• Backup Home
  • Home 2
  • Privacy Policy
  • Qasidah dan Shalawat Page
  • Rawi Simthud Duror dan Terjemah
  • Tentang Kami
  • Home
Kitab Kuning Digital
No Result
View All Result
Friday, May 16, 2025
  • Home
  • Kajian Kitab
    • Hikmatut Tasyrif wa Falsafatuhu
    • Tafsir Mimpi Ibnu Sirin
    • Safiinatun Najaah
    • Taklim Muta`allim
  • Qasidah
  • PDF Kitab Kuning
  • Khutbah
  • Manakib
  • Shalat
  • Apps
  • Artikel
  • Tentang Kami
  • Home
  • Kajian Kitab
    • Hikmatut Tasyrif wa Falsafatuhu
    • Tafsir Mimpi Ibnu Sirin
    • Safiinatun Najaah
    • Taklim Muta`allim
  • Qasidah
  • PDF Kitab Kuning
  • Khutbah
  • Manakib
  • Shalat
  • Apps
  • Artikel
  • Tentang Kami
No Result
View All Result
Kitab Kuning Digital
No Result
View All Result
  • PDF
  • Qasidah
  • Doa-doa
  • Kajian Kitab
  • Tuntunan Ibadah
  • Apps
  • Artikel
  • Infografis
  • Khutbah
  • Manakib
  • Tanya Jawab Keislaman
  • Tentang Kami
Home Tuntunan Ibadah

Memahami Makrifat Al-Ghazali agar Ridha pada Takdir Ilahi

Kitab Kuning Digital by Kitab Kuning Digital
2023-12-11
in Tuntunan Ibadah
Reading Time: 3 mins read
A A
0
7
SHARES
33
VIEWS
FacebookTwitterWhatsappTelegramLine

LADUNI.ID, Jakarta – Imam Ghazali bercerita, ada seorang Nabi di jaman dulu yang diberi tugas hanya untuk beribadah saja di satu gunung. Dari gunung itu, dia melihat satu peristiwa yang mengherankan.

Ada seorang prajurit yang kebetulan istirahat di satu mata air di gunung itu, ia tanggalkan semua barang bawaannya dan pergi untuk minum mata air itu. Karena sedang menikmati segarnya air itu, ia lengah kalo dia tadi sedang membawa kantong berisi 1.000 dinar. Lalu ada seorang pencuri mengambil kesempatan kelengahan prajurit itu. Dia ambil semua barang bawaan si prajurit termasuk kantong dinar itu, lalu segera pergi.

Tak lama kemudian, datang seorang faqir yang membawa gembolan berisi kayu bakar dan beristirahat di situ juga. Datang pula prajurit yang minum air tadi ke tempat yang sama, setelah puas menikmati segarnya mata air. Prajurit itu kaget, ia tidak menemukan barang bawaan plus kantong dinarnya, malah nemu seorang faqir yang sedang istirahat di situ. Tidak lama, si faqir itu pun diinterogasi dan digeledah oleh prajurit. Karena kesal barang bawaan plus kantong dinarnya hilang, prajurit itupun membunuh si faqir yang malang itu.

  • Baca juga: Kenapa Asmaul Husna Hanya Berjumlah 99? Begini Penjelasan Imam Ghazali

Nabi yang dari tadi melihat peristiwa itu terkejut. Lalu dia bertanya pada Tuhannya, “Duh Gusti, peristiwa apa yang kulihat ini? Yang mencuri kantong dinar itu orang lain, mengapa si faqir itu yang malah terbunuh?”

Gusti Allah pun berfirman, “Sudahlah, kamu sibukkan diri beribadah kepada-Ku saja! Kamu tidak usah punya keinginan untuk selalu mempertanyakan pada apa yang kamu lihat! Orang faqir itu telah membunuh ayah si prajurit itu, maka dia dibunuh sebagai hukuman dari-Ku. Sedangkan ayah prajurit itu pernah mencuri 1.000 dinar dari harta ayah si pencuri kantong dinar itu, maka si pencuri itu telah mengambil bagian warisannya,”

  • Baca juga: Syair Imam Syafi’i: Bekal Terindah Menuju Keabadian

Dari cerita ini, Imam Ghazali menerangkan bahwa di tiap realita, ada 4 cabang makrifat yang harus benar-benar dipahami oleh orang yang ingin ridha pada takdir Gusti Allah:

  1. Memahami untuk ridha pada apapun realita pemberian dari Gusti Allah, entah itu baik atau buruk, dan hikmah di baliknya.
  2. Memahami adanya satu alasan di balik banyak peristiwa yang tampak terjadi.
  3. Memahami adanya qadha’ yang dikehendaki keberadaannya oleh Gusti Allah yang bisa tetap atau bisa berubah sekejap mata sekehendak-Nya.
  4. Memahami adanya qodar yang merupakan jalannya satu atau banyak peristiwa yang jadi latar belakang terwujudnya qadha’.

