حكمة المساقاة
Hikmah Musaqat*
إذا كان بعض الناس غنيًا له أرض فيها نخيل وأشجار وكروم ولم يكن قادرًا على سقيا هذه الأشجار والكروم والنخيل ومباشرة استثمارها لمانع يمنعه من ذلك. فالشارع الحكيم أباح له أن يعقد عقدًا مع من يقوم بسقيها وكل ما يلزم لها. وأن يكون لكل منهما جزء في الثمر. وفي ذلك حكمتان:
Ada orang kaya yang memiliki tanah yang ditanami pohon kurma dan pohon-pohon yang lain, tetapi dia tidak mampu untuk menyirami (memelihara) pohon tersebut karena ada suatu halangan yang menghalanginya. Maka Allah yang Maha Bijaksana memperbolehkan orang itu untuk mengadakan suatu perjanjian dengan orang yang bisa menyiraminya. Masing-masing mendapatkan bagian dari buah yang dihasilkan. Dalam hal ini terdapat dua hikmah:
الأولى: رفع نير الفقر وذل المسكنة عن عاتق الفقير: وبذلك يسد عوزه وحاجته.
- Menghilangkan kemiskinan dari pundak orang-orang miskin sehingga bisa mencukupi kebutuhannya.
والثانية: تبادل المنفعة بين بني الإنسان.
- Saling tukar menukar manfaat di antara manusia.
وهناك فائدة أخرى لصاحب الشجر وهي نمو شجره. إذ لو تركه هملاً بلا سقي يصلحه لفسد في يوم أو بعض يوم. زد على ذلك ما يترتب على هذا من روابط المحبة والائتلاف بين الناس بعضهم بعضًا وتتحد الأمة وتعمل لصالحها وكل ما يعود عليها بالفائدة العظمى.
Disamping itu ada faedah lain bagi pemilik pohon, yaitu karena pemelihara telah berjasa merawat hingga pohon berkembang besar. Kalau seandainya pohon itu dibiarkan begitu saja tanpa disirami, tentu bisa mati dalam waktu singkat. Belum lagi faedah dari adanya ikatan rasa cinta kasih sayang antara sesama manusia. Maka jadilah ummat ini ummat yang bersatu dan bekerja untuk kemaslahatan sehingga apa yang diperoleh mengandung faedah yang besar.
* Kerja sama dalam pertanian dengan cara memelihara pohon yang ditanami sedang buah yang dihasilkan menjadi milik bersama dengan pembagian sesuai dengan kesepakatan.