LADUNI.ID, Jakarta – Tulisan ini adalah kelanjutan isi dari kitab Syajaratul Ma’arif Bagian Kedua, karangan Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam, berisi tentang “Tata Cara Berakhlak dengan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah”. Selamat membaca.
***
Berakhlak dengan sifat Al-Hilm
Al-Halim maknanya yang tidak tergesa-gesa dalam memberikan hukuman kepada orang-orang berdosa. Karenanya, bersabarlah dalam menghadapi orang yang menyakitimu dan berlaku dzhalim kepadamu, yang mencela dan mencercamu. Karena, Tuhanmu Maha Sabar dan Maha Halim. Mahabaik dan Mahamulia. Menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memberikan ampunan atas kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang mereka lakukan.
Berakhlak dengan Sifat Sabar
As-Shabur adalah Dzat yang memperlakukan hamba-hambaNya dengan penuh kesabaran. Maka, bersabarlah dalam menghadapi kejahatan orang-orang yang jahat, dan kejelekan orang-orang yang jelek. Karena sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang sabar.
Berakhlak dengan Sifat ‘Afwu
Yaitu engkau memberikan maaf pada orang-orang yang melakukan kesalahan di hadapanmu dan memperlakukanmu dengan buruk. Sebab Allah sangat mencintai orang-orang yang memberikan maaf.
Berakhlak dengan Ihsan, Ijmal, In’aam dan Ifdhal
Ijmal, In’aam dan Ifdhal merupakan bentuk dari ragam ihsan. Sebab yang disebut ihsan itu adalah hal yang mendatangkan semua manfaat atau menghindarkan semua bahaya. Karena, berbuat ihsan lah sebagaimana Allah telah berbuat ihsan kepadamu, dan berikanlah nikmat sebagaimana Allah telah memberikan nikmat (in’aam) kepadamu. Dan hendaknya engkau memberikan maaf dengan cara yang baik, dan tinggalkanlah dengan cara yang baik, dengan kesabaran yang baik, dengan kebaikan yang berlimpah, dengan berakhlak sebagaimana akhlak Sang Raja yang Agung. Jangan lah lupa keutamaan-keutamaan saudaramu yan lain.
Karena sesungguhnya Allah berfirman, “Dan janganlah melupakan keutamaan di antara kamu.” (Al-Baqarah: 237).
Juga, sambunglah tali silaturahim dengan orang-orang yang memutuskannya darimu, berilah jalan orang yang mencegahmu, berilah maaf pada orang menzhalimimu, dan sabarlah atas orang yang mencelamu dan mengumpatmu, dan berbuat baiklah pada orang yang berbuat jelek padamu.
Berakhlak dengan Melakukan Semua Kebaikan
Al-Qayyum, maknanya adalah mengurusi semua semesta, yang besar maupun yang kecil.
Adapun buah dari mengetahuinya adalah tawakkal pada-Nya, menyerahkan semua perkara pada-Nya sebab tidak ada yang mengurusi semesta selain Dia.
Berakhlak dengannya bermakna hendaknya seseorang berbuat baik terhadap orang yang bergantung padamu atau menyerahkan perkaranya padamu.
Berakhlak dengen Sifat Al-Khifdh
Al-Khafidh maknanya Pencipta kerendahan. Buah dari mengetahuinya adalah rasa takut akan kerendahan yang Dia berikan.
Adapun berakhlak dengannya adalah dengan merendahkan orang orang ahli maksiat dan pelanggaran.
Berakhlak dengan Ar-Raf’u
Ar-Rafi adalah Yang menciptakan ketinggian dalam semua ragamnya. Sedangkan buahnya dari mengetahuinya adalah dalam hal pengangkatan derajat.
Sedangkan berakhlak dengannya dilakukan dengan mengangkat orang-orang yang berbuat baik dan taat.
Berakhlak dengan I’zaz
Al-Mu’iz adalah Pencipta kemuliaan. Adapun buah dari mengetahuinya adalah keinginan untuk mulia dengan memiliki pengetahuan dan ketaatan.
Berakhlak dengannya yaitu memuliakan agama dan orang-orang yang mengikutinya dari hamba-hamba Allah yang beriman.
Berakhlak dengan Sifat Al-Mudzillu
Al-Mudzillu, Pencipta kehinaan.
Buah dari mengetahuinya adalah takut akan penghinaan yang diakibatkan oleh maksiat dan perbuatan-perbuatan ingkar.
Sedangkan interaksi dengannya adalah dengan menghinakan kebatilan dan ragam-ragamnya dan menginakan permusuhan dan pengikutnya.
Berakhlak dengan Intiqam
Al-Muntagim ialah yang menyiksa bagi siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hambaNya dengan adil.
Adapun buah dari mengetahuinya adalah rasa takut dari penjatuhan siksa-Nya. Sedangkan berakhlak dengannya adalah jika di antara manusia ada yang dicoba dengan mendapatkan kekuasaan maka hendaknya dia menjatuhkan sanksi bagi para durjana dengan hukuman pidana dan pengasingan, dan siksaan yang disyariatkan.
Berakhlak dengan Sifat Adil
Al-Hakam adalah yang berlaku Adil dan tidak condong pada salah satu. Dia senantiasa adil dalam menyambung silaturahim dan memutusnya, dalam memberi dan mencegah, dan memberikan manfaat dan mendatangkan mudharat.
Adapun buah dari mengetahuinya adalah rasa takutnya seorang yang dzhalim dengan keadilan-Nya, dan harapan orang yang dizhalimi dari keutamaan-Nya.
