حكمة الحجر
Hikmah Hajr
إن من الحكم الجميلة الجليلة الفائدة حكمة الحجر. وذلك أن الشارع الحكيم رأى أن من يصاب بخلل في عقله كجنون أو عته تكون أمواله معرضة للضياع. لأنه لا يحسن التصرف. فقرر الشارع الحجر عليه حتى تكون الأموال مصونة من الأيدي التي تسلب أموال الناس بالباطل والغش والتدليس. وتكون مصونة أيضًا من سوء تصرف المالك.
Di antara hikmah yang bagus dan mulia adalah hikmah Hajr. Yakni Allah yang Maha Bijaksana memandang bahwa orang yang menderita cacat akalnya seperti gila atau sinting, harta kekayaannya terancam bahaya kerusakan. Karena ia tidak mampu menggunakannya dengan baik. Maka Allah menetapkan hajr baginya, sehingga hartanya terpelihara dari tangan-tangan yang hendak merampas harta manusia dengan jalan yang tidak sah, tipuan, dan pembohongan. Dan juga terpelihara dari salah penggunaan pemiliknya.
ولما رأى الشارع الحكيم أيضًا أن الذين يسترسلون في غلواء الفسق والفجور والخلاعة ويبددون أموالهم ذات اليمين وذات الشمال في حكم المجانين والمعتوهين.
Oleh karena Allah Yang Maha Bijaksana juga mengetahui bahwa orang-orang yang mengulur-ulur kefasikan dan dosa secara berlebih-lebihan, serta melakukan kejahatan dengan menghancurkan harta orang lain yang ada di kanan kirinya itu sama hukumnya dengan orang-orang gila dan sinting.
قرّر الحجر عليهم صونًا لأموالهم وحرصًا على أرزاق أولادهم ومن يعولونهم في حياتهم وبعد مماتهم. فلو أن المسلمين جروا على القاعدة التي قررها الشارع الحكيم تمامًا لما رأينا أمام أعيننا العائلات الكثيرة التي أخنى عليها الدهر وشتت شملها الفقر بسبب تبذير هؤلاء الوارثين الذين يروحون ويغدون بين النديم والكأس والعاهرات الذين يسلبون عقولهم بعد سلب جيوبهم.
Maka ditetapkanlah hajr bagi mereka sebagai penjagaan atas harta mereka, memelihara harta anak-anak mereka, dan orang yang berhajat sewaktu masih hidup dan sesudah mati. Seandainya orang Islam menjalankan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Yang Maha Bijaksana dengan tepat niscaya kita tidak melihat keluarga yang wajib diberi belanja dalam jumlah banyak yang menderita kesedihan dan kemiskinan disebabkan para ahli waris membuang harta berlebih-lebihan. Mereka pergi berlalu lalang di tempat kerumunan orang-orang yang minum-minum, bermegah-megahan pakaian, dan bergumul dengan wanita-wanita sundal yang merampok akal mereka sesudah merampok kantong-kantong mereka.
ولم يقف الأمر في الحجر على من سبق بل يحجر أيضًا على من يتعرض للإفتاء وهو جاهل لا يعلم حقيقة الحكم الشرعي فيضل ويضل وتصبح فتنة بين المسلمين من وراء فتياه وكذا يحجر على الطبيب الجاهل الذي يداوي الأمة وهو لا يعلم شيئا من فن الطب فتروح أرواح طاهرة بين يديه لجهله.
Hajr itu tidak terbatas pada masalah-masalah yang telah disebutkan diatas akan tetapi hajr juga diberlakukan bagi orang yang memberikan fatwa, sementara dia itu bodoh tidak mengetahui hakekat hukum syara’ sehingga tersesat dan menyesatkan. Fatwanya menjadi fitnah di kalangan ummat Islam sesudahnya. Demikian pula dikenakan hajr bagi dokter yang tolol yang mengobati ummat, sementara ia bodoh terhadap ilmu kedokteran. Sehingga banyak nyawa yang tidak bersalah melayang di tangannya karena kebodohannya.
وينتج من ذلك بلاء عظيم وخطب جسيم. وكذا يحجر على المكاري المفلس. لأنه يتلف أموال الناس بالباطل وقد جاء في المبسوط ما يأتي:
Akibatnya terjadi musibah besar dan tragedi yang menyedihkan. Begitu pula diberlakukan hajr bagi orang yang bangkrut mempersewakan hak miliknya karena ia merusak harta manusia dengan jalan yang batil. Telah disebutkan di dalam kitab al Mabsuth sebagai berikut :
إعلم أن الله تعالى خلق الورى وفاوت بينهم في الحجى. فجعل بعضهم أولي الرأي والنهي، ومنهم أعلام الهدى ومصابيح الدجى وجعل بعضهم مبتلى ببعض أصحاب الردى
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia berbeda-beda tingkat akal dan kemampuan berpikirnya. Maka Allah menjadikan bagi sebagian mereka pikiran dan otak yang utama sebagai bendera petunjuk dan lampu-lampu yang menerangi kegelapan. Sebagian diuji melalui sebagian orang yang rusak dan binasa berhubungan dengan urusan dunia.
فيما يرجع إلى معاملات الدنيا كالمجنون الذي هو عديم العقل والمعتوه الذي هو ناقص العقل. فأثبت الحجر عليهما عن التصرفات نظرًا من الشرع لهما واعتبارًا بالحجر الثابت على الصغير في حال الطفولية بسبب عدم العقل بعد ما صار مميزًا بسبب نقصان العقل.
