LADUNI.ID, Al Junayd berkata, “Tasawuf adalah perang tanpa kompromi.” Maksudnya adalah kesungguhan tiada akhir. Tasawuf adalah usaha dan kerja keras yang tak kenal henti dalam melaksanakan ketaatan dan kepatuhan terhadap Allah SWT.
Dia berkata pula, “Para Sufi adalah anggota dari satu keluarga yang tidak bisa dimasuki oleh orang-orang selain mereka.” Maksudnya, mereka memiliki ciri khas yang tak dimiliki oleh selain mereka dalam akhlak, pergaulan dan lain-lain.
Selanjutnya dia juga menjelaskan lagi, “Tasawuf adalah dzikir bersama, ekstase yang disertai penyimakan, dan tindakan yang didasari Sunnah.” Dalam hadis disebutkan, “Sesungguhnya Allah memiliki pasukan malaikat yang bertugas untuk mencari dan mengikuti halaqoh-halaqoh majelis dzikir di bumi.” (HR. Al-Hakim, Sahih Al-Isnad)
Al Junayd menyatakan, “Kaum Sufi adalah seperti bumi, selalu semua kotoran dicampakkan kepadanya, namun tidak menumbuhkan kecuali segala tumbuhan yang baik.” Dia juga mengatakan, “Seorang Sufi adalah bagaikan bumi, yang diinjak orang saleh maupun pendosa; juga seperti mendung, memayungi segala yang ada; seperti air hujan, mengairi segala sesuatu.” Semua itu disebabkan oleh rasa tawadhunya (perasaan hina) di hadapan Allah SWT.
Dia melanjutkan, “Jika engkau melihat seorang Sufi menaruh kepedulian kepada penampilan lahiriahnya, maka ketahuilah wujud batinnya rusak.” Karena perhatian terhadap lahiriah akan melalaikan perhatian terhadap batin. Seseorang yang disibukkan memperbaiki kulitnya akan terlupakan memperhatikan isinya.
Sahl bin Abdullah berkata, “Sufi adalah orang yang memandang darah dan hartanya tumpah secara gratis.” Ini adalah kiasan. Maksudnya ia merasa tak memiliki apapun karena dirinya sendiri adalah milik Tuhannya. Bukan berarti ia memanggil setiap orang untuk membunuhnya, karena hal itu mustahil dan dilarang syariat. Juga bukan berarti keputusasaan terhadap rahmat Allah SWT karena hal itu merupakan kekufuran.
Ahmad an-Nury berkata, “Tanda seorang Sufi adalah dia merasa rela manakala tidak punya, dan peduli orang lain ketika ada.” Artinya ketika dalam keadaan sulit ia diam, rela dan tidak mengeluh, namun ketika dalam keadaan lapang ia mendahulukan orang lain daripada dirinya sendiri.
Muhammad bin Ali al-Kattany menegaskan, “Tasawuf adalah akhlak yang baik. Barangsiapa yang melebihimu dalam akhlak yang baik, berarti la melebihimu dalam tasawuf.” Ya, tasawuf adalah akhlak yang terpuji, barangsiapa bertambah akhlaknya, bertambah pulalah tasawufnya.
Ahmad bin Muhammad ar-Rudzbary mengatakan, “Tasawuf adalah tinggal di pintu sang kekasih sekalipun engkau diusir.” Ini merupakan kiasan. Maksudnya seseorang pasrah di hadapan pintu rahmat Allah SWT, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya tanpa peduli apakah ia akan diterima atau ditolak. Ia hanya percaya terhadap kemurahan Allah dan sama sekali tidak mengandalkan amalannya. Dalam hadis, “Amalan seseorang takkan dapat memasukkannya ke dalam surga.” Karena yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga hanyalah kemurahan Allah semata.
Dia juga mengatakan, “Tasawuf adalah sucinya taqarrub setelah kotornya kejauhan dari-Nya.” Karena indahnya kedekatan terhadap Allah SWT hanya dapat dirasakan setelah seseorang bersusah-payah dalam mencapainya. Pepatah Arab mengatakan, “Tiada kenikmatan kecuali setelah kelelahan.”
Dikatakan, “Orang yang paling kotor adalah seorang Sufi yang amat kikir.” Maksudnya seseorang yang mengaku sufi namun kikir, maka sebenarnya ia bukanlah sufi. Karena tidak mungkin bersatu antara seorang sufi dengan sifat kikir.
Dikatakan, “Tasawuf adalah tangan yang kosong dan hati yang baik.” Maksudnya tangan yang tidak menyisakan sedikitpun dunia kecuali diinfakkannya di jalan Allah, sedangkan hatinya tetap bersih hanya untuk Allah semata.