حكمة القسامة
Hikmah Qasaamah (Sumpah)
القسامة في الشرع عبارة عن الأيمان التي تعرض على خمسين رجلا من أهل المحلة إذا وجد فيها قتيل لم يعرف قاتله فإن لم تبلغ الرجال في المحلة خمسين رجلا تكرر اليمين إلى أن تتم خمسين يمينا. وسببها وجود قتيل لا يدرى قاتله ولم يعرف له قاتل في محلة أو قرية أو في موضع يقرب من القرية أو البلد بحيث يسمع الصوت إذا استغاث .
Qasaamah menurut syara’ adalah sumpah yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tinggal di suatu tempat yang di situ diketemukan seorang terbunuh dan tidak diketahui pembunuhnya. Jika jumlah orang yang tinggal di tempat itu tidak mencapai lima puluh orang, maka sumpah dilakukan berulang kali sampai lima puluh kali sumpah. Hal itu dilakukan karena ditemukan seorang terbunuh yang tidak diketahui pembunuhnya di suatu tempat atau desa, atau tempat yang dekat dengan desa atau negeri yang jika orang berteriak minta tolong kedengaran suaranya.
والحكمة في ذلك جليلة عظيمة. حفظ وهي الأرواح التي هي أعظم شيء في الحياة الدنيا من أن تهدر بغير جريرة ولا مسوغ شرعي. وكان الجزاء والحكم على أهل المحلة أو القرية التي وجد القتيل فيها أو بقربها لأنهم فرطوا عدم معرفة القاتل الحقيقي وفي عدم الحيطة .
Hikmahnya sangat besar dan agung. Yaitu memelihara nyawa yang lebih besar nilainya dalam kehidupan dunia dari pada menumpahkan darah yang tidak berdosa dan tidak diizinkan oleh Allah. Balasan dan hukuman yang dijatuhkan kepada orang-orang yang tinggal di tempat pembunuhan atau di desa atau di dekatnya di mana diketemukan di situ seorang mati terbunuh, karena mereka berlebihan jika tidak mengetahui pembunuh yang sebenarnya.
ولو أن الشارع الحكيم أهمل هذه الحادثة ولم ينظر إليها ولم يجعل لها حكما رادعا زاجرًا لاختل نظام الحكم في الدولة. وتكرر وقوع أمثال هذه الحادثة في الأمة. فتذهب أنفس بريئة وتراق دماء غالية من ظلم الإنسان لبني الإنسان.
Andai kata Allah Yang Maha Bijaksana membiarkan peristiwa ini, dan tidak memperhatikannya serta tidak menciptakan undang-undang hukum yang menghardik dan mencelanya niscaya undang-undang negara menjadi hancur. Dan peristiwa seperti ini akan timbul berulang kali di dalam suatu ummat. Maka banyak nyawa yang tidak berdosa melayang dan darah yang mahal mengalir karena penganiayaan manusia terhadap manusia lain.
من أجل ذلك شرعت القسامة. وهذه القسامة كانت من أحكام الجاهلية فأقرها رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في شريعتنا. وقد ذكر في المبسوط ما يأتي:
Atas dasar itu sumpah disyari’atkan. Sumpah ini telah berlaku sejak zaman jahiliyah. Kemudian ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam syari’at kita. Telah disebutkan di dalam Al Mabsuth sebagai berikut:
وإذا وجد الرجل قتيلًا في محلة قوم فعليهم أن يقسم منهم خمسون رجلًا ما قتلناه ولا علمنا له قاتلًا. ثم يغرمون الدية. بلغنا هذا من رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وفي هذا أحاديث مشهورة.
Jika orang lelaki mendapatkan seorang mati terbunuh ditempat tinggal suatu kaum, sementara tidak diketahui pembunuhnya maka lima puluh orang di antara mereka harus bersumpah. Kemudian mereka wajib membayar diyat. Banyak hadits masyhur yang menjelaskan hal ini telah sampai kepada kita diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
منها حديث سهل بن أبي حثمة أن عبد الله بن سهل وعبد الرحمن بن سهل وعويصة ومحيصة خرجوا في التجارة إلى خيبر وتفرقوا بحوائجهم فوجدوا عبد الله بن سهل قتيلًا في من قلب خيبر يتشحط في دمه.
