حكمة الأدب مع النبي عليه السلام
Hikmah Sopan Santun Kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
إعلم أن المصطفى عليه الصلاة والسلام أفضل الخلق وأكرمهم عند الخالق. والتأدب معه أول الواجبات، وأقرب القربات إذ هو نفس التأدب مع الله تعالى أو ما يقرب منه إذ قرن طاعته بطاعته في كثير من الآيات التي أمر فيها بالطاعة ولزوم الجماعة.
Ketahuilah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. adalah makhluk yang paling utama dan manusia yang paling mulia di sisi Sang Pencipta. Maka adab sopan santun kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kewajiban utama, dan amal perbuatan yang paling mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, atau perbuatan yang mendekatkan manusia kepadaNya. Sebab ketaatan kepada Allah pasti dibarengi dengan ketaatan kepada Nabi sebagaimana disebutkan didalam ayat yang memerintahkan ketaatan dan keharusan berjama’ah.
ولما علم الشارع الحكيم أن العقول تقصر دون معرفة قدره كما قال الإمام البوصيري :
Oleh karena Allah Ta’ala Yang Maha Bijaksana mengetahui bahwa akal itu terbatas dan tidak mengetahui kemampuan dirinya sebagaimana dikatakan oleh Imam Bushiry:
وَمُبَلِّغُ الْقَوْلِ اِنَّهُ بَشَرٌ وَاِنَّهُ خَيْرُ خَلْقِ اللهِ كُلِّهِـمْ
Artinya: “Yang menyampaikan ucapan adalah manusia, dan sesungguhnya dia itu adalah sebaik-baik makhluk Allah”.
عرفنا في الكتاب العزيز كيف نتأدب مع هذا النبي الكريم الذي جاء رحمة للعالمين. وأنقذ الناس من ظلمات الكفر إلى نور اليقين. وأوذي في سبيل نصرة الدين. وهاجر الله وجاهد وقاتل المشركين حتى انتشر الإسلام وعم جميع الأنام. وطوق جيد كل مؤمن ومؤمنة طوق النعمة الكبرى والمنة العظمى. وأي نعمة بعد نعمة الإسلام .
Kita telah mengetahui di dalam Al Kitab yang mulia bagaimana beradab sopan santun terhadap Nabi mulia yang datang sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dia datang menyelamatkan manusia dari kegelapan kufur kepada cahaya keyakinan. Dan disakiti dalam membela agama. Berhijrah, berperang, dan berjuang karena Allah sehingga Islam tersebar di seluruh kalangan manusia. Mengikat leher setiap orang mu’min laki-laki dan perempuan dengan kalung nikmat yang sangat agung dan pemberian yang sangat besar yang tiada nikmat sesudah nikmat Islam.
يقول الله تعالى معلمًا إيانا كيف نتأدب مع رسوله الكريم ذي الخلق العظيم:
Allah Ta’ala berfirman dan mengajari kita bagaimana kita beradab sopan santun kepada RasulNya yang mulia yang mempunyai ciptaan agung:
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿ ١﴾
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendakwa Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ ﴿ ٢﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.
إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَىٰ ۚ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ ﴿ ٣﴾١
Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Hujuraat: 1-3).
فيعلم من ذلك أن من باب التأدب مع الرسول أننا لا نقدم أنفسنا عليه في كل الأمور من قول وفعل. كما أن التابع لا يصح أن يتقدم على المتبوع.
Dapat diketahui bahwa suatu perbuatan yang tergolong ad.b sopan santun terhadap Rasulullah adalah kita mendahulukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam perkataan dan perbuatan. Sebagaimana orang yang mengikut tidak benar jika mendahului orang yang diikuti.
وأنت تعلم أن الإنسان إذا خاطب من هو دونه فرفع من دونه صوته فوق صوته لا شك أنه يتألم. والمؤمن الكامل الإيمان لا يرضى أن يؤلم نفس الرسول ويسييء إليه. فإن هذا ليس من الأدب في شيء بل هو ذنب كبير وإثم عظيم. وقال تعالى:
Anda mengetahui bahwa manusia jika mengajak orang lain untuk berbicara, kemudian ia mengangkat suaranya di atas suara orang yang diajak bicara tadi, tentu orang itu akan merasa sakit. Sementara orang mu’min yang sempurna imannya tidak rela untuk menyakiti hati Rasul dan berbuat jahat kepadanya. Karena perbuatan itu tidak termasuk adab sopan santun tetapi sebaliknya termasuk dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:
﴿ إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِذَا كَانُوا مَعَهُ عَلَىٰ أَمْرٍ جَامِعٍ لَمْ يَذْهَبُوا حَتَّىٰ يَسْتَأْذِنُوهُ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَأْذِنُونَكَ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ۚ
Artinya: “Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mu’min ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam suatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya. orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya.
فَإِذَا اسْتَأْذَنُوكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَنْ لِمَنْ شِئْتَ مِنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ ﴿ ٦٢﴾١
maka apabila mereka meminta kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (An Nuur : 62).
