حكمة عدة الحامل المطلقة
Hikmah Iddah Hamil
إن الشارع جعل عدة الحامل المطلقة إلى أن تضع حملها. والحكمة في ذلك أنها إذا تزوجت بعد طلاقها وهي حامل يكون الزوج الثاني قد سقى ماؤه زرع غيره. وهذا لا يجوز بل موجب لوقوع العداوة والبغضاء بين المطلق والزوج الذي يدخل بها. لوجود الغيرة البشرية التي تبعث في نفسه روح الحمية فيقع الخصام ويتفاقم الخطب ويؤدّي إلى ما لا تحمد عقباه.
Allah menentukan masa iddah bagi perempuan hamil hingga melahirkan. Hikmahnya adalah karena kalau scandainya dia kawin langsung setelah talak padahal ia dalam keadaan hamil, maka suami baru akan menanamkan benihnya pada tanaman orang lain. Hal seperti itu tidak boleh, bahkan akan bisa terjadi perselisihan dan permusuhan antara suami lama dan suami baru, karena masing-masing mempunyai ghirah manusiawi yang timbul dalam dirinya untuk memelihara anak yang lahir. Terjadilah percekcokan yang berkepanjangan.
وهناك حكمة أخرى في جعل عدة الحامل هكذا. وهی ان جزء المطلق بطن المرأة المطلقة وهو حقه فلا يصح لها أن تتهاون في هذا الحق الشرعي وتتزوج بغيره ما دام هذا الحق في بطنها. ومن أجل ذلك تجد أن الشارع الزم المطلق بأن يقوم بالانفاق على المطلقة حتى تضع حملها. لأنه تسبب في منعها عن الزواج كل هذه المدة. وقد قال الله تعالى:
Hikmah lain, bayi yang dikandung istri adalah hak suami lama. Istri tidak boleh menganggap remeh hak resmi tersebut lantas kawin dengan suami baru padahal hak itu masih ada dalam perutnya. Itulah maka Allah mewajibkan suami lama untuk memberi nafkah istri selama mengandung hingga melahirkan sebab selama masa itu istri tidak bisa kawin dengan orang lain yang memberinya nafkah. Allah berfirman:
﴿وَإِنْ كُنَّ أُوْلَٰتِ حَمْلٍ فَأَنْفِقُوْا عَلَيْهِنَّ حَتَّىٰ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ ﴾٢
Artinya: “Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin”. Al-Thalaq: 6.
وقد جاء في الكتاب العزيز أيضًا قوله تعالى: ﴿ وَأُولَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ ﴾۳
Artinya: “Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya”. Al-Tha- laq: 4.
وقال صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يَحِلُّ لِامْرِىءٌ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ يُسْقِيَ مَاؤَهُ زَرْعَ غَيْرِهِ» صدق الله العظيم وصدق نبیه الكريم.
Rasulullah bersabda:
Artinya: “Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menyiramkan airnya (maninya) pada tanaman orang lain“.
وقد جاء في البدائع ما يأتي. وأما عدة الحبل فهي مدة الحمل. وسبب وجوبها الفرقة أو الوفاة. والأصل فيه قوله تعالى:
Disebutkan dalam kitab al-Badai’: Iddah hamil masanya sepanjang masa mengandung, yaitu karena talak atau kematian suami. Dasar ditetapkannya hukum adalah firman Allah:
﴿ وَأُوْلَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمَلَهُنَّ ﴾١
Artinya: “Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya”. Al-Tha- laq: 4.
أي انقضاء أجلهن أن يضعن حملهن. وإذا كان انقضاء أجلهن بوضع حملهن كان أجلهن. لأن أجلهن مدة حملهن. وهذه العدة إنما تجب لئلا يصير الزوج بها ساقيًا ماءه زرع غيره. وشرط وجوبها أن يكون الحمل من النكاح صحيحا كان أو فاسدا. لأن الوطء في النكاح الفاسد يوجب العدة اهـ.
Iddahnya ialah selama ia mengandung. Masa itu dimaksudkan agar suami baru tidak menumpahkan air mani pada tanaman orang lain. Iddah berlaku dari hasil perkawinannya yang sah ataupun yang tidak sah. Meskipun melalui perkawinan yang tidak sah, iddah itu masih tetap berlaku.