حكمة الأذان
Hikmah Adzan
هذه الحكمة مجموع ثلاثة أمور:
Hikmah adzan ada tiga hal:
الأول: إن الإنسان إذا كان من دأبه مزاولة الاشتغال وتعاطي أسباب الكسب وهي تشغله في الغالب وتنسيه دخول وقت الصلاة فتفوته صلاة الجماعة التي قد عرفت فضلها في غير هذا الموضع. وأيضًا خشية خروج الوقت فتفوته صلاة الأداء. زد على ذلك أنه فيه تنبيه الغافلين، وتذكير الناسين لأداء الفرض.
- Ketika seorang disibukkan kerja atau ditimpa kemalasan terkadang mela-laikannya untuk mengingat waktu shalat sehingga shalat jama’ahnya tertinggal, atau bisa jadi shalat fardlunya tertinggal karena telah keluar dari waktunya. Maka adzan berfungsi untuk mengingatkan orang-orang yang lalai serta mengingatkan orang-orang yang lupa dalam menunaikan kewajiban.
الأمر الثاني: لما كانت الصلاة من أجل النعم إذ تقرب العبد من ربه. وهذا هو الفلاح بعينه كان الأذان بصفة دعوة خير حتى لا تفوت المسلم هذه النعمة الكبرى فهو يدعوه لاغتنام الفرصة واكتساب النعمة.
- Shalat berfungsi untuk mendapatkan nikmat di saat seorang hamba mendekatkan diri kepada Tuhannya. Adzan adalah nikmat itu sendiri. Ia mengajak kepada kebaikan sehingga jangan sampai seorang muslim tertinggal mendapat nikmat yang besar. Adzan mengajaknya untuk bisa memperoleh kesempatan memperoleh nikmat.
والأمر الثالث: هو إظهار عظمة الدين الحنيف لغير المسلمين. ويعلم ذلك أن المسلمين قبل إسلام عمر بن الخطاب رضي الله عنه كانوا يصلون خفية. فلما أسلم أعلنت الصلاة على رؤوس الأشهاد ليكون ذلك باعثًا على ترغيب المشركين في الدين الحنيف. وقال بعضهم: إن من حكم الأذان إظهار شعائر الإسلام وكلمة التوحيد والإعلام بدخول وقت الصلاة ومكانها، والدعاء إلى الجماعة التي فيها خير كثير.
- Menampakkan keagungan agama yang lurus kepada orang-orang non-Islam. Diketahui bahwa ummat Islam, sebelum Umar bin Khattab masuk Islam, mereka shalat bersembunyi-sembunyi. Namun setelah dia masuk Islam, shalat dikumandangkan dengan adzan dari tempat yang tinggi supaya membangkitkan kesadaran orang-orang musyrik untuk menyintai agama yang lurus ini. Ada orang yang berpendapat bahwa di antara hikmah adzan yang lain adalah untuk menampakkan syiar Islam, mengu mandangkan kalimat Tauhid, mengumumkan datangnya waktu shalat serta tempat shalat, dan mengandung doa kepada jama’ah yang mengandung kebaikan yang banyak.
وأنت إذا تأملت في ألفاظ الأذان تجدها جمعت عقيدة الإيمان واشتملت على صفات التنزيه والتعظيم الله سبحانه وتعالى وإثبات الوحدانية. كما أنه اعتراف لنبينا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بالرسالة وفيها الدعوة إلى الصلاة. كأنه يقول المؤذن هلموا إلى الصلاة التي هي خير من كل شيء وفيها الفوز العظيم والخير الجسيم.
Apabila anda memperhatikan lafadh-lafadh adzan, niscaya akan mendapatkannya mengandung aqidah iman, sifat-sifat yang suci, pengagungan kepada Allah serta penetapan akan keesaan-Nya. Adzan juga mengandung pengakuan akan risalah Rasulullah dan ajakan untuk shalat. Seakan muadzin berkata: Marilah shalat, yang lebih baik dari segala sesuatu dan di dalamnya mengandung keuntungan besar dan kebaikan yang banyak.
وقد اتفقت كلمة العلماء على أنه يستحب في الأذان الترسل والترتيل وأن يكون المؤذن له صوت مقبول ولا يتصنع في الأذان حتى لا يكون كالغناء المنهي عنه شرعًا. وقد روي أن رجلًا قال لعبد الله بن عمر: إني لأحبك في الله فقال ابن عمر: وإني أبغضك في الله إنك تبغي في أذانك: يعني أنك تشادق بألفاظ الأذان فتخرجها عن معناها فيفوت المقصود منها.
Para ulama sepakat, agar adzan dikumandangkan dengan suara yang bagus dan panjang. Suara muadzin harus baik, tidak dibuat-buat agar tidak seperti nyanyian yang dilarang secara syar’i. Disebutkan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Abdullah bin Umar: Aku mencintai Engkau karena Allah”. Ibnu Umar berkata: “Aku membencimu karena Allah, sebab kamu berlebih-lebihan dalam adzanmu, yakni kamu ngawur dalam membaca lafadh-lafadh adzan sehingga keluar dari makna dan hilang maksudnya.
ولقد اختلف يومئذٍ في كيفية الأذان فمنهم من قال وأشار بإضرام النار. فلم يرض المصطفى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لأن ذلك تشبيه بالمجوس. فقالوا: الناقوس. فلم يرض لأنه تشبيه بالنصارى. فقيل القرن. فقال: تشبيه باليهود. فرجعوا من غير تعيين.
Pada saat awal pertamanya, terjadi perbedaan pendapat tentang tanda yang mesti digunakan untuk mengetahui waktu shalat. Sebagian mereka berpendapat agar menyalakan api, tapi Rasulullah tidak setuju karena cara itu menyerupai cara orang-orang Majusi. Sebagian mereka mengusulkan untuk menggunakan bel (lonceng), tetapi beliau juga tidak setuju karena cara itu menyerupai cara orang-orang Nasrani. Diusulkan pula menggunakan tanduk, tapi menurut beliau menyerupai orang-orang Yahudi. Maka akhirnya mereka tidak bisa menentukan.
ثم أن عبد الله بن زيد رآه في المنام بهذه الصورة وكذلك عمر بن الخطاب رضي الله عنه. وفي الوقت نفسه كان جبريل عليه السلام قد علمه النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ولما ذهب عبد الله بن زيد إلى المصطفى ليخبره قال له المصطفى: «رؤيا حق» وهذه معجزة من المعجزات الباهرة. جعلنا الله وإياك ممن يجيبون داعي الله لنفوز بالفلاح ونحظى بالنجاح .
Selanjutnya Abdullah bin Zaid dan Umar bin Khattab bermimpi mendengarkan adzan. Pada saat itu juga malaekat Jibril mengajar Rasulullah tentang lafadh adzan. Maka ketika Abdullah bin Zaid menghadap beliau, beliau menjawab: “Mimpimu benar, dan ini merupakan mu’jizat yang tampak”. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang menjawab panggilan-Nya agar memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan.