• Backup Home
  • Home 2
  • Privacy Policy
  • Qasidah dan Shalawat Page
  • Rawi Simthud Duror dan Terjemah
  • Tentang Kami
  • Home
Kitab Kuning Digital
No Result
View All Result
Friday, May 16, 2025
  • Home
  • Kajian Kitab
    • Hikmatut Tasyrif wa Falsafatuhu
    • Tafsir Mimpi Ibnu Sirin
    • Safiinatun Najaah
    • Taklim Muta`allim
  • Qasidah
  • PDF Kitab Kuning
  • Khutbah
  • Manakib
  • Shalat
  • Apps
  • Artikel
  • Tentang Kami
  • Home
  • Kajian Kitab
    • Hikmatut Tasyrif wa Falsafatuhu
    • Tafsir Mimpi Ibnu Sirin
    • Safiinatun Najaah
    • Taklim Muta`allim
  • Qasidah
  • PDF Kitab Kuning
  • Khutbah
  • Manakib
  • Shalat
  • Apps
  • Artikel
  • Tentang Kami
No Result
View All Result
Kitab Kuning Digital
No Result
View All Result
  • PDF
  • Qasidah
  • Doa-doa
  • Kajian Kitab
  • Tuntunan Ibadah
  • Apps
  • Artikel
  • Infografis
  • Khutbah
  • Manakib
  • Tanya Jawab Keislaman
  • Tentang Kami
Home Tuntunan Ibadah

Syajaratul Ma’arif Bagian 1b: Penjelasan Tentang Tauhid

Kitab Kuning Digital by Kitab Kuning Digital
2023-12-11
in Tuntunan Ibadah
Reading Time: 5 mins read
A A
0
19
SHARES
95
VIEWS
FacebookTwitterWhatsappTelegramLine

LADUNI.ID, Jakarta – Tulisan ini adalah penjelasan tentang kitab Syajaratul Ma’arif karangan Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam, yang berkaitan dengan tema “Berakhlak dengan Sifat-Sifat Sang Maha Rahman Sesuai dengan Kemampuan”. Secara khusus, dalam bagian ini dibahas mengenai Tauhid. Selamat membaca.

***

Tauhid itu ada dua macam:
Salah satunya adalah Qadim dan itu ada dua:

  1. Pengetahuan tentang Allah dalam hal tawahhud dan tafarud-nya dalam semua sifat dzati, salbi atau fi’li, baik diketahui oleh hamba-hamba Allah atau tidak diketahui, sebab tidak terbatas puji bagi-Nya.
  2. Kesaksian Allah atas diri-Nya dengan tawahhud yang telah disebutkan.

Sedangkan tauhid yang hadits, maka itu ada macam macamnya:

  1. Pengetahuan kita dari apa yang mampu kita capai dari tawahhud-nya dan Allah telah tunjukkan padanya tentang tafarrud-nya.
  2. Keimanan kita pada tawahhud itu.
  3. I’tiqad kita terhadap tawahhud itu.
  4. Keimanan kita dengan semua yang berhubungan dengan tawahhud itu.
  5. Ucapan kita dengan apa yang kita ketahui tentang tawahhud itu.
  6. Ucapan dengan tawahhud itu.

Dengan demikian, ma’rifat itu jauh lebih tinggi daripada I’tiqad, dan keimanan yang mengisyaratkan pada ma’rifat jauh lebih mulia dari yang memberikan isyarat i’tiqad. Dan ucapan yang berasal dari ma’rifat jauh lebih utama daripada ucapan yang berasal dari i’tiqad.

  • Baca juga: Syajaratul Ma’arif Bagian 1: Berakhlak dengan Sifat Sang Maha Rahman

Dalam hal bermuamalah dengan-Nya sesuai dengan tuntutan tauhid-Nya adalah hendaknya kita jangan menyembah selain Dia. Sebab tidak ada Tuhan selain Dia, dan kita kita menyerahkan diri selain pada-Nya. Sebab tidak ada rasa takut kecuali pada-Nya. Dan tidaklah kita mencintai seorang pun melebihi kecintaan pada-Nya. Sebab tidak sesuatu yang indah melebihi keindahan-Nya. Tidaklah kita mengagungkan seorang pun seperti pengagungan pada-Nya. Sebab tidak ada seorang pun yang menyerupai kesempurnaan-Nya dan kita tidak mensyukuri seorang pun melebihi syukur pada-Nya sebab tidak seorang pun yang memberi nikmat selain Dia. Kita tidak mengharap kecuali kebaikan dari-Nya. Sebab tidaklah ada yang memberikan kebaikan selain Dia. Kita tidak juga takut kecuali pada kekuasaan-Nya sebab tidak ada tempat berlindung selain Dia.

Demikian pula dalam hal hubungannya dengan semua yang menjadi konsekuensi sifat-sifatNya, yang berupa ketundukan terhadap keagungan-Nya dan merendahkan diri atas semua kebesaran-Nya.

Demikian pula dengan tauhid-Nya dalam semua ucapan dan perbuatan hingga kita tidak bersumpah dengan seseorang selain Allah. Dan dalam wajibnya tauhid ini terdapat perbedaaan di kalangan ulama.

Adapun mengenai buah dari memperhatikan pada penafian dan tauhid ini maka kita cocokkan setiap satu darinya dengan sesuatu yang cocok dan sesuai dengannya. Berupa tadzallul (merendahkan diri) tawakkal, mahabbah dan mahabah (مهابة) dan lain-lainnya.

