الحكمة في قتل البغاة
Hikmah Hukum Bunuh Bagi Kaum Penganiaya
هذه الطائفة الخبيثة من شر الناس في الأمة لأنها تسعى في الأرض بالفساد، وتخل نظام الدولة، وتخلق الفتن والدسائس في الأمة بحق وبغير حق، لأنها لا يهمها إلَّا حصول الفتن والقلاقل التي تربح من وراء ذلك كله مغنما تعيش منه .
Kelompok yang kotor ini termasuk manusia terburuk didalam ummat karena berusaha membuat kerusakan di bumi, merusak undang-undang negara, dan menciptakan fitnah serta kebohongan di dalam ummat. Golongan tersebut tidak mempedulikan selain terjadinya fitnah dan kekacauan, suatu perbuatan yang dilatarbelakangi oleh keuntungan untuk penghidupan.
وقد حدثنا التاريخ طرفًا من سيرة هؤلاء في الصدر الأول، وفي خلافة بني أمية والعباسيين. فرأيناهم قد عكر وا صفو الهيئتين الحاكمة والمحكومة.
Sejarah telah menceritakan kepada kita satu segi dari tingkah laku orang-orang yang hidup pada awal Islam, pada masa Daulah Bani Umayyah, dan Daulah Bani Abasiyah. Kita perhatikan mereka telah membiasakan kejemihan kaum penguasa dan rakyat.
والحكم الشرعي في هؤلاء. هو أن الإمام الذي هو ولي الأمر يدعوهم أ أولاً قبل القتال إلى الرجوع إلى الحق والأخذ برأي جماعة المسلمين. فإن أجابوا داعي الله فقد اهتدوا، وإن أبوا قاتلهم الإمام حتى يرجعوا إلى أمر الله ورسوله. لقوله تعالى:
Hukum syari’at yang ada pada mereka, yaitu pemimpin adalah penguasa yang harus mengajak rakyat terlebih dahulu sebelum memerangi agar kembali kepada kebenaran dan menggunakan pendapat jama’ah kaum muslim. Jika mereka memenuhi ajakan Allah sungguh mereka telah mendapatkan petunjuk. Jika mereka enggan maka pemimpin memerangi mereka sehingga kembali kepada perintah Allah dan RasulNya. Sebagaimana firman Allah:
﴿فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَٰتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّٰى تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللهِ ﴾١
Artinya: “Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah”. (Al-Hujuraat: 9).
ويجب على كل مسلم يدعوه الإمام إلى قتالهم أن يجيبه إلى ذلك ولا يسعه التخلف لأن طاعة الإمام فيما ليس بمعصية فرض. وقد ورد في البدائع ما يأتي:
Setiap orang muslim yang diajak pemimpin untuk memerangi golongan pembangkang, wajib memenuhi ajakannya dan tidak boleh menentangnya/meninggalkannya. Karena mentaati pemimpin dalam urusan yang bukan maksiat hukumnya wajib. Telah disebutkan di dalam kitab Al Bada’i’ sebagai berikut:
إن علم الإمام أن الخوارج يشهرون السلاح ويتأهبون للقتال، فينبغي له أن يأخذهم ويحبسهم حتى يقلعوا عن ذلك ويحدثوا توبة. لأنه لو تركهم لسعوا في الأرض بالفساد فيأخذهم على أيديهم ولا يبدأهم الإمام بالقتال حتى يبدؤه. لأن قتالهم لدفع شرهم لا لشر شركهم لأنهم مسلمون.
Jika pemimpin mengetahui bahwa kaum penentang menampilkan senjata dan siap siaga untuk berperang. Maka hendaknya ia menghukum dan menahan mereka sampai mereka mencabut perencanaan mereka dan bertaubat. Karena jika ia membiarkan, niscaya mereka berusaha untuk membuat kerusakan dibumi. Kemudian menghukum mereka dan pemimpin tidak memulai memerangi sebelum mereka memulainya. Karena memerangi mereka adalah untuk mencegah kejahatan bukan ikut serta menciptakannya. Sebab mereka itu adalah ummat Islam.
