Laduni.ID Jakarta – Idul Fitri menjadi hari raya yang dinanti natikan oleh umat Islam diseluruh penjuru dunia selepas menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Ibadah ini identik dengan wujud kemenangan dan rasa syukur umat Islam setelah melewati Ramadan satu bulan penuh.
Salat Idul Fitri dilaksanakan pada pagi hari dengan berjamaah. Namun salat Idul Fitri dapat dilaksanakan sendiri (munfarid) jika berhalangan untuk melaksanakannya secara berjamaah. Shalat Idul Fitri dilaksanakan 2 rakaat dengan satu kali salam. Hukum shalat Idul Fitri adalah sunnah muakkad atau sunnah yang dianjurkan untuk dilaksanakan. Berikut tata cara shalat Idul Fitri yang tepat sesuai tuntunan Islam.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Idul Fitri di Berbagai Daerah dan Negara
Pertama: Jumlah raka’at shalat Id ada dua berdasaran riwayat Umar radhiyallahu ‘anhu.
“Artinya: Shalat safar itu ada dua raka’at, shalat Idul Adha dua raka’at dan shalat Idul Fithri dua raka’at. dikerjakan dengan sempurna tanpa qashar berdasarkan sabda Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam” [Dikeluarkan oleh Ahmad 1/370, An-Nasa’i 3/183, At-Thahawi dalam Syarhu Ma’anil Al Atsar 1/421 dan Al-Baihaqi 3/200 dan sanadnya Shahih]
Kedua: Rakaat pertama, seperti halnya semua shalat, dimulai dengan takbiratul ihram, selanjutnya bertakbir sebanyak tujuh kali. Sedangkan pada rakaat kedua bertakbir sebanyak lima kali, tidak termasuk takbir intiqal (takbir perpindahan dari satu gerakan ke gerakan lain)
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
“Artinya: Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dalam shalat Idul Fithri dan Idul Adha, pada rakaat pertama sebanyak tujuh kali dan rakaat kedua lima kali, selain dua takbir ruku” (1)
Berkata Imam Al-Baghawi:
“Ini merupakan perkataan mayoritas ahli ilmu dari kalangan sahabat dan orang setelah mereka, bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir pada rakaat pertama shalat Id sebanyak tujuh kali selain takbir pembukaan, dan pada rakaat kedua sebanyak lima kali selain takbir ketika berdiri sebelum membaca (Al-Fatihah). Diriwayatkan yang demikian dari Abu Bakar, Umar, Ali, dan selainnya” (Ia menukilkan nama-nama yang berpendapat demikian, sebagaimana dalam” Syarhus Sunnah 4/309. Lihat ‘Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam’ 24/220,221)
Baca Juga: Keutamaan Hari Raya Idul Fitri
Ketiga: Tidak ada yang shahih satu riwayatpun dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan mengucapkan takbir-takbir shalat Id 2 Akan tetapi Ibnul Qayyim berkata : “Ibnu Umar -dengan semangat ittiba’nya kepada Rasul- mengangkat kedua tangannya ketika mengucapkan setiap takbir” (Zadul Ma’ad 1/441)
Aku katakan : Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Berkata Syaikh kami Al-Albani dalam “Tamamul Minnah” hal 348:
“Mengangkat tangan ketika bertakbir dalam shalat Id diriwayatkan dari Umar dan putranya –Radhiyallahu anhuma-, tidaklah riwayat ini dapat dijadikan sebagai sunnah. Terlebih lagi riwayat Umar dan putranya di sini tidak shahih.
Adapun dari Umar, Al-Baihaqi meriwayatkannya dengan sanad yang dlaif (lemah). Sedangkan riwayat dari putranya, belum aku dapatkan sekarang”
Dalam ‘Ahkmul Janaiz’ hal 148, berkata Syaikh kami:
“Siapa yang menganggap bahwasanya Ibnu Umar tidak mengerjakan hal itu kecuali dengan tauqif dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka silakan ia untuk mengangkat tangan ketika bertakbir”.
