حكمة تحريم الطلاق البدعي
Hikmah Diharamkannya Talak Haram (Talak Bid’ah)*
الحكمة في تحريمه هو لمنع الضرر عن المرأة والرجل معا. أما الضرر الذي يلحق المرأة فهو إذا طلقها في حالة الحيض طالت عليها العدة. أي تكون الحيضة التي حصل فيها الطلاق غير محسوبة من مدة العدة التي هي ثلاثة قروء. وحينئذ تكون أربعة.
Hikmah diharamkannya adalah untuk menolak bahaya dari suami dan istri sekalian. Bahaya yang menimpa istri adalah apabila istri ditalak pada saat haid maka akan memanjanglah masa iddahnya, yakni karena haid pada saat suami mentalak tidak masuk dalam hitungan masa iddah yang tiga kali suci itu, maka akan menjadi empat kali suci.
وينتج من هذا ضرر آخر وهو أن الحيضة الأولى التي حصل فيها الطلاق لا نعتبر لها. وهذا مخالف للشريعة السمحة التي جعلت مدة العدة ثلاثة قروء. وإذا طلقها في طهر بعد وطء تكون مظنة الحمل.
Di samping itu ada bahaya lain. Haid yang pada waktu itu suami mentalak tidak dianggap, yang demikian menyalahi syareal karena ia membuat masa iddah selama tiga kali suci. Kemudian kalau suami mentalak istri pada waktu suci tetapi sehabis berhubungan badan, dikhawatirkan akan terjadi kehamilan.
وإذا كان حمل مكثت زمنًا ليس بقليل حتى تضع حملها وهي بغير بعل؛ عدا ما يتبع ذلك من المشاكل التي تقع بسبب النفقة. خصوصًا في هذا الوقت الذي يلاقي فيه المتداعيان أمام المحاكم الشرعية من العناء شدة وصعوبة لا يقدر الإنسان أن يصفها مهما أوتي من البلاغة وفصاحة اللسان.
Jika terjadi kehamilan berarti istri menunggu saat kelahiran yang cukup lama tanpa ditemani oleh seorang suami. Belum lagi problem yang terjadi akibat kekurangan nafkah. terutama di waktu sekarang, di mana antara suami istri saling tuduh menuduh menghadap kepada Majlis pengadilan dengan susah payah yang tidak bisa dibayangkan oleh siapapun.
أما الضرر الذي يلحق الرجل فهو أنه إذا طلقها في الحيض يكون قد ظلم نفسه بظلمها واكتسب إثمًا بتسببه في طول العدة. وحينئذ جاء الضرر من وجوه ثلاث.
Adapun bahaya yang menimpa laki-laki (suami), yaitu apabila dia mentalak istri pada waktu haid berarti dia menganiaya dirinya dengan cara menganiaya istri dan mencari dosa selama masa iddah. Pada saat itu datang bahaya dari tiga arah:
الأول: اكتسابه إثم الظلم إذ من الصعب على المرأة أن تمكث مدة من الزمن حتى تضع حملها وهي مطلقة بلا بعل.
- Usaha suami untuk mendapatkan dosa akibat penganiayaan atas istri. karena sang istri akan berada dalam kesulitan selama mengandung sebab tidak mempunyai suami.
الثاني: تكبده النفقة كل هذه المدة. ويشاركه في هذا الوجه تعب المشاكل التي كثيرًا ما تقع من أجل ذلك.
- Suami terbebani dengan memberi nafkah kepada istri yang ditalak selama masa tersebut, ditambah juga dengan banyaknya problematika yang timbul untuk itu.
الثالث: تحمله عناء البعد عن ولده وفلذة كبده في مدة الحضانة.
- Suami mendapatkan kesengsaraan karena jauh dari anak dan buah hatinya selama masa pemeliharaan.
