• Backup Home
  • Home 2
  • Privacy Policy
  • Qasidah dan Shalawat Page
  • Rawi Simthud Duror dan Terjemah
  • Tentang Kami
  • Home
Kitab Kuning Digital
No Result
View All Result
Wednesday, May 14, 2025
  • Home
  • Kajian Kitab
    • Hikmatut Tasyrif wa Falsafatuhu
    • Tafsir Mimpi Ibnu Sirin
    • Safiinatun Najaah
    • Taklim Muta`allim
  • Qasidah
  • PDF Kitab Kuning
  • Khutbah
  • Manakib
  • Shalat
  • Apps
  • Artikel
  • Tentang Kami
  • Home
  • Kajian Kitab
    • Hikmatut Tasyrif wa Falsafatuhu
    • Tafsir Mimpi Ibnu Sirin
    • Safiinatun Najaah
    • Taklim Muta`allim
  • Qasidah
  • PDF Kitab Kuning
  • Khutbah
  • Manakib
  • Shalat
  • Apps
  • Artikel
  • Tentang Kami
No Result
View All Result
Kitab Kuning Digital
No Result
View All Result
  • PDF
  • Qasidah
  • Doa-doa
  • Kajian Kitab
  • Tuntunan Ibadah
  • Apps
  • Artikel
  • Infografis
  • Khutbah
  • Manakib
  • Tanya Jawab Keislaman
  • Tentang Kami
Home Tuntunan Ibadah

Belajar dari Pengamalan Tasawuf Maulana Habib Luthfi

Kitab Kuning Digital by Kitab Kuning Digital
2023-12-11
in Tuntunan Ibadah
Reading Time: 5 mins read
A A
0
3
SHARES
16
VIEWS
FacebookTwitterWhatsappTelegramLine

LADUNI.ID, Jakarta – Dalam wawancara dengan Maulana Al-Habib Luthfi bin Yahya, menjelaskan bagaimana tasawuf dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Habib Luthfi mengatakan bahwa: tasawuf adalah pembersih hati. Dan tasawuf itu ada tingkatan-tingkatannya. Yang terpenting, bagaimana kita bisa mengatur diri kita sendiri. Semisal memakai baju dengan tangan kanan dahulu, lalu melepaskannya dengan tangan kiri.

“Bagaimana kita masuk masjid dengan kaki kanan dahulu. Dan bagaimana membiasakan masuk kamar mandi dengan kaki kiri dulu dan keluar dengan kaki kanan. Artinya bagaimana kita mengikuti sunah-sunah Nabi. Itu sudah merupakan bagian dari tasawuf,” terang Maulana Habib Luthfi.

Para orang tua kita dulu sebenarnya sudah mengeterapkan tasawuf. Hanya saja hal itu tak dikatakannya dengan memakai istilah tasawuf. Mereka terbiasa mengikuti tuntunan Rasulullah. Seperti ketika mereka menerima pemberian dengan tangan kanan, berpakaian dengan memakai tangan kanan dahulu. Mereka memang tak mengatakan, bahwa itu merupakan tuntunan Nabi SAW.

  • Baca juga: Mengenal Syekh Junaid Al-Baghdadi, Imam Tasawuf Panutan NU

Tapi mereka mengajarkan untuk langsung diterapkannya. Kini kita tahu kalau yang diajarkannya itu adalah merupakan tuntunan Nabi. Itu adalah tasawuf. Sebab tasawuf itu tak pernah terlepas dari nilai-nilai akhlaqul karimah. Sumber tasawuf itu adalah adab. Bagaimana adab kita terhadap kedua orang tua, bagaimana adab pergaulan kita dengan teman sebaya, bagaimana adab kita dengan adik-adik atau anak-anak kita. Bagaimana adab kita terhadap lingkungan kita.

Termasuk ucapan kita dalam mendidik orang-orang yang ada di bawah kita. Kepada anak-anak kita yang aqil baligh, kita harus bener-bener menjaganya agar jangan sampai mengeluarkan ucapan yang kurang tepat kepada mereka. Sebab ucapan itu yang diterima dan akan hidup di jawa anak-anak kita.

