SHALAT HADIAH OLEH KELUARGA MAYIT
Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya shalat hadiah yang diselenggarakan oleh keluarga mayat pada malam pertama dengan mengundang keluarga dan tetangganya, sesudah shalat kemudian dihidangkan makanan dan kemudian bubaran?
Jawab :
Apabila shalat itu shalat sunat muthlaqah dan pahalanya dihadiahkan kepada mayat, maka hukumnya tidak mengapa (boleh) dan menurut suatu pendapat pahala tersebut dapat sampai dan manfaat kepada mayat. Apabila shalat tersebut diniatkan shalat hadiah kepada mayat, maka shalat tersebut tidak sah dan hukumnya haram, karena mengerjakan sesuatu ibadah yang tidak ada dasarnya (fasidah).
Keterangan, dari kitab:
- Tuhfah al-Muhtaj[1]
وَلاَ تَصِحُّ الصَّلَوَاتُ بِتِلْكَ النِّيَّاتِ الَّتِيْ اسْتَحْسَنَهَا الصُّوْفِيَّةُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَرِدَ لَهَا أَصْلٌ فِي السُّنَّةِ نَعَمْ إِنْ أَطْلَقَ الصَّلاَةَ ثُمَّ دَعَا بَعْدَهَا بِمَا يَتَضَمَّنُ نَحْوَ اسْتِعَاذَةٍ أَوْ اِسْتِخَارَةٍ مُطْلَقَةٍ لَمْ يَكُنْ بِذَلِكَ بَأْسٌ
Dan tidak sah shalat dengan niat seperti yang dianggap baik oleh kaum sufi tanpa dasar sunah sama sekali. Jika memutlakkan shalat lalu berdoa sesudahnya dengan sesuatu yang mengandung semisal isti’adzah (mohon perlindungan) atau istikharah mutlak, maka shalat tersebut boleh saja.
- Pendapat Muktamar
وَأَمَّا حَدِيْثُ صَلاَةِ الْهَدِيَّةِ الَّذِيْ ذُكِرَ فِي الْمَيْهِيِّ فَلاَ يُعْرَفُ صِحَّةُ رَاوِيْهِ
Adapun hadits tentang shalat hadiyah sebagaimana tersebut dalam kitab al-Maihi maka tidak diketahui kesahihan perawinya.[2]
[1] Ibn Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, dalam Abdul Hamid al-Syirwani, Hasyiyah al-Syirwani, (Mesir: Musthafa Muhammad, t. th.), Jilid II, h. 238.
[2] Ahmad al-Maihi al-Syaibani, Hasyiyah Syarh Sittin al-Ramli.
Sumber: Ahkamul Fuqaha no. 108
KEPUTUSAN MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA KE-6
Di Pekalongan Pada Tanggal 12 Rabiuts Tsani 1350 H. / 27 Agustus 1931 M.