الحكمة في صلاة الجمعة
Hukum Shalat Jum’at
إن الشارع الحكيم قد فرض علينا صلاة الجمعة وحضّ عليها لاجتماع كلمة المسلمين ووجود التآلف بينهم حيث في هذا اليوم المبارك يتركون أشغالهم. عند حلول وقت الصلاة ويجتمعون في مسجد واحد أو مساجد متعددة ويسمعون من الخطيب الحكم والمواعظ والنصائح التي تدعوهم إلى إصلاح أمورهم وأمور دينهم ودنياهم.
Allah yang Maha Bijaksana telah mewajibkan kita shalat Jum’at agar kekuatan kaum muslimin bersatu, serta adanya saling tenggang rasa antara mereka, dimana pada hari berbarkah itu mereka meninggalkan kesibukan selama waktu shalat, berkumpul di satu masjid mendengarkan nasihat-nasihat, hikmah dari khatib, mengajak mereka untuk memperbaiki urusan dunia dan agama.
ولما كان الأسبوع قد استعملته العرب والعجم وأكثر الملل والنحل جعل ميقات المسلمين في يوم الجمعة لفضله على سائر الأيام. وأيضًا كان هذا الوقت مقدرًا بأسبوع لئلا يسرع دورانه فتحصل المشقة على جماعة المسلمين. ولو تأخر اجتماعهم عن أسبوع تفوت الحكمة البالغة المترتبة على صلاة الجمعة. وقد ورد في القرآن الشريف بما يفيد الحث على أداء هذه الفريضة. قال الله تعالى:
Waktu seminggu telah digunakan bangsa Arab, orang-orang asing serta agama dan aliran lain sebagai hari besar, maka kaum muslimin mejadikan hari jum’at sebagai hari besar mereka karena keutamaannya dari hari-hari yang lain. Hari Jum’at merupakan ukurkan pembatas waktu bagi hari-hari selama satu minggu agar perputaran minggu tidak terlalu cepat yang akan menyulitkan kaum muslimin. Mereka akan ketinggalan hikmah nyata dari shalat Jum’at jika meninggalkannya. Disebutkan di dalam al-Quran tentang perintah melaksanakan kewajiban Jum’at:
﴿ يَٰأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَٰوةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَٰى ذِكْرِ اللهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ، فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَٰوةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللهِ وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾١
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunai- kan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. Al-Ju- mu’ah : 9 -10.
ولا يفهم من الأمر بترك الاشتغال عند وقت صلاة الجمعة ان المسلمين يتركون أشغالهم ويتفرغون للصلاة عامة يومهم. بل الأمر أنه عندما يؤذن المؤذن ويقول: حي على الصلاة حي على الفلاح. يجيبونه ويؤدون هذا الفرض ثم ينصرفون بعد أدائه إلى أشغالهم كما قال الله تعالى: ﴿ فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَٰوةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ الله﴾٢ ولأن الله سبحانه وتعالى أمرنا بالعمل للدين والدنيا معًا وفي هذا حكمة بالغة.
Perintah itu bukan berarti agar kaum muslimin meninggalkan pekerjaannya untuk kepentingan shalat Jumu’ah sepanjang hari jum’at’. Tetapi perintah itu menunjukkan agar menjawab seruan shalat Jumu’ah ketika seorang muadzin mengumandangkan suara adzan; ‘Marilah shalat, marilah mencapai kebahagiaan’. Setelah menunaikan shalat Jumu’ah agar mereka kembali kepada pekerjaannya, seperti yang ditunjukkan pada ayat kedua di atas. Hal itu karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyuruh kita bekerja untuk kepentingan agama dan dunia secara bersama yang di dalamnya mengandung hikmah yang jelas.
وروي عن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنه قال: «إَنَّ اللهَ فَرَضَ عَلَيْكُمُ الْجُمْعَةَ فِي هَذَا فِي مَقَامِي هَذَا فِي شَهْرِي هَذِا فِي سَنَتِي هَذِهٖ فَمَنْ تَرَكَهَا فِي حَيَاتِي أَوْ بَعْدَ مَمَاتِي اسْتِخْفَافًا بِهَا وَجْهُ وَجُحُوْدًا عَلَيْهَا وَتَهَاوُنًا بِحَقِّهَا وَلَهُ إِمَامٌ عَادِلٌ أَوْ جَائِزٌ فَلَا جَمَعَ اللهُ شَمْلَهُ وَلَا بَارَكَ لَهُ فِي أَمْرِهِ أَلَا لَا صَلاَةَ لَهُ أَلَا لَا زَكَاةَ لَهُ أَلَا لَا حَجَّ لَهُ أَلَا لَا صَوْمَ لَهُ إِلَّا أَنْ يَتُوْبَ فَمَنْ تَابَ اللهُ عَلَيْهِ»
Artinya: “Sesungguhnya Allah mewajibkan atas kamu sekalian shalat Jumu’ah di tempatku ini, di hariku ini, di bulanku ini, di tahunku ini. Barangsiapa yang meninggalkannya pada masa hidupku atau setelah matiku karena meremehkannya, mengingkari dan meremehkan haknya padahal dia memiliki seorang imam yang adil. atau yang dzalim (tiran), maka Allah tidak mengumpulkan kekuatannya, tidak memberi barakah dalam urusannya, bahkan tidak ada (tidak diterima) shalat, tidak ada zakat, tidak ada haji, dan tidak ada puasa baginya kecuali jika dia mau bertaubat. Maka barangsiapa yang bertaubat, Allah akan mengampuninya”.
