, dan bagi anak-anaknya yang perempuan yang ditalak (suaminya) tidak dilarang untuk menempati rumah itu, kemudian bila tidak membutuhkan lagi karena telah bersuami maka tidak berhak untuk menempatinya.
وروي عن أنس بن مالك قال لما نزل قوله تعالى:
Diriwayatkan dari Anas bin Malik mengatakan ketika firman Allah turun:
﴿ مَّنَ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللهَ قَرْضًا حَسَنًا ﴾١
Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik.” (Al Baqarah: 245).
وقوله: ﴿ لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّٰى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ﴾٢
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempur- na), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai“. (Ali Imran 92).
قال أبو طلحة للنبيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: حائطي الذي بموضع كذا وكذا الله. والله يا رسول لو استطعت أن أسر ما أعلنته فقال رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Abu Thalhah mengatakan kepada nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam: Kebunku yang terletak begini dan begitu milik Allah. Demi Allah hai Rasulullah andaikata aku mampu merahasiakan niscaya aku tidak memberitahukannya. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. bersabda:
«اِجْعَلْهُ فِي فُقَرَاءِ قَوْمِكَ»
Artinya: “Peruntukkanlah kebun itu bagi orang-orang fakir golonganmu’.
فجعله أبو طلحة لأبي بن كعب وحسان بن ثابت. ولا يخفى أن الحائط هنا يفسر بالأرض ذات النخيل والشجر والزرع .
Maka Abu Thalhah memberikannya kepada Ubayi bin Ka’ab dan Hisan bin Tsabit. Jelaslah bahwa kebun di sini ditafsirkan sebagai tanah yang didalamnya terdapat pohon kurma, dan pepohonan lainnya dari tanaman pertanian.
وقد روى محمد بن بشير بن حميد عن أبيه أن عمر بن عبد العزيز رضي الله عنه دعا لنا بتمر من صدقة رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فأتي بتمر في طبق فقال.
Muhammad ibnu Basyir ibnu Hamid meriwayatkan dari ayahnya bahwa Umar bin Abdul Aziz Radhiyallahu ‘anhu. memintakan kurma dari sedekah Rasulullah untuk kami, maka ia membawa sepiring kurma kemudian mengatakan:
تب إلي أبو بكر بن حزم يخبرني أن هذا التمر من العذق (النخل) الذي كان على عهد رسول الل صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وكان رسول الله يأكل منه. فقلت يا أمير المؤمنين أقسمه بيننا فقسمه فأصاب كل واحد منا تسع تمرات. وقد ورد في الحديث الشريف قوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Abu Bakar bin Hazm menulis surat kepadaku memberitakan bahwa kurma ini dari tangkai buah pohon kurma yang ada sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. dan dahulu beliau makan buah Kurma dari pohonnya. Maka aku menjualnya hingga kita masing-masing mendapatkan sembilan buah kurma. Telah disebutkan di dalam hadits bahwa nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ».
Artinya: “Jika anak adam meninggal maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak yang shaleh yang mendo’ akannya”.
وإذا كانت حكمة الوقف هذه الحكمة، وفائدته هذه الفائدة. فقد وجب على من يكونون نظارًا أن يتقوا الله سبحانه وتعالى فيما عهد إليهم مراعاته وحفظه من أموال المسلمين، وأن يكونوا أشد الناس خوفًا من العذاب يوم لا ينفع مال ولا بنون إلَّا من أتى الله بقلب سليم.
Apabila demikian besar manfaat dan hikmah wakaf, maka wajib bagi orang yang menerima harta wakaf (Nazir) untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. terhadap apa yang dijanjikan kepadanya dalam memelihara harta kaum muslimin. Ia harus menjadi orang yang paling takut terhadap siksa pada hari mana harta dan anak tidak berguna kecuali bagi orang yang datang kepada Allah dengan hati yang suci.
فإن في أعناقهم قصرًا لا يحسنون التصرف في الأموال، ونساء أرامل لا يقدرون على عناء الأعمال، وفقراء في أشد الحاجة إلى سد العوز، وشيوخًا ركعًا قد أفناهم الزمن وأهلكتهم حوادث الأيام.
Sungguh di lehernya terdapat kalung besi jika ia menyelewengkan harta wakaf. Sementara kaum janda tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan berat, kaum fakir miskin sangat menghajatkan bantuan, dan golongan orang jompo tidak bisa berbuat apa- apa.
وعلى الجملة لا يكون الإنسان كاذبًا إذا قال إن من يمد يده على شيء من الأعيان المحبوسة أو ريعها بغير وجه حق شرعي يكون قد فعل أكبر جريمة، ويكون أشنع من اللصوص وقطاع الطريق.
Ringkasnya orang tidak akan berdusta bila ia mengatakan bahwa barangsiapa yang mengambil sesuatu dari harta titipan (harta wakaf) atau mengembangkannya dengan cara yang tidak sah berarti ia melakukan kejahatan yang paling besar. Ia lebih jahat dari pada pencuri dan lebih kejam dari pada perampok.
وذلك أن اللص يحتال ويسلب من غيره. وهذا لا يحتال بل يأخذ ويسلب ماهو مؤتمن عليه. واللص يكون ضرره في الغالب واقعًا على الأحياء، وهذا يسطو على حقوق الأحياء والأموات.
Karena pencuri menipu dan merampok harta orang lain, sedang orang yang memakan wakaf tidak menipu tetapi merampas dan mengambil apa yang dipercayakan kepadanya. Dan bahaya pencuri pada umumnya menimpa orang-orang yang hidup, sedang memakan harta wakaf melanggar hak-hak orang yang hidup dan orang yang mati.
واللص لا يسطو في الغالب إلَّا على من هم مظنة الغنى والثروة، وهذا يسطو على الضعفاء والمساكين والأرامل والأيتام ويقطع ما أمر الله به أن يوصل.
Pencuri kebanyakan tidak melanggar hak kecuali orang-orang yang diduga menjadi sumber kekayaan. Sedang melanggar atau menyelewengkan harta wakaf berarti menindas kaum lemah, atau memberhentikan apa yang diperintahkan Allah untuk menyampaikannya.
فما أعظم ذنب هؤلاء النظار إذا خانوا وما أجل أجورهم إذا أرضوا الله والرسول والناس ومن حبسوا الأعيان ابتغاء مرضاة الله وخدمة بني الإنسان.
Alangkah besar dosa para nazir apabila mereka berkhiyanat. Dan alangkah besar pahala mereka, apabila mencari ridla Allah, RasulNya, dan manusia serta orang-orang yang menitipkan harta kekayaan karena meng harap ridla Allah dan berbakti kepada manusia.