LADUNI.ID, Jakarta – Tulisan ini adalah kelanjutan isi dari kitab Syajaratul Ma’arif: Tangga Menuju Ihsan karya Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam. Pada tulisan kali ini, membahas tentang kelanjutan bab 5 tentang “Perintah-Perintah yang Bersifat Bathin” yang dijelaskan dalam beberapa tema. Selamat membaca.
***
Melihat Perkara-perkara Inderawi Seperti Mengenal Kiblat, Waktu Ibadah, Bersuci, Najis dan Hal yang Merusak
Melihat adalah sebuah aktivitas yang akan mengantarkan pada pengetahuan, atau akidah, atau asumsi. Sebab tidaklah mungkin terjadi taqarrub kepada Allah dengan keraguan dan ilusi atau delusi. Dan tidaklah cukup dalam hal yang menyangkut Dzat dan Sifat-Nya hanya dengan asumsi dan kira-kira.
Hendaknya ada keyakinan yang kuat atau pengetahuan. Sebab jika hanya dicukupkan dengan asumsi dalam masalah ini, maka asumsi itu juga bisa membolehkan sesuatu yang aib dan kekurangan atas Sang Mahakuasa. Tentu saja ini akan menafikan keagungan dan kebesaran, menafikan kerendahan dan ketundukan.
Ini berbeda dengan seseorang yang sudah sangat yakin di mana dia telah sangat yakin seyakinyakinnya menafikan semua kekurangan dari Sang Mahakuasa. Dan dia mencukupkan diri dengan asumsi dalam hal cara mengetahui hukum Allah SWT. Sebab Tuhanlah yang memutuskan sesuai dengan kehendak-Nya sesuai asumsi atau sebaliknya. Dan dalam hal ini tidak ada cela, dan tidak ada juga kekurangan.
Menanyakan Pemilik Keagungan
Allah SWT berfirman,
اَلَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۚ اَلرَّحْمٰنُ فَسْـَٔلْ بِهٖ خَبِيْرًا (٥٩)
Alladzii khalaqa alssamaawaati waal-ardha wamaa baynahumaa fii sittati ayyaamin tsumma istawaa ‘alaa al’arsyi alrrahmaanu fais-al bihi khabiiraan.
“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.” (QS. Al-Furqan: 59).
Sesungguhnya setiap orang yang melihat dan dia bingung dengan apa yang dia lihat, maka hendaknya dia menanyakan kepada orang yang berilmu tentang hal itu, di mana Allah telah menunjukkan tentang hal itu dalam firman-Nya, “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
“Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang mémbaca kitab sebelum kamu.” (QS. Yunus: 93).
Takwanya Hati
Allah SWT berfirman, “Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah , maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32).
“Tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu.” (QS. Al-Baqarah: 225).
“Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 284)
“Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 235)
“Allah Maha Mengetahut isi hati.” (QS. Al-Imran: 154)
“Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya.” (QS. Al-Baqarah: 283)
“Tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46).
Rasulullah bersabda, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya takwa itu ada di sini”, sambil memberi isyarat ke dadanya. (HR. Muslim 2564 dari Abu Hurairah ra.).
Pada saat yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada postur dan hartamu, namun Dia melihat pada hati dan perbuatanmu.” (HR. Muslim 2564 dari Abu Hurairah ra.).
Dengan demikian, hati itu adalah sumber segala kebaikan dan kejahatan. Maka marilah kita semua memohon kepada Allah agar Dia memperbaiki hati kita, mengampuni dosa-dosa kita, menutup semua aib dan cela kita, menjaga yang tersembunyi dari kita. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.(*)
***
____________________________________
Sumber: Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam. Syajaratul Ma’arif Tangga Menuju Ihsan, penj. Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2020.