LADUNI.ID Jakarta– Kyai Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha, pernah mengingatkan untuk tidak berlebihan dan tidak memaksakan umat muslim yang lain susah menjalani syariat Islam. Seperti diketahui, bulan Ramadhan, adalah bulan yang berlimpah ampunan dan rahmat Allah SWT. Akan tetapi, menurut Gus Baha, jangan sampai momen Ramadhan ini justru memberatkan umat muslim lain yang berhalangan, menjadi terpaksa menjalani ibadah sholat Tarawih berjemaah di masjid.
“Jangan terlalu membesar-besarkan hal yang berpotensi membuat orang biasa jadi susah menjalankan syariat Islam. Hindarilah omongan seperti misalnya saat bulan Ramadhan: “Rugi, Ramadhan hanya setahun sekali kok gak sholat tarawih di masjid berjama’ah. Itu namanya tak menghargai perasaan orang. Di luar sana itu, ada satpam, penjaga toko, tukang ojek, tukang parkir, dan banyak pekerja di malam hari yang mungkin menangis di dalam hati. Mereka juga ingin tarawih, tapi apa daya mereka sedang bekerja,” ulas Gus Baha.
Santri Kyai Maimun Zubair itu melanjutkan, hukum menjalani ibadah Tarawih itu sunnah sedangkan mencari nafkah itu wajib. “Tarawih itu sunah. Sementara mencari nafkah itu wajib. Menghindari diri dari kemiskinan secara ekonomi supaya tidak menjadi beban orang lain, itu hal yang paling utama,” sambung Gus Baha.
Pria kelahiran Sarang, Rembang itu menegaskan, dalam riwayat jelas sekali, Kanjeng Nabi itu sangat mencintai sholat tarawih, namun beliau sengaja meninggalkannya setelah beberapa hari sholat, supaya tarawih tidak dianggap sebagai ibadah wajib. Bahkan dalam hal sholat wajib, Gus Baha mewanti-wanti agar imam sholat jangan terlalu lama membaca bacaan sholat.
“Kanjeng Nabi itu sangat suka sholat. Suatu saat ketika Kanjeng Nabi mengimami sholat, beliau mendengar bayi menangis. Lalu Kanjeng Nabi memutuskan untuk mempercepat sholatnya. Khawatir ibu dari bayi yang jadi makmumnya. Gus Baha juga pernah disowani oleh kyai yang mengeluh karena jama’ahnya tak bertambah. Sambil tertawa Gus Baha menjawab, “loh jangan-jangan orang yang tidak datang sudah hebat,” tegas Gus Baha.
“Loh, kok bisa, Gus…..?” timpal kyai yang sedang sowan kepada Gus Baha.
“Kamu kan mengajarkan supaya orang berbuat baik kepada keluarganya. Mungkin orang yang tidak mengaji itu sedang mempraktekkan ajaran itu. Dia mungkin sedang makan nasi berkat dengan keluarganya. Kamu kan mengajarkan supaya orang mencari nafkah yang halal. Nah, orang yang tidak datang itu mungkin sedang bekerja mencari nafkah yang halal untuk kehidupan keluarganya,” jawab Gus Baha kepada kyai yang sedang berkeluh kesah.
Kyai itu terdiam. “Masak sih, Gus..?” tanya kyai tersebut yang semakin penasaran dengan penjelasan Gus Baha. “Loh kamu itu dikasih tahu kok gak percaya. Makanya, jadi kiai itu yang bijak. Kyai itu penyangga umat banyak. Kalau mau bikin kajian, ya jangan saat orang bekerja. Jangan sampai orang-orang berpikir bahwa Islam itu hadir sebagai masalah,” pungkas Gus Baha. (Editor: Ali Ramadhan)