روي أن عبد الله بن عمر رضي الله عنه طلق امرأته حالة الحيض فسأل عن ذلك رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فقال له النبي:
Abdullah bin Umar mentalak istrinya ketika sedang haid. Dia mengadukan halnya kepada Nabi. Beliau berkata:
(أَخْطَأْتَ السُّنَّةَ مَا هٰكَذَا أَمَرَكَ رَبُّكَ إِنَّ مِنَ السُّنَّةِ أَنْ تَسْتَقْبِلَ الطُّهْرَ اِسْتِقْبَالًا فَتُطْلِقُهَا لِكُلِّ طُهْرٍ تَطْلِيْقَةً فَتِلْكَ الْعِدَّةُ الَّتِي أَمَرَ اللهُ تَعَالَى أَنْ يُطْلِقَ لَهَا النِّسَاءَ)
Artinya: “Kamu telah menyalahi sunnah, bukan begitu Tuhanmu memerintahkan kamu. Sesungguhnya dari Sunnah adalah agar kamu menunggu suci lantas baru kamu talak. Pada setiap kali suci ada talak. Pada masa itulah Allah memerintah wanita ditalak”.
وروي أيضًا أن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال لعمر رضي الله عنه لما طلق ابنه عبد الله امرأته في حالة الحيض:
Rasulullah juga berkata kepada Umar bin Khattab tentang anaknya, Abdullah, yang mentalak istri di waktu haid:
«مُرِ ابْنَكَ فَلْيُرَاجِعْهَا ثُمَّ يَدَعْهَا إِلَى أَنْ تَحِيْضَ فَتَطْهَرَ ثُمَّ يَطْلِقُهَا ثُمَّ تَحِيْضُ فتَطْهَرُ إِنْ شَاءَ طَاهِرَةً مِنْ غَيْرِ جِمَاعٍ».
Artinya: “Suruhlah anakmu supaya dia merujuk istrinya kemudian supaya membiarkannya sampai ia haid kemudian suci, kemudian ia haid kembali kemudian suci pula dari haid yang kedua. Kemudian mentalaknya kalau dia suka secara bersih tanpa adanya jima”
وروى البخاري: أن ابن عمر طلق امرأته، وهي حائض على عهد رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فسأل عمر بن الخطاب النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عن ذلك فقال رسول الله:
Diriwayatkan dari hadits al-Bukhari bahwa Ibnu Umar mentalak istrinya pada saat haid di zaman Rasulullah, Umar bin Khattab bertanya tentang hal itu kepada Rasulullah, Rasulullah lantas berkata:
«مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا ثُمَّ لِيُمْسِكْهَا حَتَّى تَطْهَرَ ثُمَّ تَحِيْضُ، ثُمَّ تَطْهَرُ، ثُمَّ إِنْ شَاءَ أَمْسَكَ بَعْدُ وَإِنْ شَاءَ طَلَقَ قَبْلَ أَنْ يَمُسَّ. فَتِلْكَ الْعِدَّةَ الَّتِي أَمَرَ اللهُ أَنْ يُطْلِقَ لَهَا النِّسَاءَ».
Artinya: “Suruhlah anakmu supaya dia kembali kepada istrinya, kemudian supaya tetap meneruskan perkawinan sehingga ia suci dari haid, kemudian ia haid kembali, kemudian suci pula dari haid yang kedua. Kemudian jika ia menghendaki, boleh ia teruskan perkawinan sebagaimana yang lalu, atau jika menghendaki ceraikan dia sebelum dicampuri. Demikianlah iddah yang disuruh Allah supaya perempuan ditalak sewaktu itu.” Muttafaq Alaih
هذا ولقد جاء في الكتاب العزيز قوله:
Disebutkan di dalam al-Quran:
﴿ يَٰأَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَآءَ فَطَلِّقُوْهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ ﴾١
Artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar).” Al Thalaq: 1.
وقال مجاهد وعكرمة والحسن: فطلقوهن في طهر لم يقع فيه جماع: وهذا من كمال التأديب ورحمة بالعباد. وقد ورد في البدائع ما يأتي:
Mujahid, Ikrimah dan al-Hasan berkata: “Talaklah istri-istri pada waktu suci yang tidak dicampuri”. Inilah salah satu kesempurnaan pendidikan dan rahmat bagi manusia. Disebutkan dalam Kitab al-Badal’:
إن النكاح عقد مصلحة لكونه وسيلة إلى مصالح الدنيا والدين. والطلاق إبطال له. وإبطال المصلحة مفسدة. وقد قال الله عزّ وجلّ:
“Pernikahan adalah suatu perjanjian mashlahat sebab pernikahan merupakan sarana menuju kepada mashlahat dunia dan akherat. Sedangkan talak berarti pembatalan pernikahan padahal pembatalan mashlahat itu suatu kerusakan sebagaimana firman Allah:
﴿ وَاللهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ ﴾١
Artinya: “Dan Allah tidak menyukai kerusakan“.
