حكمة تأديب الرجل لزوجته
Hikmah Menegur Istri
جاء في القرآن الشريف قوله تعالى:
Dalam al-Quran Allah berfirman:
﴿ الرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَآءِ ﴾١
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita’. Al- Nisa’ 34.
وإذا كان الأمر كذلك فالشارع الحكيم أباح للزوج أن يؤدّب زوجته إذا رأى منها نشوزًا أو عدم اعتدال في طاعته تلك الطاعة التي بيَّن حدودها الشارع الحكيم. وكيفية ذلك أن يعظها أولاً بالتي هي أحسن بالقول اللين. الذي لا خشونة فيه فإن لم تمتثل يهجرها فإذا لم ترجع عن غيِّها يخوفها إذ ربما تعود إلى رشدها وصوابها. وقد ورد في البدائع ما يأتي:
Kalau begitu berarti Allah Subhanahu Wa Ta’ala. memperbolehkan suami untuk menegur istrinya kalau ada tanda-tanda mendurhakai atau tidak wajar lagi dalam mentaati suami, yaitu ketaatan yang diterangkan oleh Allah. Cara menegurnya yaitu: pertama kali, menasehatinya dengan ucapan yang lembut, yang tidak kasar. Kalau dengan itu tidak bisa, maka dengan cara meninggalkannya. Kalau tidak sadar juga dari penyelewengannya, ditakut-takuti barangkali bisa kembali kepada petunjuk dan kebenaran. Disebutkan dalam kitab al-Badai:
ولاية التأديب للزوج إذا لم تطعه فيما يلزم طاعته بأن كانت ناشزة فله أن يؤدبها لكن على الترتيب. فيعظها أولًا بالرفق واللين. بأن يقول لها:
“Menegur istri yang tidak mau mentaati suami karena durhaka harus dilaksanakan secara tertib. Pertama kali, harus menaschatinya dengan ucapan yang lemah lembut, yaitu dengan mengatakan:
كوني من الصالحات القانتات الحافظات للغيب. ولا تكوني من كذا وكذا. فلعلها تقبل الموعظة فتترك النشوز.
Jadilah dinda termasuk wanita yang shalihah, yang taat dan yang menjaga kehormatannya bagi suami ketika pergi. Dan hendaklah dinda tidak begini dan begitu. Dengan ucapan-ucapan semacam itu, diharapkan dia mau menerima nasehat lantas tidak lagi mendurhaka.
فإن نجعت فيها الموعظة ورجعت إلى الفراش وإلا هجرها. وقيل يخوفها بالهجر أولاً والاعتزال عنها وترك الجماع والمضاجعة. فإن تركت وإلّا هجرها لعل نفسها لا تحتمل الهجر.
Kalau nasehat itu berguna, dia akan kembali kepada suami, tapi kalau tidak, hendaklah suami menjauhinya. Dikatakan, hendaklah ditakuti dengan cara hijrah, menjauhi, lantas meninggalkan jima’ dan bergaul dengannya. Kalau dia meninggalkan perbuatan jahatnya maka suami kembali tapi kalau tidak, suami supaya menjauhinya sebab barangkali wanita itu tidak tahan kalau dijauhi.
ثم اختلف في كيفية الهجر. فقيل يهجرها بأن لا يجامعها ولا يضاجعها على فراشه. وقيل يهجرها بأن يفارقها في المضجع ويضاجع أخرى في حقها وقسمها. وقيل يهجرها بترك مضاجعتها وجماعها لوقت غلبة شهوتها وحاجتها. فإذا هجرها فإن تركت النشوز وإلّا ضربها عند ذلك ضربًا غير مبرح ولا شائن. والأصل فيه قوله عز وجل:
Para ulama berbeda pendapat tentang bagaimana cara menjauhi. Ada yang berpendapat dengan cara tidak menggauli diatas kasur. Ada yang berpendapat, dengan cara menggauli istri yang lain pada saat giliran jatuh pada istri yang dijauhi itu. Ada yang berpendapat, dengan cara tidak menggaulinya di saat-saat gairah syahwat dan nafsu seks istri tersebut memuncak. Kalau dengan cara itu istri masih tidak mau meninggalkan perbuatan buruknya, maka hendaknya dia dipukul dengan pukulan yang tidak membahayakan. Dasar hukumnya adalah firman Allah:
﴿ وَالَّٰتِي تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ﴾١
Artinya: “Wanita-wanita yang kamu khawatiri nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka. dan pukullah mereka”. Al-Nisa’ : 34.
فظاهر الآية وإن كان بحرف الواو الموضوعة للجمع المطلق لكن المراد منه الجمع على سبيل الترتيب. فإن نفع الضرب وإلّا رفع الأمر للقاضي ليوجه إليهما حكمين. حكمًا من أهله وحكمًا من أهلها. كما قال الله تعالى:
Walaupun pada zhahir ayat diatas menggunakan kata sambung “dan“, namun mempunyai pengertian secara urut (tertib). Kalau ternyata pukulan juga tidak berguna, maka suami mengajukan perkaranya kepada qadli (hakim) agar memberi keputusan kepada keduanya, yaitu hakim dari pihak dia dan dari pihak istri. Seperti dalam firman Allah:
﴿ وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوْا حَكَمًا مِّنْ أَهْلِهِ، وَحَكَمًا مِّنْ أَهْلِهَآ إِنْ يُرِيدَآ إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللهُ بَيْنَهُمَآ ﴾٢
Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam (juru pendamai) dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua hakam tersebut bermaksud mengadakan perbaikan niscaya Allah memberi taufiq kepada suami istri itu”. Al-Nisa’ :35.
وكذلك إذا ارتكبت محظورًا غير النشوز ليس فيه حد مقرر. فللزوج أن يؤديها تعزيرًا لأن للزوج أن يعذر زوجته كما للمولى أن يعذر مملوكه. اهـ بتصرف.
Kalau sang istri melanggar larangan lain yang tidak termasuk nusyuz, maka tidak ada hukuman tertentu. Suami hendaklah menegurnya berupa koreksian, sebab suami wajib mengoreksi istri seperti halnya tuan wajib mengoreksi perbuatan hambanya.
هذا حكم الله في هذا الموضوع الجليل. وإذا أردت أن تقف على مسألة النشوز بين المرء وزوجه فاذهب إلى المحاكم الشرعية. وهناك ترى العجب العجاب والمطرب المعجب من الدفع بالنشوز في غالب قضايا النفقات مما لا يتسع المقام بذكره هنا في هذا الكتاب.
Inilah hukum Allah. Kalau kamu ingin mengetahui masalah nusyuz antara suami istri, silahkan datang ke Mahkamah Syari’at. Disana kamu akan mendapatkan ternyata masalah nusyuz banyak disebabkan problem nafkah.