Laduni.ID, Jakarta – Perubahan zaman mengandung konsekuensi perubahan bagi setiap orang. Setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya. Begitulah seterusnya mungkin hingga hari kiamat tiba. Bagi setiap orang, sejatinya tak mau alpha di saat kapan pun untuk merubah jiwa sebagaimana yang tertera dalam Al-Quran:
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
Artinya: “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
- Baca juga: Mencari Kiblat Cinta
Membawa pada fitrah jiwa yang tenang, damai bahagia dan lagi diridhoi Allah SWT.
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ
Artinya: “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30)
Dalam Islamic Psychology, jiwa adalah totalitas diri manusia yang meliputi peran jism, aql dan qolb. Ketiganya bergerak dinamis dan saling mendominasi. Dominasi jism melahirkan prilaku hedonis dan hubbuddunya (su’), dominasi aql menampilkan kepintaran dan dampak keangkuhan (amarah), sedangkan dominasi qolb akan membentuk pribadi yang bahagia, sholih dan kharismatik (mutmainnah).
Perubahan zaman dapat merubah jiwa manusia setiap saat, apakah menjadi baik (muthmainnah) atau buruk (su’). Itulah kehidupan manusia yang harus dilakoni dengan aneka macam lakon, sebab hidup di dunia adalah permainan dan panggung sandiwara.
Merubah jiwa berarti merubah diri secara totalitas dan substantif. Karena, jiwa yang bersih menjadi dasar atas perubahan kehidupan lainnya, yang rumit, komplek dan multidimensional.
- Baca juga: Spirit dalam Keluarga
Merubah jiwa berarti mengubah diri dari budak nafsu syahwat (jismiah) kepada prilaku yang positif, syar’i dan bermoral, terutama dalam memenuhi sandang, pangan, papan dan pasangan.
Merubah jiwa berarti menghindari kebodohan, sesat pikir, negative thinking dan kejumudan kepada rasionalitas yang sehat, positif, mencerahkan dan kreatif-produktif untuk diabdikan kepada masyarakat luas.
Merubah jiwa berarti mengobati hati yang buruk nan sakit kepada hati yang diliputi kemuliaan. Hati yang di dalamnya terdapat kepedulian, kasih sayang dan zikrullah. Hati yang mampu mengendalikan aql dan jismnya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (qolbun salim).
Mari kita lalui hari-hari ini dengan merubah jiwa kita kepada jiwa yang tenang, bahagia dan diridhoi Allah SWT.
Semoga bermanfaat
Oleh: Rakimin Al-Jawiy – Dosen Psikologi Islam Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Editor: Daniel Simatupang