DAFTAR ISI
- Pengertian Shalat Sunah Qabliyah-Ba’diyah
- Hukum Shalat Sunah Qabliyah-Ba’diyah
- Keutamaan Shalat Qabliyah-Ba’diyah
- Niat Shalat Sunah Qabliyah-Ba’diyah
- Kesimpulan
- Sumber
PENGERTIAN SHALAT SUNAH QABLIYAH-BA’DIYAH
LADUNI.ID, Jakarta – Sholat sunah Qabliyah dan Ba’diyah adalah shalat yang waktu mengerjakannya sangat berkaitan dengan waktu sholat wajib. Qobliyah itu adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum sholat wajib.
Sementara itu, shalat sunah ba’diyah adalah sholat sunnah yang dikerjakan setelah sholat wajib, dan ini bertujuan sebagai penyempurna atau sebagai penutup jika saja ada kebolongan-kebolongan yang secara tidak sadar terjadi ketika sholat wajib.
Mungkin saja ketika sholat wajib, ada beberapa hal yang mengganggu kekhusyu’an sholat, sehingga pikiran kita kemana-mana, yang ujung-ujungya bisa menyebabkan berkurangnya nilai sholat wajib kita.
Baca juga: Petunjuk Lengkap Qadha Shalat Fardhu Beserta Bacaan Niatnya
Di antara shalat sunnah yang dianjurkan (sunnah muakkadah) adalah dua rakaat sebelum shalat magrib sebagai Sunnah Qabliyah dan dua rakaat setelahnya sebagai Sunnah Ba’diyah. Begitu pula dengan shalat Isya (dua rakaat sebelumnya dan sesudahnya). Hal ini berdasar pada hadits riwayat Bukhari Muslim.
Bahwasannya Rasulullah saw shalat dua rakaat sebelum dan sesudah Dhuhur,dua rakaat sesudah Magrib dan dua rakaat sesudah Isya dan dua rakaat setelah shalat Jumat.
Adapun dua rakaat sebelum maghrib disunnahkan dengan dalil hadits Rasulullah saw yang berbunyi:
“صلوا قبل المغرب” قال صلى الله عليه وسلم فى المرة الثالثه “لمن شاء “
“Shalatlah dua rakaat sebelum magrib” demikian kata Nabi hingga tiga kali dan yang terakhir beliau tambahi “bagi yang mau”
Perkataan “bagi yang mau” adalah pertanda bahwa shalat itu tidaklah wajib. Demikian pula untuk dalil dua rakaat sebelum Isya. Qabliyah Maghrib sebaiknya dilakukan dengan sesegera mungkin setelah adzan berkumandang. Menimbang waktu shalat magrib sangatlah pendek.
Dari Abdullah bin Mughaffal Al Muzani dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ قَالَهَا ثَلَاثًا قَالَ فِي الثَّالِثَةِ لِمَنْ شَاءَ
“Di antara setiap dua adzan (adzan dan iqamah) itu ada shalat (sunnah).” Beliau mengulanginya hingga tiga kali. Dan pada kali yang ketiga beliau bersabda, “Bagi siapa saja yang mau mengerjakannya.”
HUKUM SHALAT SUNAH QABLIYAH-BA’DIYAH
Berdasarkan keterangan dari para ulama’, shalat qabliyah dan ba’diyah dapat dibagi ke dalam dua katagori:
1. Sholat sunnah qobliyah dan ba’diyah yang sangat dianjurkan (Muakkadah)
Jumhur ulama’ mengatakan bahwa jumlahnya hanya 10 raka’at. Dua raka’at sebelum sholat zuhur, dua raka’at sesudahnya, dua raka’at setelah sholat maghrib, dua raka’at setelah sholat isya’ dan dua raka’at sebelum sholat subuh.