Mampukah ketika kita berhadapan dengan lingkungan yang demikian itu? Ketika kita asik-asiknya bergurau, maka berhentilah sejenak. Kita koreksi apakah ada sesuatu yang kurang pantas? Agar hal yang demikian itu tak dicontoh atau ditiru oleh anak-anak kita. Itu sudah merupakan tasawuf. Jadi dalam rangka pembersihan hati, bisa dimulai dari hal-hal kecil semacam itu.

  • Baca juga: Tasawuf Adalah Senjata Pamungkas Melawan Paham Salafi dan Wahabi

Lalu kita tingkatkan dengan tutur sikap kita terhadap orang tua. Ketika kita makan bersama orang tua. Janganlah kita menyantap lebih dahulu sebelum bapak-ibu kita memulai dulu. Janganlah kita mencuci tangan dahulu sebelum kedua orang tua kita mencuci tangannya. Makanlah dengan memakai tangan kanan. Dan jangan sampai tangan kiri turut campur kecuali itu dalam kondisi darurat. Sebab Rasulullah tak pernah makan dengan kedua tangannya sekaligus. Ini sudah tasawuf.

Yang menarik, karena tasawuf itu mengajarkan pembersihan hati. Saya ingin mempunyai hati yang sangat bersih. Jadi tak sekedar bersih tidak sombong karena ilmunya, tidak sombong karna setatusnya, tidak sombong karena ini dan itu. Namun hati ini betul-betul mulus, selalu melihat kepada kebesaran Allah SWT yang diberikan kepada kita. Itu karena fadhalnya Allah SWT.

Sehingga kita tidak lagi mempunyai prasangka-prasangka yang buruk, apalagi berpikiran jelek dalam pola pikir dan lebih-lebih lagi di hati. Sebab tasawuf itu tazkiyatul qulub, yakni untuk membersihkan hati. Jika hati kita ini bersih, maka hal-hal yang selalu menghalangi-halangi hubungan kita kepada Allah itu akan sirna dengan sendirinya. Sehingga kita senantiasa mengingat Allah.

  • Baca juga: Kekalnya Allah Sama dengan Kekalnya Surga? Ini Penjelasan Tasawuf Buya Syakur

Ibarat besi, hati kita itu sebenarnya putih bersih. Hanya karena karatan yang bertumpuk-tumpuk lantaran tak pernah kita bersihkan, sehingga cahaya hati itu tertutup oleh tebalnya karat tadi. Na’udzubillah kalau sampai hati kita seperti itu.

Ikutlah dahulu ajaran fiqih yang tertera dalam kitab-kitab fiqh. Seperti arkanus shalat (rukun-syarat sholat), lalu adabus shalat, adabut thaharah dan seterusnya. Marilah itu semua kita pelajari dan kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Ketika kita diundang untuk menghadiri acara walimah di sebuah gedung misalnya, maka kenakanlah pakaian yang bagus-bagus.

Sebab itu demi menghormat dan untuk menyaksikan kehalalan kedua mempelai di pelaminan. Untuk menghormati acara tersebut, kita menggunakan pakaian yang rapi. Sebab pada hakikatnya, kita telah menghormati Allah SWT yang telah menghalalkan hal tersebut.

  • Baca juga: Allah Maha Pencemburu, Sebuah Kajian Tasawuf Prof Buya Syakur

Kita juga menghormati yang telah mengundang kita, serta menghormati sesama kita dalam gedung atau dalam jamuan tersebut. Kalau kita bisa menyaksikan aqdun nikah (akad nikah) secara demikian, mengapa kalau kita menghadap langsung kepada Allah SWT, tidak pernah melakukan penghormatan yang demikian itu?

***

Itulah pengamalan tasawuf sehari-hari dari Maulana Habib Luthfi. Bila kita mampu mempelajarinya, tasawuf sebenarnya tidak terlalu sulit karena itu adalah berkaitan dengan mengamalkan kehidupan yang “benar” dan “baik” pada keseharian kita.

