LADUNI. ID-FIQH– Shalat sunat idul Adha dan Idul Fitri hanya dilakukan sekali dalan ditahun. Realita di masyarakat sangat banyak terjadi fenomena dalam pelaksanaannya. Salah satu diantaranya Imam yang tertinggal takbir antara doa iftitah dan ta’awaudh.
Tertinggal baik rakaat pertama atau kedua, ada yang sama sekali tidak membacanya bahkan ada yang membaca kembali setelah Alfatihah.
Lebih tragis lagi ada shalat aid dua kali dalam sekali lebaran dan masih banyak fenomena lainnya. Kedudukan takbir tersebut pada dasarnya sunat dan apabila kita meninggalkannya shalat tetap sah.
Namun dalam pelaksanaan shalat sunat tersebut keberadaan dan tempat membaca takbir sunah itu antara doa iftitah dan ta‘awudz. Apabila seorang imam sudah mulai membaca Surat Al-Fatihah, maka luputlah kesunahan baca takbir sunah tersebut. Ini sebagaimana diungkapkan dalam ibarat kitab berikut:
ووقت السبع الفاصل (بين الاستفتاح والتعوذ) فإن فعلها بعد التعوذ حصل أصل السنة لبقاء وقتها بخلاف ما إذا شرع في الفاتحة عمدا أو سهوا أو جهلا بمحله أو شرع إمامه قبل أن يأتي بالتكبير أو يتمه فإنه يفوت ولا يأتي به للتلبس بفرض ولو تداركه بعد الفاتحة سن له إعادتها أو بعد الركوع بأن ارتفع ليأتي به بطلت صلاته إن علم وتعمد
Artinya, “Waktu membaca tujuh takbir adalah jeda antara doa (iftitah dan ta‘awudz [a‘ûdzu billâhi minas syaithânir rajîm] surat Al-Fatihah). Jika seseorang bertakbir setelah ta‘awudz, maka ia dapat keutamaan sunah karena waktunya masih ada. Lain soal bila seseorang sudah masuk ke surat Al-Fatihah sengaja, lupa, atau karena tidak tahu tempatnya, atau imam sudah mulai membaca surat sebelum makmum membaca takbir atau merampungkannya, maka luputlah kesunahan baca takbir sunah. Seorang makmum tidak perlu membaca takbir ketika itu karena bercampur dengan yang wajib (surat Al-Fatihah). Kalau seseorang menyusul baca takbir setelah surat Al-Fatihah, maka ia dianjurkan untuk mengulang baca Surat Al-Fatihah. Bila baca takbir setelah ruku, yakni bangun i’tidal, maka shalat orang tersebut batal jika ia mengathui dan sengaja,” (Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, Kitab Al-Mihajul Qawim,hal.87).
Sementara itu jika seseorang ingatnya setelah selesai baca surat alfatihah sebelum rukuk, maka tidak sunah kembali bertakbir menurut Qaul Jadid, namun menurut qaul Qadim menyebutkan sunat kembali bertakbir dan sunat mengulangi Alfatihahnya. Penjelasan ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab Al-Majmuk:
وأما إذا نسي التكبيرات الزوائد في صلاة العيد فينظر إن تذكرها في الركوع أو بعده لم يعدها بلا خلاف لفوات محلها فإن كبرها في ركوعه وما بعده كره ولم تبطل صلاته لأن الأذكار لا تبطل الصلاة وإن كانت في غير موضعها وإن رجع إلى القيام ليكبرها بطلت صلاته إن كان عامدا عالما بتحريمه وإلا فلا تبطل ويسجد للسهو وإن تذكرها بعد القراءة وقبل الركوع فهي مسألة الكتاب وفيها القولان المذكوران في الكتاب (الجديد) أنه لا يكبر لفوات محله فإن محله عقب تكبيرة الإحرام (والقديم) أنه يكبر لبقاء القيام والأصح عند الأصحاب هو الجديد
(المجموع شرح المهذب ٤ ص ١٥٣)
“Apabila seseorang lupa takbir zawaid dalam shalat aid, jika ia teringat pada rukuk atau sesudah rukuk tidak boleh mengulanginya dengan tiada khilaf disebabkan bukan lagi tempatnya. Jika ia bertakbir pada rukuk dan sesudahnya maka dimakruhkan dan tidak batal shalatnya. Indiktatornya zikir-zikir itu tidak membatalkan shalat sekalipun bukan pada tempatnya. Jika ia membaca kembali takbir tersebut pada berdiri (dari rukuk) maka batal shalatnya Jika ia mengaja dan mengetahui dengan haramnya perbuatan tersebut, jika bukan karena itu tidak batal dan sujud sahwi. Permasalahan teringat kembali takbir sesudah Alfatihah dan sebelum rukuk ada dua qaul, jadid dan qadim. Qaul Jadid jangan mengulanginya membaca takbir kembali karena bukan lagi tempatnya sebab tempatnya menyertai takbiratul Ihram. Qaul Qadim hendaknya bertakbir kembali Karena masih berdiri. Sedangkan pendapat yang kuat disini ashab qaul jadid. (Kitab Al-Majmuk Syarah Muhazzab, jld 4, hal. 153)
Sementara itu seseorang yang teringat pertengahan membaca Alfatihah. Pendapat Qaul Jadid juga berpendapat untuk tidak mengulanginya membaca takbir dan Qaul Jadid sebaliknya membolehkan membaca kembali takbir dan membaca fatihah kembali.
Sedangkan apabila memperdapatkannya takbir sesudah selesai fatihah disunatkan memulai kembali fatihah dan menurut satu pendapat wajib mengulanginya fatihah. Namun yang pendapat kuat disunatkan membacanya lagi Alfatihah tersebut.(Kitab Al-Majmuk Syarah Muhazzab :4:153)
***Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga Dan penggiat literasi asal Aceh