Seperti orang gila yang kehilangan akal dan orang sinting yang tidak sempurna akalnya. Maka Allah menetapkan hajr bagi kedua golongan itu ditinjau dari segi hukum dan berdasarkan hajr yang diterapkan pada anak kecil ketika masih dalam kekanak-kanakan karena belum berakal dan pada anak yang telah dewasa tetapi kurang akal (tidak sempurna).
وذلك منصوص عليه في الكتاب فيثبت الحجر في حق المعتوه والمجنون استدلالًا بالنصوص بطريق التشبيه. لأن حالهما دون حال الصبي. فالصبي عديم العقل إلى الإصابة عادة. ولهذا جاز إعتاق الصبي في الرقبة الواجبة دون الجنون.
Hal semacam itu telah dinashkan di dalam al Kitab. Maka hajr ditetapkan bagi orang yang sinting dengan dalih nash dengan cara tasybih (penyerupaan). Karena keadaan kedua golongan itu tidak sama persis dengan keadaan anak kecil. Anak kecil dikatakan tidak berakal karena tidak bisa berpikir dengan benar. Oleh karena itu boleh bagi anak kecil memerdekakan budak yang wajib dimerdekakan sedang orang yang gila atau sinting tidak boleh.
فأما إذا بلغ عاقلًا فلا حجر عليه بعد ذلك على ما قال أبو حنيفة رحمه الله: الحجر على الحر باطل. ومراده إذا بلغ عاقلًا وحكى عنه أنه كان يقول: لا يجوز الحجر إلَّا على ثلاثة.
Jika anak telah dewasa dan berakal sehat maka tidak ada hajr lagi sesudah itu sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Hanifah: Hajr bagi orang yang merdeka tidak sah hukumnya. Maksudnya apabila ia telah berakal. Diriwayatkan dari Abu Hanifah pula bahwa beliau mengatakan: Hajr itu tidak boleh kecuali bagi tiga golongan yaitu
المفتي الماجن. وعلى الطبيب الجاهل وعلى المكاري المفلس لما فيه من الضرر الفاحش إذا لم يحجر عليهم. فالمفتي الماجن يفسد على الناس دينهم. والطبيب الجاهل يفسد أبدانهم. والمكاري المفلس يتلف أموالهم. فيمنعون من ذلك دفعًا للضرر.
Mufti yang bersenda gurau, dokter yang bodoh, dan orang bangkrut yang mempersewakan rumah. Karena di dalam tiga golongan tersebut terdapat bahaya yang tersebar jika mereka tidak dikenai hajr. Mufti yang bersendagurau merusak agama manusia, dokter yang tolol membinasakan tubuh manusia. Maka diberlakukan hajr bagi mereka untuk mencegah terjadinya bahaya.
وقال في موضع آخر من هذا الباب. إن عبد الله بن جعفر رضي الله عنه كان يفني ماله اتخاذ الضيافات حتى اشترى دارًا للضيافة بمائة ألف. فبلغ ذلك علي بن أبي طالب رضي الله عنه. فقال : لآتين عثمان ولأسألنه أن يحجر عليه. فاهتمّ بذلك عبد الله رضي الله عنه وجاء إلى الزبير رضي الله عنه وأخبره بذلك. فقال:
Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Ja’far Radhiyallahu ‘anhu. menghabiskan hartanya untuk jamuan para tamu sampai ia membeli rumah seharga seratus ribu dirham untuk jamuan para tamu. Maka Ali bin Abi Thalib menyampaikan berita itu seraya mengatakan sungguh aku datang kepada Utsman agar ia memberlakukan hajr baginya. Abdullah mengetahui hal itu dan datang ke- pada Zubairra. untuk memberitakannya seraya ia mengatakan:
أشركني فيها فأشركه. ثم جاء علي إلى عثمان رضي الله عنه وسأله أن يحجر عليه فقال: كيف أحجر على رجل شريكه الزبير، وإنما قال ذلك لأن الزبير رضي الله عنه كان معروفًا بالكياسة في التجارة فاستدل برغبته في الشركة على أنه لا غبن في تصرفه.
“Hendaklah engkau berserikat denganku dalam masalah ini”, iapun menyetujuinya. Ketika Ali datang kepada Utsman dan meminta agar memberlakukan hajr baginya, maka Utsman menjawab: “Bagaimana aku memberlakukan hajr bagi orang yang sekutunya adalah Zubair”. Ia mengatakan demikian tidak lain hanyalah karena Zubair Radhiyallahu ‘anhu adalah seorang yang terkenal kecerdikannya dalam berdagang, maka ia berpendapat berdasarkan atas kesukaannya dalam berserikat yang tiada tipuan di dalamnya.
فهذا اتفاق منهم على جواز الحجر بسبب التبذير. فإن عليًا رضي الله عنه سأل وعثمان اشتغل ببيان العذر. واهتم لذلك عبد الله رضي الله عنه. واحتال الزبير لدفع الحجر عنه بالشركة. فيكون اتفاقًا منهم على جواز الحجر بهذا السبب.
Hal ini menunjukkan adanya kesepakatan (antara Ali dengan Utsman) tentang diperbolehkannya hajr karena tabzir. Sebab Ali meminta sementara Utsman menjelaskan alasan penolakannya. Abdullah sendiri memperhatikannya dan Zubair beralasan untuk mencegah hajr dengan berserikat. Maka mereka sepakat atas diper- bolehkannya hajr dengan sebab ini.