Inilah 10 raka’at yang sangat dianjurkan versi sebagian besar ulama’, mereka melandaskan hal ini atas hadits Ibnu Umar:
Dari Ibnu Umar radhiyallahuanhuma berkata,”Aku memelihara dari Nabi SAW sepuluh rakaat, yaitu dua rakaat sebelum Dzhuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Maghrib di rumah beliau, dua rakaat sesudah Isya’ di rumah beliau, dan dua rakaat sebelum shubuh. Dua rakaat sebelum shubuh itu termasuk waktu-waktu dimana Rasulullah SAW tidak ditemui, namun Hafshah radhiyallahuanha menyebutkan padaku bahwa bila muadzdzin mengumandangkan adzan saat terbit fajar, beliau SAW shalat dua rakaat. (HR. Bukhari)
Akan tetapi Imam Abu Hanifah menambahkan bahwa sholat sebelum zuhur itu 4 rekaat, sehingga menjadi 12 reka’at, bukan 10 raka’at. Beliau berlandaskan hadits Aisyah:
Dari Aisyah radhiyallahuanha dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda,”Orang yang selalu menjaga dua belas rakaat maka Allah SWT akan bangunkan untuknya rumah di dalam surga. Empat rakaat sebelum Dzhuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Maghrib di rumah beliau, dua rakaat sesudah Isya’ di rumah beliau, dan dua rakaat sebelum shubuh. (HR. An-Nasai dan At-Tirmizy).
Baca juga: Petunjuk Lengkap Shalat Sunnah Mutlak
2. Sholat sunnah yang sifatnya biasa-biasa saja (bukan sunnah muakkadah)
Seperti dua atau empat reka’at sebelum sholat ashar, berdasarkan hadits: Allah SWT menyayangi seseorang yang shalat empat rakaat sebelum shalat Ashar. (HR Abu Daud)
Dua raka’at sebelum sholat maghrib, sepertii hadits Nabi:
“Shalatlah kalian sebelum Maghrib (beliau mengulangnya tiga kali). Diakhirnya beliau bersabda,”Bagi siapa saja yang mau melaksanakannya”. Beliau takut hal tersebut dijadikan oleh orang-orang sebagai sunnah. (HR. Bukhari No. 1183)
Dan dua raka’at sebelum sholat isya’, berlandaskan hadits: Dari Abdullah bin Mughaffal Ra ia berkata: Nabi SAW bersabda: “Diantara adzan dan iqomah ada shalat, diantara adzan dan iqomah ada shalat (kemudian dikali ketiga beliau berkata:) bagi siapa yang mau” (HR. Bukhari No. 627 dan Muslim No. 838)
Semua ada dalilnya, namun para ulama’ mengatakan bahwa dalil-dalil itu bersifat biasa-biasa saja, berbeda dengan kekuatan dalil untuk 10/12 reka’at yang diatas tadi.
KEUTAMAAN SHALAT SUNAH QABLIYAH-BA’DIYAH
Adapun keutamaan shalat sunnah qabliyah ba’diyah diterangkan dalam hadits berikut ini. Ummu Habibah berkata bahwa ia mendengar Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat 12 raka’at (sunnah qabliyah ba’diyah) sehari semalam, akan dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Muslim no. 728)
Dalam riwayat At Tirmidzi sama dari Ummu Habibah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بُنِىَ لَهُ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ
“Barangsiapa sehari semalam mengerjakan shalat 12 raka’at (sunnah qabliyah ba’diyah), akan dibangunkan baginya rumah di surga, yaitu: 4 raka’at sebelum Zhuhur, 2 raka’at setelah Zhuhur, 2 raka’at setelah Maghrib, 2 raka’at setelah ‘Isya dan 2 raka’at sebelum Shubuh.” (HR. Tirmidzi no. 415 dan An Nasai no. 1794, kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih).