Di antaranya sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sahal bin Abi Hatsmah bahwa Abdullah bin Sahal, Abdur Rahman bin Sahal, Awishah, dan Muhishah keluar untuk berdagang ke negeri Khaibar dengan membawa barang. Sahal terbunuh di negeri Khaibar berlumuran darah.
فجاؤوا إلى رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ليخبروه فأراد عبد الرحمن وهو أخ القتيل أن يتكلم فقال عليه الصلاة والسلام. «الكبر الكبر» فتكلم أحد عميه وهو الأكبر منهما وأخبره بذلك. قال: «ومن قتله». قال: ومن يقتله سوى اليهود
Kemudian mereka datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memberitahukannya. Abbdur Rahman sebagai saudara orang yang terbunuh hendak berbicara, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang tertua, yang tertua“. Kemudian salah satu dari kedua orang pamannya yang tertua berbicara dan memberitakannya tentang hal itu. Rasulullah bersabda : “Siapakah yang membunuhnya ?” Ia menjawab: Siapa lagi yang membunuhnya selain orang Yahudi.
قال: «تبركم اليهود بأيمانها» فقال: لا نرضى بأيمان قوم كفار لا يبالون ما حلفوا عليه: قال عليه السلام: «أتحلفون وتستحقون دم صاحبكم» فقالوا: وكيف نحلف على أمر لم نعاين ولم في نشاهد. فکره رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أن يبطل دمه (فوداه) بمائة من أبل الصدقة.
Rasulullah bersabda: “Orang-orang Yahudi diminta sumpahnya kepada kalian”. Ia menjawab: Kami tidak rela dengan sumpah kaum kafir yang tidak memperhatikan apa yang mereka janjikan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apakah kalian akan bersumpah dan bertanggung jawab atas darah teman kalian?”. Maka mereka menjawab: Bagaimana kami akan bersumpah tentang sesuatu urusan yang kami sendiri tidak melihat dan menyaksikannya. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam terpaksa membebaskan darahnya dengan seratus ekor unta dari harta zakat.
وذكر الزهري عن سعيد بن المسيب أن القسامة كانت من أحكام الجاهلية فقررها رسول الله صلى الله عليه وسلم في قتيل من الأنصار وجد في حي اليهود. فألزم رسول الله اليهود الدية والمقدمة .
Az Zuhri meriwayatkan dari Sa’id bin Musayyab bahwa sumpah berasal dari hukum bangsa Jahiliyah kemudian ditetapkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pada waktu ada seorang dari kaum Anshar mati terbunuh di kalangan kaum Yahudi. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan diyat dan sumpah kepada mereka.
وذكر الكلبي عن أبي صالح عن ابن عباس رضي الله عنه أن رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كتب إلى أهل خيبر: «إن هذا قتيل وجد بين أظهركم فما الذي يخرجه منكم» فكتبوا إليه: إن مثل هذه الحادثة وقعت في بني لإسرائيل فأنزل الله على موسى عليه السلام أمرًا فإن كنت نبيًا فاسأل الله مثل ذلك.
Al Kilbi meriwayatkan dari Abi Shaleh dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu. bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengirim surat kepada penduduk negeri Khaibar: “Ini adalah seorang terbunuh yang berada di negeri kalian, lantas apa yang harus dikeluarkan dari kalian?” Maka mereka mengirim surat balasan kepadanya: Sesungguhnya peristiwa seperti telah yang terjadi pada kaum bani Israil, maka Allah menurunkan kepada nabi Musa ‘Alaihis Salam. suatu perintah, maka jika engkau seorang nabi mohonlah kepada Allah seperti itu juga.
فكتب إليهم: «إن الله تعالى أرادني أن أختار منكم خمسين رجلًا فيحلفون بالله ما قتلناه ولا علمنا له قاتلًا ثم يغرمون الدية» قالوا: لقد قضيت فينا بالناموس: يعني الوحي.
Rasulullah mengirimkan surat kepada mereka: “Sesungguhnya Allah Ta’ala memberitahukan kepadaku agar aku memilih lima puluh dera baik perempuan atau laki-laki diantara kalian. Kemudian bersumpah demi Allah kami tidak membunuhnya dan tidak mengetahui pembunuhnya kemudian mereka membayar diyat”. Mereka mengatakan telah ditunaikan diyat dengan undang-undang yang ada pada kita yaitu wahyu.