Yang menjadikan sulit, adalah karena keseharian kita seringkali diliputi oleh ketidakmampuan hati dan sikap kita dalam mengamalkan kehidupan yang lurus, bersih dan sahaja. Sebab, godaan-godaan akal dan tingginya angan dan keinginan lah yang biasanya menjadi penghambat untuk mengamalkan tasawuf.

  • Baca juga: Kitab yang Menggabungkan Ilmu Fiqih dan Ilmu Tasawuf

Semoga melalui pembelajaran tasawuf sehari-hari dari Maulana Habib Luthfi ini, kita bisa mengamalkan dan mempraktikkan dalam kehidupan kita. Aamiin.(*)

***

Inframe: alm. Guru Zuhdi (K.H. Ahmad Zuhdiannoor) bersama Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.
Editor: Muhammad Mihrob

Related

Tags: akhlakBelajarHabib LuthfiIbadahSufiTasawufTuntunan Ibadah
Share1Tweet1SendShareShare
Previous Post

Memahami Makrifat Al-Ghazali agar Ridha pada Takdir Ilahi

Next Post

Syajaratul Ma’arif Bagian 4: Hukum-Hukum yang Berhubungan dengan Hati dan Tubuh

Kitab Kuning Digital

Kitab Kuning Digital

Penggiat Transformasi Digital keIslaman untuk mendukung Digitalisasi Kitab Kuning untuk pembelajaran masyarakat awam.

Artikel Terkait

Syajaratul Ma’arif Bagian 2a: Tata Cara Berakhlak dengan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah
Tuntunan Ibadah

Syajaratul Ma’arif Bagian 2c: Tata Cara Berakhlak dengan Nama dan Sifat Allah SWT

by Kitab Kuning Digital
2023-12-11
0

LADUNI.ID, Jakarta - Tulisan ini adalah kelanjutan isi dari kitab Syajaratul Ma’arif Bagian Kedua yang ditulis sebelumnya (klik quran.laduni.id/post/read/69967/syajaratul-maarif-bagian-2b-tata-cara-berakhlak-dengan-nama-dan-sifat-allah.html" target="_blank">DI SINI),...

Read moreDetails
Makna Dzikir Ruhani

Makna Dzikir Ruhani

2023-12-11
Hukum Membaca Surat Pendek Setelah Fatihah pada Rakaat Ketiga dan Keempat

Hukum Membaca Surat Pendek Setelah Fatihah pada Rakaat Ketiga dan Keempat

2023-12-11
Tasawuf Adalah Senjata Pamungkas Melawan Paham Salafi dan Wahabi

Tasawuf Adalah Senjata Pamungkas Melawan Paham Salafi dan Wahabi

2023-12-11
Next Post
Syajaratul Ma’arif Bagian 3: yang Dicakup Hati pada Sifat dan Akhlak

Syajaratul Ma’arif Bagian 4: Hukum-Hukum yang Berhubungan dengan Hati dan Tubuh

Syajaratul Ma’arif Bagian 3: yang Dicakup Hati pada Sifat dan Akhlak

Syajaratul Ma’arif Bagian 5: Perintah-Perintah yang Bersifat Bathin

Teologi Al-Juwaini: Perilaku Manusia dan Tuhan sebagai Wujudnya

Teologi Al-Juwaini: Perilaku Manusia dan Tuhan sebagai Wujudnya

Syajaratul Ma’arif Bagian 3: yang Dicakup Hati pada Sifat dan Akhlak

Syajaratul Ma’arif Bagian 5: Perintah-Perintah yang Bersifat Bathin (2)

© 2023 DH Tech - Daarul Hijrah Tech Kitab Kuning Digital.

No Result
View All Result
  • PDF
  • Qasidah
  • Doa-doa
  • Kajian Kitab
  • Tuntunan Ibadah
  • Apps
  • Artikel
  • Infografis
  • Khutbah
  • Manakib
  • Tanya Jawab Keislaman
  • Tentang Kami

© 2023 DH Tech - Daarul Hijrah Tech Kitab Kuning Digital.