Yang lebih utama dari shalat qabliyah ba’diyah adalah shalat sunnah fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh). ‘Aisyah berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua rakaat sunnah fajar (subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim no. 725)
Juga dalam hadits ‘Aisyah yang lainnya, beliau berkata,
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَيْ الْفَجْرِأخرجه الشيخان
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan satu pun shalat sunnah yang kontinuitasnya (kesinambungannya) melebihi dua rakaat (shalat qabliyah ba’diyah) Shubuh.” (HR. Bukhari no. 1169 dan Muslim no. 724).
Baca juga: Koleksi Lengkap Tuntunan Ibadah Shalat
NIAT SHALAT SUNAH QABLIYAH-BA’DIYAH
Meskipun shalat sunah qabliyah dan ba’diyah tidak hanya bisa dilakukan pada waktu shalat maghrib dan isya saja, tetapi dalam bagian ini, kami hanya mencantumkan niat qabliyah dan ba’diyah shalat maghrib dan isya, yang selanjutnya bisa disamakan dalam pelafalan niatnya.
Dalam kitab NIhayatuz Zain dijelaskan secara mendetail bacaan yang disunnahkan untuk ba’diyah Maghrib. Yaitu pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat al-Kafirun dan pada rakaat kedua Al-Ikhlash. Shalatlah dengan tenang dan agak lama sehingga para jamaah yang lain telah bubar meninggalkan lokasi.
Niat Shalat Sunnah Qabliyah Maghrib
اُصَلِّيْ سُنَّةَ اْلْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal maghribi rak’ataini qabliyyatan mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta’aala.
Aku niat melakukan shalat sunat sebelum Maghrib 2 rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, karena Allah ta’ala.
Niat Shalat Sunnah Ba’diyah Maghrib
اُصَلِّيْ سُنَّةَ اْلْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal maghribi rak’ataini ba’diyyatan mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta’aala.
Aku niat melakukan shalat sunat sesudah Maghrib 2 rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, karena Allah ta’ala.
Niat Shalat Sunnah Qabliyah Isya’
اُصَلِّيْ سُنَّةَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal ‘isyaa-i rak’ataini qabliyyatan mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta’aala.
Aku niat melakukan shalat sunat sebelum Isya 2 rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, karena Allah ta’ala.
Niat Shalat Sunnah Ba’diyah Isya’
اُصَلِّيْ سُنَّةَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal ‘isyaa-i rak’ataini ba’diyyatan mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta’ala.
Aku niat melakukan shalat sunat sesudah Isya 2 rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, karena Allah ta’ala.
Baca juga: Tata Cara Sholat ketika di Perjalanan
KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan mengenai shalat sunah qabliyah dan ba’diyah di atas, setidaknya dapat disimpulkan bahwa sholat sunah Qabliyah dan Ba’diyah adalah shalat yang waktu mengerjakannya sangat berkaitan dengan waktu sholat wajib.
Qobliyah itu adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum sholat wajib. Sementara itu, shalat sunah ba’diyah adalah sholat sunnah yang dikerjakan setelah sholat wajib, dan ini bertujuan sebagai penyempurna atau sebagai penutup jika saja ada kebolongan-kebolongan yang secara tidak sadar terjadi ketika sholat wajib.
Jumhur ulama’ mengatakan bahwa jumlahnya hanya 10 raka’at. Dua raka’at sebelum sholat zuhur, dua raka’at sesudahnya, dua raka’at setelah sholat maghrib, dua raka’at setelah sholat isya’ dan dua raka’at sebelum sholat subuh.
Adapun keutamaan shalat sunnah qabliyah ba’diya salah satunya diterangkan dalam hadits berikut: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat 12 raka’at (sunnah qabliyah ba’diyah) sehari semalam, akan dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Muslim no. 728)
Dengan demikian, artikel ini merupakan penjelasan dari kami mengenai shalat sunnah qabliyah ba’diyah. Harapannya, semoga kita termasuk hamba Allah yang bisa merutinkannya. Hanya Allah yang memberi taufik. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
SUMBER
- Syekh Imam Nawawi Al-Bantani. Nihayatu Al-Zain Fi Irsyadi Al-Mubtadi’in