فما لم يتوجه الشر منهم لا يقاتلهم. وإن لم يعلم ذلك حتى تعسكروا وتأهبوا للقتال فينبغي له أن يدعوهم إلى العدل والرجوع إلى رأي الجماعة. أو لإرجاء الإجابة وقبول الدعوة.
Maka jika mereka tidak menunjukkan kejahatan, ia tidak berhak untuk memerangi. Jika ia tidak mengetahui hal itu sehingga mereka telah berhimpun dan bersiap siaga untuk berperang, maka hendaklah ia mengajak mereka untuk kembali kepada keadilan dan kembali kepada pendapat masyarakat. Atau untuk mengharapkan jawaban dan menerima ajakan.
وروي أن سيدنا عليًا رضي الله عنه لما خرج عليه أهل (حروراء) ندب إليهم عبد الله بن عباس رضي الله عنه ليدعوهم إلى العدل، فدعاهم وناظرهم. وكذا قاتل على كرم الله وجهه (هذه الطائفة بالنهروان) بحضرة الصحابة رضي الله عنهم تصديقًا لقوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لسيدنا علي:
Diriwayatkan bahwa Sayidina Ali, ketika penduduk Hurwara’ datang menyerbunya, maka la menganjurkan Abdullah Ibnu Abbas agar mengajak mereka berdamai. Abdullah pun mengajak dan berdialog dengan mereka. Ali Karramallah wajhah pernah memerangi golongan ini di Nahrawan atas perintah para sahabat Radhiyallahu ‘anhu. sebagai perwujudan sabda nabi kepada Ali:
«إنك تقاتل على التأويل كما تقاتل على التنزيل» والقتال على التأويل هو القتال مع الخوارج لأنهم ساعون في الأرض بالفساد فيقتلون دفعًا للفساد على وجه الأرض. وإن قاتلهم قبل الدعوة لا بأس بذلك لأن الدعوة قد بلغتهم لكونهم في دار الإسلام.
“Sesungguhnya kamu memerangi berdasarkan ta’wil sebagaimana kamu memerangi berdasarkan tanzil”. Memerangi berdasarkan ta’wil artinya memerangi kaum khawarij karena mereka membuat kerusakan di bumi, maka mereka diperangi sebagai pencegahan terjadinya kerusakan di bumi. Tidak mengapa jika ia memerangi kaum khawarij untuk kembali kepada kebenaran terlebih dahulu, karena da’wah telah sampai kepada mereka, dengan alasan mereka berada di negeri Islam.
وما روي عن أبي حنيفة رضي الله عنه أنه قال: إذا وقعت الفتنة بين المسلمين فينبغي للرجل أن يعتزل الفتنة ويلزم بيته: محمول على وقت خاص وهو أن لا يكون إمام يدعوه إلى القتال. وأما إذا كان قتال فدعاه يفترض عليه الإجابة. وإذا قاتل الإمام أهل البغي وهزمهم وولوا مدبرين.
Diriwayatkan dari Abi Hanifah Radhiyallahu ‘anhu bahwa ia mengatakan: Jika terjadi fitnah di kalangan ummat Islam maka patut bagi orang laki-laki untuk menjauhkan diri dari fitnah dan tinggal di rumahnya. Hal ini dimaksud untuk waktu tertentu saja. Yakni jika tidak diajak oleh pemimpin untuk berperang. Adapun jika pemimpin mengajak berperang maka wajib memenuhinya. Dan jika pemimpin memerangi kaum penganiaya dan mengalahkan mereka sehingga melarikan diri dan mundur.
فإن كانت لهم فئة ينحازون إليها فينبغي لأهل العدل أن يقتلوا مدبرهم ويجهزوا على جريحهم لئلا يتجهزوا إلى الفئة فيمتنعوا بها فيكروا على أهل العدل.
Sementara mereka mempunyai kelompok tempat berhimpun maka hendaklah ahlul adli membunuh pemuka mereka dan menahan pengikut mereka agar tidak berhimpun ke dalam kelompok tersebut dan kembali kepada ahlul adli.