Keempat: Tidak shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam satu dzikir tertentu yang diucapkan di antara takbir-takbir Id. Akan tetapi ada atsar dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu (3) tentang hal ini. Ibnu Mas’ud berkata:
“Artinya : Di antara tiap dua takbir diucapkan pujian dan sanjungan kepada Allah Azza wa Jalla”
Baca Juga: Hal-Hal yang di Sunahkan Pada Hari Raya Idul Fitri
Berkata Ibnul Qoyyim Rahimahullah:
“(Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) diam sejenak di antara dua takbir, namun tidak dihapal dari beliau dzikir tertentu yang dibaca di antara takbir-takbir tersebut”.
Aku katakan: Apa yang telah aku katakan dalam masalah mengangkat kedua tangan bersama takbir, juga akan kukatakan dalam masalah ini.
Kelima: Apabila telah sempurna takbir, mulai membaca surat Al-Fatihah. Setelah itu membaca surat Qaf pada salah satu rakaat dan pada rakaat lain membaca surat Al-Qamar(4) Terkadang dalam dua rakaat itu beliau membaca surat Al-A’la dan surat Al-Ghasyiyah (5)
Berkata Ibnul Qaooyim Rahimahullah:
“Telah shahih dari beliau bacaan surat-surat ini, dan tidak shahih dari belaiu selain itu”(6)
Keenam: (Setelah melakukan hal di atas) selebihnya sama seperti shalat–shalat biasa, tidak berbeda sedikitpun. (7)
Ketujuh: Siapa yang luput darinya (tidak mendapatkan) shalat Id berjama’ah, maka hendaklah ia shalat dua raka’at.
Dalam hal ini berkata Imam Bukhari Rahimahullah dalam “Shahihnya”:
“Bab: Apabila seseorang luput dari shalat Id hendaklah ia shalat dua raka’at” (Shahih Bukhari 1/134, 135)
Al-Hafidzh Ibnu Hajar dalam “Fathul Bari” 2/550 berkata setelah menyebutkan tarjumah ini (judul bab yang diberi oleh Imam Bukhari di atas).
Dalam tarjumah ini ada dua hukum:
Disyariatkan menyusul shalat Id jika luput mengerjakan secara berjamaah, sama saja apakah dengan terpaksa atau pilihan.
Shalat Id yang luput dikerjakan diganti dengan shalat dua raka’at
Berkata Atha’: “Apabila seseorang kehilangan shalat Id hendaknya ia shalat dua rakaat” [sama dengan di atas]
Al-Allamah Waliullah Ad-Dahlawi menyatakan:
“Ini adalah madzhabnya Syafi’i, yaitu jika seseorang tidak mendapati shalat Id bersama imam, maka hendaklah ia shalat dua rakata, sehingga ia mendapatkan keutamaan shalat Id sekalipun luput darinya keutamaan shalat berjamaah dengan imam”.
Baca Juga: Panduan Melaksanakan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha
Adapun menurut madzhab Hanafi, tidak ada qadla (8) untuk shalat Id. Kalau kehilangan shalat bersama imam, maka telah hilang sama sekali”(9)
Berkata Imam Malik dalam ‘Al-Muwatha’ (10)
“Setiap yang shalat dua hari raya sendiri, baik laki-lai maupun perempuan, maka aku berpendapat agar ia bertakbir pada rakaat pertama tujuh kali sebelum membaca (Al-Fatihah) dan lima kali pada raka’at kedua sebelum membaca (Al-Fatihah)”
Orang yang terlambat dari shalat Id, hendaklah ia melakukan shalat yang tata caranya seperti shalat Id. sebagaimana shalat–shalat lain (Al-Mughni 2/212)
Kedelapan : Takbir (shalat Id) hukumnya sunnah, tidak batal shalat dengan meninggalkannya secara sengaja atau karena lupa tanpa ada perselisihan, Namun orang yang meninggalkannya -tanpa diragukan lagi- berarti menyelisihi sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.