  • Baca juga: Mengenal Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam: Pengarang Kitab Syajaratul Ma’arif

Sementara berakhlak sesuai dengan konsekuensi penafian (salb), maka sangat lah tidak mungkin bagi kita untuk berakhlak dengan keseluruhannya. Sebab ada beberapa sifat yang khusus bagi Allah. Dan kita berakhlak dengan yang mungkin kita lakukan. Seperti membuang perbuatan zhalim dari diri kita, menyingkirkan kemauan untuk berbuat zhalim. Seperti juga dengan penyucian dan damai yang diambil dari bersihnya dari aib dan selamat dari semua kekurangan. Itu kita lakukan dengan membersihkah lahir dan batin kita dari semua dosa dan perbuatan-perbuatan yang melanggar, karena sesungguhnya dosa-dosa kita adalah aib yang ada pada kita. Dan hendaknya kita juga menyelamatkan hati kita dari rasa ragu, syirik dan syubhat karena kita ingin mengikuti jejak langkah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

اِذْ جَاۤءَ رَبَّهٗ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍۙ (٨٤)

Idz jaa-a rabbahu biqalbin saliimin

Artinya: “(lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci[1].” (QS. Ash-Shaffat: 84)

Marilah kita mulai dengan cara menyucikan diri dari semua hal yang haram, sesuai dengan firman Allah,

وَذَرُوْا ظَاهِرَ الْاِثْمِ وَبَاطِنَهٗ ۗ

Wadzaruu zhaahira al-itsmi wabaathinahu

Artinya: “Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi.” (QS. Al-An’am: 120).

  • Baca juga: Pengantar Kitab Syajaratul Ma’arif (1): Kebahagiaan adalah Saat Mengetahui Tuhan

Kemudian kita berusaha untuk menyucikan diri dari semua hal yang makruh (tidak disukai), kemudian dari semua syubhat, kemudian dari semua bentuk tindakan mubah yang berlebihan, kemudian dari semua bentuk kesibukan yang menyibukkan kita dari mengingat Tuhan langit dan bumi.


[1] Maksud datang kepada Tuhannya ialah mengikhlaskan hatinya kepada Allah dengan sepenuh-penuhnya. Selengkapnya lihat quran.laduni.id/Quran-Surat-As-Saffat/hal/80″ target=”_blank”>DI SINI.


Sumber: Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam. Syajaratul Ma’arif Tangga Menuju Ihsan, penj. Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2020.

Related

Tags: IbadahKetuhananKitab Syajaratul ma'arifSang Maha RahmanTauhidTuntunan Ibadah
Share8Tweet5SendShareShare
Previous Post

Syajaratul Ma’arif Bagian 1a: Berakhlak dengan Sifat Sang Maha Rahman

Next Post

Syajaratul Ma’arif Bagian 1c: Berakhlak dengan Sifat-sifat Dzat

Kitab Kuning Digital

Kitab Kuning Digital

Penggiat Transformasi Digital keIslaman untuk mendukung Digitalisasi Kitab Kuning untuk pembelajaran masyarakat awam.

Artikel Terkait

Seratus Tokoh Sufi yang Terbagi dalam Lima Generasi
Tuntunan Ibadah

Seratus Tokoh Sufi yang Terbagi dalam Lima Generasi

by Kitab Kuning Digital
2023-12-11
0

LADUNI.ID, As-sulami dalam Thabaqat, merinci sebuah nama besar dari seluruh periode, dengan lima generasi. Generasi ini menurut As-Sulamy adalah generasi...

Read moreDetails
Tasawuf adalah Perang Tanpa Kompromi

Tasawuf adalah Perang Tanpa Kompromi

2023-12-11
Cara Meninggalkan Sifat Sombong Menurut Imam Nawawi Al Bantani

Cara Meninggalkan Sifat Sombong Menurut Imam Nawawi Al Bantani

2023-12-11
Syajaratul Ma’arif Bagian 3: yang Dicakup Hati pada Sifat dan Akhlak

Syajaratul Ma’arif Bagian 3: yang Dicakup Hati pada Sifat dan Akhlak

2023-12-11
Next Post
Syajaratul Ma’arif Bagian 1a: Berakhlak dengan Sifat Sang Maha Rahman

Syajaratul Ma’arif Bagian 1c: Berakhlak dengan Sifat-sifat Dzat

Hukum Menjama’ Shalat karena Tuntutan Pekerjaan

Hukum Menjama' Shalat karena Tuntutan Pekerjaan

Syajaratul Ma’arif Bagian 2a: Tata Cara Berakhlak dengan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah

Syajaratul Ma’arif Bagian 2a: Tata Cara Berakhlak dengan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah

Hukum Menjama’ Shalat karena Tuntutan Pekerjaan

Hukum Berpuasa untuk Menguruskan Badan

© 2023 DH Tech - Daarul Hijrah Tech Kitab Kuning Digital.

No Result
View All Result
  • PDF
  • Qasidah
  • Doa-doa
  • Kajian Kitab
  • Tuntunan Ibadah
  • Apps
  • Artikel
  • Infografis
  • Khutbah
  • Manakib
  • Tanya Jawab Keislaman
  • Tentang Kami

© 2023 DH Tech - Daarul Hijrah Tech Kitab Kuning Digital.