وورد أن رجلًا وجد قتيلا بين ( وادعة وأرحب ) وكان إلى وادعة أقرب فقضى عليهم عمر رضي الله عنه بالقسامة والدية. فقال حارث بن الأصبع الوادعي: يا أمير المؤمنين لا أيماننا تدفع عن أموالنا ولا أموالنا تدفع عن أيماننا. فقال: حقنتم دماءكم بأيمانكم وأغرمكم الدية لوجود القتيل بين أظهر كم
Telah diriwayatkan, seorang laki-laki menemukan seorang terbunuh terletak antara desa Wadi’ah dan Arhub, tempat itu lebih dekat dengan desa Wadi’ah, maka Umar Radhiyallahu ‘anhu memutuskan untuk mewajibkan kepada penduduk Wadi’ah untuk bersumpah dan membayar diyat. Harits ibnu Al Ashba’ seorang penduduk desa Wadi’ah mengatakan: Ya Amirul Mu’minin bukan sumpah kami yang memelihara harta kami dan bukan harta kami yang memelihara sumpah kami. Maka beliau mengatakan: “Kalian pelihara darah kalian dengan sumpah kalian dan aku suka kalian membayar diyat karena adanya orang yang terbunuh di tengah kalian”.
فهذه الآثار تدل على ثبوت حكم القسامة والدية في القتيل الموجود في المحلة على أهلها. ونوع من المعنى يدل عليه أيضًا، وهو أن الظاهر أن القاتل منهم لأن الإنسان قلما يأتي من محلة إلى محلة ليقتل مختارًا فيها.
Hadits-hadits tersebut diatas menunjukkan atas tetapnya hukum sumpah dan diyat bagi penduduk di suatu tempat di mana diketemukan seorang yang terbunuh. Termasuk juga makna yang menunjukkan demikian, bahwa secara lahir pembunuh adalah seorang diantara mereka. Karena manusia itu jarang sekali datang dari satu tempat ke tempat lain untuk membunuh orang yang dipilih di tempat itu.
وإنما تمكن القاتل منهم من هذا الفعل بقوتهم ونصرتهم . فكانوا كالعاقلة فأوجب الشرع الدية عليهم صيانة لدم المقتول عن الهدر. وأوجب القسامة عليهم لرجاء أن يظهر القاتل بهذا الطريق فيتخلص غير الجاني إذا ظهر الجاني. ولهذا يستحلقون بالله ما قتلناه ولا علمنا له قاتلا.
Akan tetapi mantap bahwa pembunuh adalah sebagian diantara mereka. Karena perbuatan ini ada dengan bantuan kekuatan mereka. Mereka itu bagaikan keluarga pembunuh. Maka Syara’ mewajibkan mereka untuk membayar diyat sebagai pembebasan darah orang yang di bunuh tanpa bersalah. Dan mewajibkan sumpah kepada mereka dengan harapan pembunuh nampak dengan jalan ini. Maka orang yang tidak melakukan kejahatan menjadi jelas, demikian pula orang yang melakukannya. Dari sini mereka bersumpah, demi Allah kami tidak membunuhnya dan kami tidak mengetahui pembunuhnya.
ثم على أهل كل محلة حفظ محلتهم عن مثل هذه الفتنة. لأن التدبير في محلتهم إليهم فإنما وقعت هذه الحادثة لتفريط كان منهم في الحفظ حتى تغافلوا عن الأخذ على أيدي السفهاء منهم أو من غيرهم. فأوجب الشرع القسامة والدية عليهم لذلك. اهـ
Kemudian setiap orang memelihara tempat mereka dari fitnah seperti ini. Karena kepengurusan segala masalah yang ada pada tempat tinggal mereka menjadi tanggung jawab mereka. Peristiwa ini terjadi hanyalah karena di antara mereka melupakan penjagaan, sehingga mereka lupa mengambil orang-orang yang bodoh di antara mereka atau orang lain untuk menunaikan tanggung jawab. Maka syara’ mewajibkan sumpah kepada mereka dan memerintahkan untuk membayar diyat karena pembunuhan.