حكمة المسح على الخفين
Hikmah Membasuh Kedua Stewel
إن من الرخص التي أباحها الشارع الحكيم لنا شفقة بنا في أداء الفريضة المسح على الخفين. وهو ثابت من طريق السنة. وقد جعل الشارع المسح للمقيم مدة يوم وليلة وللمسافر ثلاثة أيام بلياليها لأن المسافر يباشر من وعثاء السفر ما لا يباشره المقيم.
Di antara rukshah (keringanan) yang diperbolehkan Allah karena belas kasihan-Nya kepada kita dalam melaksanakan kewajiban adalah membasuh kedua stewel seperti halnya ditetapkan oleh Sunnah. Allah membuat peraturan membasuh kedua stewel; sehari semalam bagi muqim, dan tiga hari tiga malam bagi musafir, karena musafir menghadapi kesulitan dalam perjalanan yang tidak dihadapi oleh orang yang muqim.
وهناك حكمة أخرى في تحديد هذه المدة. وهي أن الرجلين إذا تركا بدون غسل مدة أكثر من ذلك حصل لهما تعفن وذلك التعفن مضر بالجسم والصحة معًا كما لا يخفى. وقد اختلف العلماء هل هو رخصة إسقاط أو رخصة ترفيه. فجرى على الأول جماعة وجرى على الثاني أكثر الأصوليين وهو الأصح.
Penetapan waktu ini memiliki hikmah lain, di mana kedua kaki apabila dibiarkan tidak dicuci selama lebih dari waktu itu akan menjadi busuk yang akan berbahaya bagi badan dan kesehatan. Para ulama berselisih pendapat dalam mengkategorikan jenis rukhshah ini. Ada yang mengatakan sebagai rukhshah Isqath dan ada yang mengatakan sebagai rukhshah Tarfih. Sekelompok ulama cenderung kepada pemahaman pertama, dan kebanyakan ahli usul cenderung kepada pemahaman kedua, dan ini yang paling benar.
والحكمة في أن الشارع جعل المسح على ظاهرهما دون باطنهما لأن الظاهر هو المرئي أمام العين والباطن مباشر للأرض فكان المسح على ظاهرهما معقولًا موافقًا. وأما قول علي كرم الله وجهه:
Hikmah diusapnya stewel pada bagian luar (atas)nya dan bukan pada bagian bawahnya adalah karena bagian luar merupakan bagian yang terlihat oleh mata, sedangkan bagian bawah bersentuhan dengan tanah, maka membasuh bagian luarnya adalah hal yang masuk akal. Adapun ucapan Ali Radhiyallahu ‘anhu:
«لو كان الدين بالرأي لكان أسفل الخف أولى من أعلاه». فإنه رضي الله عنه أراد بذلك صرف اعتقاد العامة من أن الرأي الغير المستوفي شروط الصحة له دخل في الدين ومعتبر في الأدلة الشرعية. وقلنا ذلك لأن عليًا كرم الله وجهه أعلم الناس بمعاني أصول الدين وحكمة التشريع الإسلامي.
“Kalau saja agama itu dengan akal, membasuh bagian bawah stewel akan lebih utama dari bagian luarnya. Yang dimaksudkan oleh Ali Radhiyallahu ‘anhu adalah ingin mengubah keyakinan kebanyakan orang bahwa pendapat yang kurang benar menurut akal adalah pendapat agama dan merupakan dalil syar’i. Kami katakan demikian karena Ali Radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang paling pandai tentang makna pokok-pokok agama serta hikmah tasyri’ Islami.
والأخبار التي وردت في ثبوت المسح على الخفين كثيرة مستفيضة حتى أن من لم يره ويعتقده كان مبتدعًا ومن اعتقده ولم يمسح أخذ بالعزيمة أثيب على ذلك ويؤجر.
Hadits-hadits tentang kebenaran membasuh kedua stewel cukup banyak sehingga orang yang tidak tahu, bisa menganggapnya bid’ah. Barang siapa yang mengakui kebenarannya dan tidak membasuhnya karena keteguhan, dia akan diberi pahala.