وروي عن ابن عمر رضي الله عنه عن رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنه قال: «مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا طَبَعَ اللهُ عَلَى قَلْبِهِ»
Artinya: “Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang meninggalkan tiga kali shalat Jumu’ah secara meremehkan, maka Allah akan menutup hatinya”.
ومثل هذا الوعيد لا يكون إلا بترك الفرض وعليه إجماع الأمة.
Ancaman seperti itu adalah karena hamba meninggalkan kewajiban Jumu’ah.
وقد ورد في فضل الجمعة من الأحاديث غير ما ورد في فضلها من الآيات ما فيه عبرة لذوي الألباب. قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيْهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ. وَفِيْهِ أُخْرِجَ مِنْهَا. وَلَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ إِلَّا يَوْمُ الْجُمُعَةِ»
Artinya: “Nabi bersabda: “Hari terbaik yang terbit matahari diatasnya adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan, dia dimasukkan surga dan dia dikeluarkan darinya pada hari itu. Hari kiamat tidak datang kecuali pada hari Jum’ at.”
وَقَالَ أَيْضًا: «إِذَا سَمِعْتُمُ الْإِقَامَةَ فَامْشُوْا ِإلَى الصَّلَاةِ وَعَلَيْكُمُ السَّكِيْنَةُ وَالْوَقَارُ وَلَا تُسْرِعُوْا فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوْا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوْا».
Artinya: Rasulullah bersabda: “Ketika kamu sekalian mendengarkan iqamah, pergilah shalat dan kamu sekalin akan mendapatkan ketenangan dan kehebatan. Janganlah kalian tergesa-gesa. Apa yang kalian ketahui, shalatlah dan apa yang tertinggal sempurnakanlah”
ومن هذا يفهم أن الشارع الحكيم لم يرهقنا من أمرنا عسرًا إذا نادى المؤذن وقت الصلاة. لأن الشارع أحكم أمور ديننا ودنيانا وأمرنا في الحالتين بما فيه كل صلاح وفلاح.
Dari situ dapat difahami bahwa Allah Yang Maha Bijaksana tidak ingin menjadikan urusan kita sulit ketika seorang muadzin memanggil pada waktu shalat. Karena Allah Yang Maha Bijaksana lebih bijaksana dalam urusan dunia dan agama kita. Dia menyuruh untuk memperhatikan keduanya. karena keduanya mengandung kebaikan dan kebahagiaan.
وأن من رحمة الشارع وشفقته علينا جعل صلاة الجمعة ركعتين لأن هذا الوقت يجتمع فيه السقيم والمريض وذو الحاجة. وقد رخص الله سبحانه وتعالى لمن لم يمكنه إدراكها بسبب البعد أو ما شاكل ذلك أن يصليها ظهرًا. ومن هنا تعلم أن الدين الإسلامي الحنيف دين يسر لا عسر فيه. ولقد قال الله تعالى:
Di antara rahmat Allah dan belas kasihanNya kepada kita adalah menjadikan shalat Jum’at hanya dua rakaat karena di saat itu orang-orang lemah, sakit dan mempunyai kebutuhan berkumpul. Sementara itu Allah memberi keringanan (rukhshah) bagi orang yang tidak mungkin datang ke masjid karena jauh atau yang lain dan menggantinya dengan shalat Dzhuhur, Dari sini anda tahu bahwa agama Islam yang lurus adalah agama yang mudah tiada kesulitan di dalamnya. Allah berfirman :
﴿ مَا يُرِيدُ اللهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ يُطَهِّرَكُمْ﴾١.
Artinya: “Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”. Al-Maidah: 6.
هذه هي الحكمة في صلاة الجمعة فحافظ على أدائها لتكون من المقربين. والله سبحانه وتعالى يهدينا وإياك سواء السبيل.
Inilah hikmah shalat Jumu’ah. Peliharalah dengan selalu melaksanakannya agar anda menjadi orang-orang yang dekat kepada Allah. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menunjukkan kita kejalan yang lurus.