حكمة أدب المرء في نفسه
Hikmah Adab Sopan Santun Seseorang di dalam Dirinya
يقال في الحكم وجوامع الكلم: أدب النفس خير من أدب الدرس. وأدب المرء في نفسه هو أن يتخلق بالأخلاق الفاضلة والآداب الكاملة. وقد قال العلماء والحكماء فيه كثيرًا من الحكم نثرًا وشعرًا وضرب أمثال.
Dikatakan di dalam hikmah dan peribahasa: Adab sopan santun di dalam diri (seseorang) lebih baik dari pada adab sopan santun (dalam bentuk) pelajaran. Adab sopan santun seseorang di dalam dirinya adalah orang yang berperangai dengan akhlak yang utama dan dengan adab sopan santun yang sempurna. Para ulama dan ahli hikmah menyebutkan “adab sopan santun di dalam diri sendiri” di dalam banyak hikmah (ungkapan) apakah itu berbentuk natsr (prosa), syair (puisi), dan menggunakan bahasa personifikasi lainnya.
بل قد ألفت كتب ووضعت فيه رسائل ضافية الذيول. ومهما كتب الكتاب وألف المؤلفون فلا يأتون بمثل ما جاء في الكتاب العزيز والحديث الشريف من الأوامر والنواهي المتعلقة بآداب المرء في نفسه، وهي كثيرة سنورد بعضها بعد أن نقول الكلمة الآتية :
Bahkan banyak buku disusun dan berbagai risalah yang panjang lebar membicarakan tentang adab sopan santun di dalam diri. Meskipun para penulis dan para pengarang membuat dan menyusun karya-karya mereka dalam hal itu, tetapi tidak mungkin membandingi semua perintah dan larangan adab sopan santun di dalam diri yang disebutkan di dalam Al Qur’an. Ayat-ayat tersebut banyak jumlahnya dan akan kita utarakan nanti sesudah kita memberikan penjelasan berikut:
إعلم أن الأوصاف الباطنية يجب أن تكون على حسب الطبائع التي يتركب منها الجسم. وهي اليبوسة، والبرودة، والحرارة، والرطوبة. وبيان ذلك أن هذه الطبائع وجدت في الجسم بحالة وسطى مقدرة تقديرًا باعتدال كافل للحياة.
Ketahuilah bahwa sifat-sifat bathiniah harus sesuai dengan watak-watak anggota jasmani. Seperti kering, dingin, panas, dan lembab. Sifat-sifat ini terdapat di dalam tubuh yang dengan keseimbangannya dapat memelihara kehidupan.
وذلك أن الحرارة إذا زادت عن قدرها الكافل لاعتدال الجسم ووجود الصحة تطرق إلى الجسم الضرر. وكذلك إذا نقصت. وهكذا في سائر الطبائع وعلى هذا القياس تكون الأوصاف الباطنية الفاضلة، فالشجاعة مثلًا من الأوصاف الفاضلة ولكن إذا زادت عن هذا الاعتدال عدت تدهورًا وإلقاء بالنفس إلى التهلكة. والحلم من الأوصاف الفاضلة.
Yakni jika kadar panas melebihi ukuran yang memelihara keseimbangan tubuh dan menjaga kesehatan, maka tubuh akan terancam bahaya. Demikian pula apabila kurang dari ukuran yang seharusnya akan menimbulkan bencana. Begitu seterusnya sifat-sifat itu berlaku untuk seluruh jasmani. Atas dasar inilah terdapat sifat-sifat bathiniah yang utama. Keberanian umpamanya, termasuk sifat yang utama. Akan tetapi bila bertambah melebihi ukuran keseimbangan dan melampaui batas normal berarti pengawuran dan mencampakkan diri ke dalam kerusakan. Sopan santun dan lemah lembut termasuk sifat-sifat yang utama.
ولكن إذا زاد عن حد الاعتدال عد جبنًا. والكرم من أشرف الخصال، فإذا ما زاد عن حد المعقول عد إسرافًا وتبذيرًا وهلم جرًا من الأمور التي يجب على الإنسان أن يتبع فيها الحالة الوسطى لا إفراط ولا تفريط.
Akan tetapi jika melewati garis keseimbangan, termasuk pengecut. Kemuliaan adalah sifat yang paling bagus. Namun jika menyeberangi batas pemikiran yang bisa diterima akal, termasuk berlebih-lebihan dan tabzir. Demikian selanjutnya dari sifat-sifat yang harus diikuti manusia secara seimbang, tidak berlebih-lebihan dan tidak melebih-lebihkan.
ومجمل القول. إن أدب المرء في نفسه هو منع الجوارح عن فعل كل ما نهى عنه الشارع من كشف العورة والنظر إليها وقول الكذب وسماعه. ومنع القلب عن كل ما نهى عنه الشارع الحكيم. كالحسد والحقد وإضمار السوء للناس والإصرار على الباطل، والغش والتدليس وهلم جرًا من كل أمر يجعل الإنسان مسؤولًا أمام الله والناس.
Ringkasnya adab sopan santun seseorang di dalam dirinya sendiri adalah mencegah anggota badan dari segala perilaku yang dilarang oleh syari’at. Seperti membuka aurat, melihat wanita, berbicara bohong dan mendengarnya. Juga mencegah hati dari segala sesuatu yang dilarang oleh Allah Yang Maha Bijaksana. Seperti dengki, iri hati, menyembunyikan kejahatan manusia, terus menerus berbuat jahat, menipu, menyembunyikan kesalahan dan lain sebagainya dari hal-hal yang membuat manusia bertanggungjawab di hadapan Allah dan di hadapan manusia.
وهاك بعض ما جاء في الكتاب العزيز من الآيات القرآنية الشريفة التي تتأدب بها النفوس. قال الله تعالى:
Berikut ini adalah sebagian ayat-ayat Al Qur’an yang mulia sebagai dasar adab sopan santun bagi setiap diri manusia. Allah Ta’ala berfirman:
﴿ قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ ﴿ ٣٠﴾
Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿ ٣١﴾١
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An Nuur: 30-31).
وقال عزّ وجل حكاية عن سيدنا لقمان وهو يوصي ابنه ويعلمه الآداب الفاضلة: ﴿ يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ ﴿ ١٧﴾ وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ ﴿ ١٨﴾ وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ ﴿ ١٩﴾٢
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk yang hal-hal yang di wajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mu- kamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu ber- jalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suara kamu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”, (Luqman: 17-19).
وقال عزّ وجل: ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴿ ١١﴾
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ ﴿ ١٢﴾١
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
وقال تعالى أيضًا : ﴿ لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۚ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا ﴿ ١٤٨﴾٢
Artinya: “Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS: An Nisa: 4)
وقال تعالى: ﴿ وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا ﴿ ٣٦﴾ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا ﴿ ٣٧﴾ كُلُّ ذَٰلِكَ كَانَ سَيِّئُهُ عِنْدَ رَبِّكَ مَكْرُوهًا ﴿ ٣٨﴾۳
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu. (Al Israa’: 34-38).
وها هو حديث شريف هو كل الصيد في جوف الفراء:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
(أَدَّبَنِي رَبِّي فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبِي وَأَمَرَنِي بِمَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ) صدق الله العظيم وصدق نبيه الكريم.
Artinya: “Tuhanku telah mendidikku, dan telah menjadikan pendidikanku dengan sebaik-baiknya, dan memerintahkan aku agar memiliki akhlak yang mulia”.