وأنت تعلم أن الإنسان إذا كان مرؤوسًا واجتمع برئيسه للمفاوضة في أمر وجب عليه أن لا يفارقه حتى يأذن له الرئيس حرصًا على المصلحة. وهذا من باب الأدب الكامل. وقال جل شأنه:
Anda mengetahui bahwa manusia yang ada di bawah pimpinan, jika berkumpul dengan pemimpinnya untuk merundingkan suatu masalah, maka ia tidak boleh meninggalkan perkumpulan itu sampai pemimpin memberi kan izin kepadanya demi kepentingan bersama. Cara demikian termasuk adab sop n santun yang sempurna. Allah Ta’ala berfirman:
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَىٰ طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَٰكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ ۖ وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ ۚ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumahNabi kecuali bila kamu diijinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabilalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar.
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ۚ ذَٰلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ ۚ وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَنْ تَنْكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمًا ﴿ ٥٣﴾٢
Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir, cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan bagi hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya sela- ma-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu ada- lah amat besar (dosanya) di sisi Allah.” (Al Ahzab: 53).
وهذا أيضًا يدل على أن الرسول أولى الناس بأن لا يدخل أحد بيته إلَّا بإذنه. فإذا أذن وجاء الطعام فلا يشير الإنسان إشارة ولا يقول كلامًا يخل بالآداب. فإذا فرغ من الطعام استأذن ذاهبًا. وهذا هو الأدب الذي يجب للرسول صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Hal ini juga menunjukkan bahwa Rasulullah adalah manusia yang paling utama sehingga tak seorangpun memasuki rumahnya kecuali atas ijinnya. Maka jika beliau mengijinkannya dan memberikan makanan, maka orang tidak boleh memberikan isyarat dan tidak boleh mengucapkan perkataan yang menghilangkan adab sopan santun, Dan bila telah selesai makan ia hendaknya minta ijin untuk pergi. Cara seperti ini adalah termasuk adab sopan santun yang wajib dilakukan terhadap Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam.
وقد دلت الآيات على وجوب احترام زوجاته رضوان الله عليهن أجمعين. وقد بينا فيما سبق حكمة تحريم زواجهن على المسلمين وقال عزّ وجلَ:
Banyak ayat-ayat yang menunjukkan kepada kewajiban untuk menghormati semua istri-istri Nabi. Pada bab yang telah lalu kita jelaskan hikmah larangan bagi kaum muslimin untuk menikahi istri-istri Nabi. Allah Ta’ala berfirman:
﴿ وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنِ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا ﴾١
Artinya: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al Ahzab: 36).
وهذه الآية تدل على وجوب التأدب مع النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في قبول كل ما يصدر منه بلا تردد. لأنه لا ينطق عن الهوى إن هو إلَّا وحي يوحى. ولا يقدح في كونه عليه السلام يشاور المسلمين أمور دنياهم.
Ayat ini menunjukkan kewajiban untuk beradab sopan santun kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. dalam menerima apa-apa yang berasal dari padanya tanpa diragukan lagi. Karena beliau berbicara bukan karena hawa nafsu melainkan beliau berbicara berdasarkan wahyu yang diwahyukan. Bukanlah suatu kelemahan jika Nabi mengajak kaum muslimin bermusyawarah tentang masalah keduniaan mereka.
فإن هذا من باب التشريع، وتفهيم أن الإنسان يجب عليه أن لا يستبد برأيه مهما كان عاقلًا، وقال تعالى مخاطبًا جماعة هذا المسلمين:
Cara yang demikian termasuk peletakan hukum. Dan bisa difahami tentunya, orang tidak boleh memaksa pendapatnya untuk diterima meskipun orang itu pandai. Allah berfirman kepada jama’ah kaum muslimin:
﴿ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿ ٧﴾١
Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya”. (Al Hasyr: 7).
Di ayat yang lain Allah berfirman:
وقال أيضًا: ﴿ لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا ﴾٢
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (Yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Al Ahzab: 21).
وهذه الآية تدل على وجوب الأدب معه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في الاقتداء به في الأفعال والأقوال لأنه القدوة الكبرى للمؤمنين إلا إذا كانت بعض الأمور مختصة به عليه السلام.
Ayat ini menunjukkan kewajiban beradab sopan santun kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. dalam mengikuti perkataan dan perbuatannya. Karena beliau adalah contoh teladan yang agung bagi orang-orang mu’min kecuali pada masalah- masalah yang khusus untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.
هذا والآيات كثيرة في هذا الباب الأمرة بالتأدب مع الرسول صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وآل بيته المشرف فاعرف هذا وفقك الله تعالى إلى صالح الأعمال.
Banyak ayat-ayat yang menganjurkan untuk beradab sopan santun kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. dan kepada keluarganya. Maka ketahuilah hal itu dan semoga Allah memberikan petunjuk kepada amal perbuatan yang shaleh.”