Karenanya, bagi siapa yang diuji dengannnya maka hendaknya dia memutuskan dengan adil atas perkara yang dia putuskan. Menyamakan antara yang kaya dan yang miskin, Antara yang lemah dan yang kuat, antara kerabat dan orang jauh, antara musuh dan loyal. Demikian juga, dia bisa juga berbuat adil terhadap orang-orang khusus dari keluarganya, keluarga besarnya ataupun budak dan anak-anaknya.
Berakhlak dengan Tafarrud
Al-Fardu adalah al-witr (yang ganjil) dan yang satu. Yakni yang tidak serupa dengan-Nya dalam Dzat-Nya, tidak ada yang sepadan dengan-Nya dalam sifat-Nya.
Buah dari mengetahuinya adalah akan berlaku baik dalam berinteraksi dalam segala hal dari semua bentuk ucapan dan perbuatan.
Yang dimaksud berakhlak dengan tafarrud adalah hendaknya engkau menjadi orang satu-satunya yang paling menonjol di zamanmu dan yang paling prestatif dalam ilmu dan kondisi ruhani.
Rasulullah SAW telah bersabda, “Orang-orang yang memiliki sifat tafarrud segera masuk surganya. Dikatakan kepadanya: “Siapa mereka wahai Rasulullah?” Yakni; Lelaki yang banyak menyebut Allah dan perempuan yang banyak menyebut Allah.” (AR. Muslim 2676 dari Abu Hurairah 2g ).
Berakhlak dengan AI-Fath
Jika ia bermakna membuka rezeki, maka pengetahuan tentangnya akan menumbuhkan harapan pada-Nya agar Dia membukakan rezeki baik di dunia maupun di akhirat.
Adapun berakhlak dengannya adalah dengan mengeluarkan apa yang dia miliki dari rezeki agar dia mendapatkan simpati publik.
Jika al-fath itu diambil dari kata “al-Hukm” maka dia sama dengan al-Hakam yang berarti adil.
Berakhlak dengan Sifat Luthf (lembut)
Jika luthf bermakna mengetahui hal dengan detail, maka buah dari mengetahuinya adalah rasa takut dan seganmu, dan perasaan malumu dari jlmu Allah tentang semua detail kondisimu, dan apa yang dirahasiakan dari ucapan dan perbuatanmu. Sebab tidak ada satu perkara pun di dunia ini yang tidak diketahui oleh Allah SWT.
اَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَۗ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ ࣖ (١٤)
Alaa ya’lamu man khalaqa wahuwa allathiifu alkhabiiru
Artinya: “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (Al-Mulk: 14).
Jika diambil dari kata ar-rifqu (lembut), maka buahnya adalah harapan akan kelembutan dari apa yang Dia putuskan. Kelembutan-Nya dengan apa yang Dia jalankan.
Adapun berakhlak dengannya adalah dengan cara bersikap lembut dengan segala apa yang diperintahkan terhadap hamba-hamba Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah ada kelembutan pada sesuatu kecuali dia akan menjadi hiasan baginya?” (HR. Muslim 2594, dari Aisyah r.a.).
Berakhlak dengan Syukur
Asy-Syakur jika bermakna pujiannya terhadap hamba-hambaNya maka buah dari mengerti tentangnya adalah munculnya harapan untuk masuk ke dalam pujian-Nya karena taat pada-Nya dan karena mengetahuiNya. Adapun berakhlak dengannya dilakukan dengan senantiasa bersyukur, berterima kasih kepada kedua orangtua, berterima kasih pada orang-orang yang berbuat baik kepadamu.
Sebab Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidak bisa bersyukur kepada manusia maka dia tidak akan mampu bersyukur pada Allah”. (HR. Abu Dawud 4811, AtTirmidzi 1955 dari Abu Hurairah r.a., dan para perawinya terpercaya).
Allah SWT berfirman, Allah Tuhanmu telah berfirman; “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah tempat kembalimu.” (Luqman: 14)
Berakhlak dengan Sifat Al-Hifzh
Al-Hafizh jika diambil dari makna al-ilmu, maka telah disebutkan sebelumnya.
Jika dia diambil dari makna mengatur sesuatu dan menjaganya, maka buah dari mengetahuinya adalah harapanmu semoga Dia menjagamu di dunia dan akhirat.
Adapun cara berakhlak dengannya adalah dengan menjaga apa yang diperintahkan padamu dari perkara-perkara ketaatan dan amanah. Karena sesungguhnya Allah telah memuji orang-orang menjaga diri dari semua aturan-aturan Allah dan memberikan kabar gembira pada mereka untuk memenuhi semua janji-Nya, Allah SWT berfirman,
هٰذَا مَا تُوْعَدُوْنَ لِكُلِّ اَوَّابٍ حَفِيْظٍۚ (٣٢)
Haadzaa maa tuu’aduuna likulli awwaabin hafiizhin
Artinya: “Inilah yang dijanjikan kepadamu,(yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya).” (Qaaf: 32)
Berakhlak dengan AI-Igatah
Jika dia bermakna “qudrah” maka tidak ada seorang pun yang bisa berakhlak dengannya.
Jika diambil dari kata “iqatatul aqwat” maka buah dari mengetahuinya adalah harapannya untuk mendapatkan makanan dan rezeki.
Berakhlak dengannya adalah dengan memberikan makanan pada setiap orang yang mengharapkan baik dari kerabat atau orang jauh, baik yang kuat ataupun yang lemah. Dengan senantiasa mengedepankan orangorang yang wajib berada di bawah tanggunganmu.
Rasulullah SAW bersabda, “Cukuplah sebuah dosa bagi seseorang yang menelantarkan orang yang meminta makanan.” (HR. Muslim dari Aisyah r.a.).
Sumber: Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam. Syajaratul Ma’arif Tangga Menuju Ihsan, penj. Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2020.