حكمة الزكاة
Bab IV
Hikmah Zakat
إعلم أن الزكاة من أركان الإسلام. وقد فرضها الله في السنة الثانية من الهجرة. وقد ضرب الله مثلًا للذين ينفقون أموالهم في سبيل الله وهو قوله:
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang telah diwajibkan Allah pada tahun kedua hijrah. Allah telah mengumpamakan orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah dengan firman-Nya:
﴿ وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغآءَ مَرْضَاتِ اللهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةِم بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَئَالَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيْرٌ ﴾١
Artinya: “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridlaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti buah kebun yang terletak di dataran tinggi yang di sirami oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kami perbuat.” (Al Baqarah 265).
يقول الله تعالى إن المنفق في سبيل مرضاته كمن يغرس بستانًا بمكان مرتفع فأصابه مطر غزير فأثمره مرتين في العام الواحد. ولما كان المطر سببًا في الإثمار يقول الله تعالى إن هذه الجنة إذا لم يصبها مطر غزير أصابها الطل وهو الذي يكون عادة مصيبًا الأماكن المرتفعة كالهضاب والربوات.
Allah berfirman, bahwasanya orang yang membelanjakan (harta) untuk memperoleh ridha-Nya, seperti halnya orang yang bercocok tanam di sebuah kebun yang berada di dataran tinggi, kemudian disiram oleh hujan yang deras, maka kebun itu mendatangkan hasil dua kali lipat dalam satu tahun. Oleh karena hujan itu menjadi sebab adanya hasil, maka Allah Ta’ala berfirman, apabila kebun ini tidak disiram hujan lebat, tentu akan disiram hujan gerimis, yaitu hujan yang biasanya turun menyiram tempat-tempat yang tinggi seperti gunung-gunung dan bukit-bukit didataran tinggi.
وإذا أصابها الندى فقد قام مقام المطر. فالجنة لا تعدم سبب الإثمار سواء نزل المطر أو لم ينزل. وكذلك الأمر في الإنفاق. أي أن المنفق في سبيل الله يجني ثمار هذا الإنفاق جنيًا مضاعفًا من الثواب. وهذه الثمار يتفاوت مقدارها ولا ينقطع ما دام السقي حاصلًا سواء بالمطر أو الطل، وأن هذا النمو المفهوم من الآية الشريفة يشمل الثواب المضاعف والمال النامي الذي ينمو بسبب الزكاة.
Dan apabila terkena embun, cukuplah embun itu menggantikan hujan. Maka kebun itu tidak akan kehilangan sebab yang mendatangkan buah, baik hujan itu turun atau tidak. Demikian pula halnya dengan membelanjakan harta. Yakni orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah akan memperoleh hasil berupa pahala yang berlipat ganda. Hasil ini berbeda ukurannya selama kebun itu mendapat siraman, baik berupa hujan lebat ataupun hujan gerimis. Dan pertumbuhan ini adalah pemahaman dari ayat yang mencakup pahala yang berlipat ganda dan harta yang berkembang disebabkan oleh zakat.
روي عن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنه قال:
Di riwayatkan dari nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bahwa beliau bersabda:
«مَا مِنْ صَاحِبِ غَنَمٍ لَا يُؤَدِّي زَكَاتَهَا إِلَّا بَطَحَ لَهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ بَقَاعُ قَرْقَرٍ تَطَأُهُ بِإِظْلَافِهَا وَتَنْطَحُهُ بِقُرُوْنِهَا»
Artinya: “Seorang yang memiliki kambing tetapi tidak mengeluarkan zakatnya, melainkan jatuh tersungkur di atas tanah pada hari Kiyamat di cengkeram oleh binatang dengan kuku-kukunya dan di tanduk dengan tanduknya.
وَرُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ فِي مَانِعِي زَكَاةِ الْغَنَمِ وَالْإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْخَيْلِ. «لِأَلْفَيْنِ أَحَدُكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلٰى عَاتِقِهِ شَاةٌ تَبْعُرُ وَيَقُوْلُ یَا مُحَمَّدٌ يَا مُحَمَّدٌ فَأَقُوْلُ لَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا. اَلَا قَدْ بَلَّغْتُ.
Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwasanya beliau bersabda mengenai hal orang-orang yang enggan membayar zakat kambing, unta, sapi dan kuda: “Seorang di antara kamu yang memiliki dua ribu ekor kambing, akan datang pada hari Kiyamat dengan seekor kambing yang berak di atas pundaknya, kemudian orang itu memanggil ya Muhammad, ya Muhammad, maka saya menjawab: saya tidak diberi hak oleh Allah, bukankah dahulu telah aku sampaikan kepadamu ?
