Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal dengan Menggunakan Dasar Hisab
Pertanyaan :
Penetapan Pemerintah tentang awal Ramadhan dan awal Syawal dengan menggunakan dasar hisab, tidak wajib diikuti. Sebab menurut Jumhur al-Salaf bahwa tsubut awal Ramadhan dan awal Syawal itu hanya bi al-ru’yah au itmam al-‘adad tsalatsina yauman.
Keterangan, dari kitab:
- Bughyatul Mustarsyidin [1]
لاَ يَثْبُتُ رَمَضَانُ كَغَيْرِهِ مِنَ الشُّهُوْرِ إِلاَّ بِرُؤْيَةِ الْهِلاَلِ أَوْ إِكْمَالِ الْعِدَّةِ ثَلاَثِيْنَ بِلاَ فَارِقٍ
Bulan Ramadhan sama seperti bulan lainnya tidak tetap kecuali dengan melihat hilal, atau menyempurnakan bilangan menjadi tiga puluh hari.
2. Al-‘Ilm al-Manshur fi Itsbat al-Syuhur [2]
قَالَ سَنَدُ الْمَالِكِيَّةِ لَوْ كَانَ اْلإِمَامُ يَرَى الْحِسَابَ فِي الْهِلاَلِ فَأَثْبَتَ بِهِ لَمْ يُتْبَعْ لإِجْمَاعِ السَّلَفِ عَلَى خِلاَفِهِ
Para tokoh madzhab Malikiyah berpendapat: “Bila seorang penguasa mengetahui hisab tentang (masuknya) suatu bulan, lalu ia menetapkan bulan tersebut dengan hisab, maka ia tidak boleh diikuti, karena ijma’ ulama salaf bertentangan dengannya.”
[1] Abdurrahman bin Muhammad Ba’lawi, Bughyah al-Musytarsyidin, (Indonesia: al-Haramain, t. th.), h. 108.
[2] Taqiyuddin al-Subki, al-‘Ilm al-Manshur fi Itsbat al-Syuhur, (Indonesia: Madrasah al-Salafiyah al-Sayfi’iyah Tebuireng-tulis tangan/roneo, 1354 H), h. 14.
Sumber: Ahkamul Fuqaha no. 342 KEPUTUSAN MUNAS ALIM ULAMA Di Sukorejo Situbondo Pada Tanggal 13 – 16 Rabiul Awwal 1404 H./18 – 21 Desember 1983 M.