وأما أسيرهم فإن شاء الإمام قتله استئصالًا لشأفتهم وإن شاء حبسه لاندفاع شره بالأسر والحبس. وإن لم يكن لهم فئة يتحيزون إليها لم يتبع مديرهم ولم يجهز على جريحهم ولم يقتل أسيرهم لوقوع الأمن من شرهم عند انعدام الفئة
Adapun para tawanan, jika pemimpin menghendaki, mereka dibunuh untuk mencabut akar-akar mereka. Atau jika ia menghendaki, mereka dipenjarakan karena kejahatan bisa dicegah dengan memenjarakan dan menawan mereka. Jika mereka tidak mempunyai kelompok tempat mereka bergabung, maka pemuka dan pengikutnya tidak dibunuh, demikian pula tawanannya tidak dibunuh karena dengan tidak adanya kelompok negara akan aman dari kejahatan.
وأما أموالهم التي ظهر أهل العدل عليها فلا بأس بأن يستعينوا بكراعهم وسلاحهم على قتالهم كسرًا لشوكتهم. فإذا استغنوا عنها أمسكها الإمام لهم لأن أموالهم لا تحتمل التملك بالإستيلاء لكونهم مسلمين. ولكن يحبسها عنهم إلى أن يزول بغيهم. فإذا زال ردها عليهم. وكذا ما سوى الكراع والسلاح من الأمتعة يمسكه ويحبسه عنهم إلى أن يزول بغيهم فيدفع إليهم
Sedang harta mereka yang menjadi tempat timbulnya fitnah, maka tidaklah mengapa jika ahlul adli menggunakannya untuk menghancurkan kekuatan mereka. Jika tidak menghajatkannya, maka harta dipegang pemim.pin, sebab harta itu tidak ada yang berhak memilikinya, berhubung mereka adalah ummat Islam. Harta itu ditahan sampai kezaliman hilang. Jika telah hilang maka harta tersebut dikembalikan kepada mereka. Demikian pula harta selain senjata ditahan sampai kezaliman hilang, kemudian dikembali kan kepada mereka lagi.
وكل من لا يجوز قتله من أهل الحرب من الصبيان والنسوان والشيوخ والعميان لا يجوز قتله من أهل البغي لأن هؤلاء ليسوا من أهل القتال فلا يقتلون إلا إذا قاتلوا فيباح قتلهم في حال القتال .
Adapun keluarga musuh seperti anak-anak, kaum wanita, orang tua, dan orang buta tidak boleh dibunuh karena mereka bukan ahli perang. Kecuali jika mereka ikut berperang, maka boleh dibunuh pada waktu perang.
وقتلى أهل العدل يصنع بهم ما يصنع بسائر الشهداء لا يغسلون ويدفنون في ثيابهم ولا ينزع عنهم إلَّا ما لا يصلح كفنًا ويصلى عليهم لأنهم شهداء مقتولين ظلمًا.
Adapun orang-orang yang terbunuh dari ahlul adli di dalam peperangan, mereka diperlakukan sebagaimana para syuhada. Mereka tidak dimandikan, ditanam dengan pakaian mereka tanpa dilepas kecuali yang tidak patut. Mereka dishalatkan karena terbunuh dalam penganiayaan.
وأما قتلى أهل البغي فلا يصلى عليهم. وروي عن علي كرم الله وجهه ما صلى على أهل (حروراء) ولكنهم يغسلون ويكفنون ويدفنون لأن ذلك من سنة موتى بني آدم. ولا تجوز المثلة بهم. لقوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لا تمثلوا» اهـ بتصرف.
Adapun orang-orang yang terbunuh dari golongan musuh, maka mereka tidak di shalatkan. Diriwayatkan dari Ali karramallah wajah bahwa penduduk Hurwara’ tidak dishalatkan tetapi dimandikan, dikafani, dan dikuburkan karena yang demikian termasuk sunnah orang mati dari Bani Adam. Dan kita tidak boleh mencontoh mereka. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian meniru mereka”.