وَلِأَلْفَيْنِ أَحَدُكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلٰى عَاتِقِهِ بعير له رغاء فَيَقُوْلُ يَا مُحَمَّدٌ يَا مُحَمَّدٌ فَأَقُوْلُ لَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا أَلَا قَدْ بَلَّغْتُ.
Dan apabila seorang di antara kamu memiliki dua ribu ekor unta, ia akan datang di hari Kiamat dengan seekor unta yang melenguh di atas baunya. Kemudian ia memanggil, ya Muhammad, ya Muhammad. Maka saya menjawab: saya sama sekali tidak diberi bak oleh Allah, bukankah dahulu telah aku sampaikan kepadamu?
وَلِأَلْفَيْنِ أَحَدُكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلٰى عَاتِقِهِ فَرَسٌ لَهُ حَمْحَمَةٌ فَيَقُوْلُ يَا مُحَمَّدٌ يَا مُحَمَّدٌ فَأَقُوْلُ لَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا أَلَا قَدْ بَلَّغْتُ»
Apabila seorang di antara kamu memiliki dua ribu ekor kuda, ia akan datang di hari Kiyamat dengan seekor kuda yang meringkik di atas baunya. Kemudian ia memanggil, Ya Muhammad, ya Muhammad, maka saya menjawab: sedikitpun Allah tidak memberikan hak kepadaku, bukankah dahulu telah aku sampaikan (kepadamu)?
والأحاديث كثيرة في هذا الباب قال معاذ رضي الله عنه: ليس في الدنيا خير من اثنين. رغيف تشبع به كبدًا جائعة وكلمة تفرج بها عن ملهوف: وقد ذكر في البدائع ما يأتي:
Hadits-hadits yang berkaitan dengan bab ini sangat banyak. Mu’az Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang lebih baik dari pada dua. Sepotong roti yang mengenyangkan perut lapar, dan kata-kata yang melapangkan hati orang yang berduka cita”.
إن أداء الزكاة من باب إعانة الضعيف وإغاثة الملهوف وإقدار العاجز وتقويته على أداء ما افترضه الله عز وجل عليه من التوحيد والعبادات والوسيلة إلى أداء المفروض.
Telah disebutkan di dalam kitab Al Bada ‘i’ sebagai berikut: “Memberikan zakat tergolong membantu orang yang lemah, menolong orang yang berduka cita, dan menguatkan orang yang lemah dalam rangka menunaikan kewajiban mengesakan dan beribadah kepada Allah Azza Wajalla serta untuk mendapatkan sarana menunaikan kewajiban.
والثاني: إن الزكاة تطهر نفس المؤدي من أنجاس الذنوب وتزكي أخلاقه بتخلق الجود والكرم وترك الشح والضن. إذ الأنفس مجبولة على الضن بالمال فتتعود السماحة وترتاض لأداء الأمانات وإيصال الحقوق إلى مستحقيها. وقد تضمن ذلك كله قوله تعالى:
Yang kedua, zakat itu mensucikan jiwa orang yang mengeluarkan zakat dari dosa, membersihkan akhlak dengan kedermawanan dan meninggalkan kekikiran. Karena jiwa itu diciptakan bersifat kikir terhadap harta. Hingga ia terbiasa dengan sifat dermawan dan ikhlas menyampaikan amanat kepada yang berhak meneri manya. Seperti telah disebutkan di dalam ayat:
﴿ خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا ﴾١.
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka”. (At Taubat 103).
والثالث: إن الله سبحانه وتعالى أنعم على الأغنياء وفضلهم بصنوف النعمة والأموال الفاضلة عن الحوائج الأصلية وخصهم بها فيتنعمون ويتلذذون بلذيذ العيش. وشكر النعمة فرض عقلًا وشرعًا. وأداء الزكاة إلى الفقير من باب شكر النعمة فكان فرضًا. اهـ.
Yang ketiga, Allah Subhanahu Wa Ta’ala melimpahkan karunia kepada orang-orang kaya keutamaan, kekayaan melimpah ruah untuk memenuhi kebutuhan pokok, dan bermacam-macam kenikmatan khusus bagi mereka. Hingga mereka bersenang-senang menikmati kehidupan. Mensyukuri nikmat adalah wajib, baik menurut akal maupun hukum. Memberikan zakat kepada kaum fakir termasuk syukur nikmat, maka bersyukur adalah wajib.
١ (۲) البقرة: ٢٦٥