Kita perlu memahami hal itu semua dan menerimanya dengan pasrah sepenuh hati dan penuh prasangka baik. Yaitu memunculkan keyakinan bahwa tidak ada yang lebih baik dan lebih pantas dari realita yang sudah jadi kehendak-Nya itu. Sehingga bisa muncul ridha pada diri kita.

  • Baca juga: Hakikat Guru Menurut Imam Ibnu Athoillah al-Askandary

Misalkan kita sudah mengupayakan suatu hal yang benar untuk dilakukan demi satu tujuan baik, misal sudah kerja keras dengan cara halal untuk nafkah, namun belum mendapat hasil maksimal yang diinginkan. Kita boleh saja kecewa, namun harus cepat sadar bahwa selalu ada batas-batas yang tidak bisa kita jangkau sekeras apapun usaha kita.

Batasan inilah yang harus kita terima sebagai realita (qodho’) dari Gusti Allah dan cari hikmah keberadaannya bagi kita. Sehingga kita bisa tenang dan senang dalam berpikir agar terus bisa menyusun strategi, berinovasi, berinisiatif dan progressif dalam menghadapi realita tersebut.

Mugi manfaat.

***

Penulis: Fahmi Ali N H
Editor: Muhammad Mihrob

Related

Tags: Al-GhazaliIbadahImam GhazaliMakrifatRidha dengan TakdirTakdir AllahTuntunan Ibadah
Share3Tweet2SendShareShare
Previous Post

Waktu yang Tepat Mengajarkan Shalat Kepada Anak

Next Post

Belajar dari Pengamalan Tasawuf Maulana Habib Luthfi

Kitab Kuning Digital

Kitab Kuning Digital

Penggiat Transformasi Digital keIslaman untuk mendukung Digitalisasi Kitab Kuning untuk pembelajaran masyarakat awam.

Artikel Terkait

Teologi Al-Juwaini: Perilaku Manusia dan Tuhan sebagai Wujudnya
Tuntunan Ibadah

Teologi Al-Juwaini: Perilaku Manusia dan Tuhan sebagai Wujudnya

by Kitab Kuning Digital
2023-12-11
0

LADUNI.ID, Surabaya - Perkembangan teologi keislaman terbilang sangat pesat, banyak bermunculan tokoh-tokoh teolog muslim yang berlomba mengasa keilmuannya dengan mengembangkan...

Read moreDetails
Penjabaran dan Penjelasan Ilmu Tasawuf

Penjabaran dan Penjelasan Ilmu Tasawuf

2023-12-11
Zuhud itu di Hati

Zuhud itu di Hati

2023-12-11
Syajaratul Ma’arif Bagian 2a: Tata Cara Berakhlak dengan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah

Syajaratul Ma’arif Bagian 2b: Tata Cara Berakhlak dengan Nama dan Sifat Allah

2023-12-11
Next Post
Belajar dari Pengamalan Tasawuf Maulana Habib Luthfi

Belajar dari Pengamalan Tasawuf Maulana Habib Luthfi

Syajaratul Ma’arif Bagian 3: yang Dicakup Hati pada Sifat dan Akhlak

Syajaratul Ma’arif Bagian 4: Hukum-Hukum yang Berhubungan dengan Hati dan Tubuh

Syajaratul Ma’arif Bagian 3: yang Dicakup Hati pada Sifat dan Akhlak

Syajaratul Ma’arif Bagian 5: Perintah-Perintah yang Bersifat Bathin

Teologi Al-Juwaini: Perilaku Manusia dan Tuhan sebagai Wujudnya

Teologi Al-Juwaini: Perilaku Manusia dan Tuhan sebagai Wujudnya

© 2023 DH Tech - Daarul Hijrah Tech Kitab Kuning Digital.

No Result
View All Result
  • PDF
  • Qasidah
  • Doa-doa
  • Kajian Kitab
  • Tuntunan Ibadah
  • Apps
  • Artikel
  • Infografis
  • Khutbah
  • Manakib
  • Tanya Jawab Keislaman
  • Tentang Kami

© 2023 DH Tech - Daarul Hijrah Tech Kitab Kuning Digital.