وهذا معنى الكراهة الشرعية عندنا ان الله تعالى لا يحبه ولا يرضى به. إلا أنه قد يخرج من أن يكون مصلحة لعدم توافق الأخلاق وتباين الطبائع أو لفساد يرجع إلى نكاحها بأن علم الزوج أن المصالح تفوته بنكاح هذه المرأة أو أن المقام معها سبب فساد دينه ودنياه فتنقلب المصلحة في الطلاق ليستوفي مقاصد النكاح من امرأة أخرى، إلا أن احتمال أنه يتأمل حق التأمل ولم ينظر حق النظر قائم.
Allah tidak suka dan tidak rela terhadap talak. Hanya saja terkadang perkawinan itu tidak membawa maslahat, mungkin karena ketidakcocokan akhlak, perbedaan watak, atau karena suatu kerusakan gara-gara menikahi perempuan tertentu, yaitu ketika seorang suami tahu kalau maslahati itu hilang akibat perkawinannya dengan perempuan itu, atau posisi dia bersama perempuan tersebut merusak agama dan dunianya sehingga talak adalah merupakan maslahat agar bisa tercapai maslahat perkawinan dari perempuan lain yang akan dinikahinya nanti. Terkadang dia mentalak dengan berpikir mendalam dan terkadang tidak.
فالشرع والعقل يدعوانه إلى النظر وذلك أن يطلقها طلقة واحدة رجعية حتى أن التباين أو الفساد إذا كان من جهة المرأة تتوب وتعود إلى الصلاح إذا ذاقت مرارة الفراق. وإن كانت لا تتوب نظر في حال نفسه إن كان يمكنه الصبر عنها يطلقها في الطهر الثاني.
Agama dan akal mengajak untuk berpikir benar-benar. Mentalak istri dengan talak rujuk ada harapan perbikan dan kerusakan yang ada pada istri bisa kembali membaik ketika sang istri tersebut merasakan betapa pahitnya berpisah. Kalau ternyata sang istri tidak mau sadar, suami boleh mentalaknya sebagai talak kedua pada saat suci kedua kalau mau.
أولاً: ويجرب نفسه ثم يطلقها فيخرج نكاحها من أن يكون مصلحة ظاهرًا وغالبًا لأنه لا يلحقه الندم غالبًا فأبيحت الطلقة الواحدة أو الثلاث في ثلاثة أطهار على تقدير خروج نكاحها أن يكون مصلحة وصيرورة المصلحة في الطلاق. فإذا طلقها ثلاثًا جملة واحدة في حالة الغضب وليست حالة الغضب حالة تأمل لم يعرف خروج النكاح من من أن يكون مصلحة فكان إبطالاً للمصلحة من حيث الظاهر. فكان مفسدة.
Namun setelah talak kedua ternyata istri masih belum sadar, maka suami bisa mentalaknya untuk yang ketiga (terakhir). Maka ketika itu memang jelas pernikahannya tidak membawa maslahat karena dia tidak lagi menyesal ketika mentalak. Talak sekali atau talak tiga kali dalam tiga kali suci diperbolehkan asal pernikahan dengan istrinya tersebut tidak membawa maslahat dan justru talak merupakan maslahat. Talak tiga kali sekaligus pada waktu marah bukanlah talak yang sah. Saat marah bukanlah saat berpikir karena dia tidak sadar kalau pemikahannya membawa bencana, berarti pernikahannya menghilangkan maslahat yang merusak.
والثاني: أن النكاح عقد مسنون بل هو واجب فكان الطلاق قطعًا للسنة وتفويتًا للواجب فكان الأصل فيه هو الحظر والكراهة. إلا أنه رخص للتأديب أو للتخليص: والتأديب يحصل بالطلقة الواحدة الرجعية لأن التباين أو الفساد إذا كان من قبلها فإذا ذاقت مرارة الفراق فالظاهر أنها تتأدب وتتوب وتعود إلى الموافقة والصلاح.
Pernikahan adalah suatu akad yang disunatkan, bahkan bisa jadi wajib. Sementara itu talak memutuskan sunnat dan menghilangkan kewajiban. Talak asal mulanya dilarang dan makruh, tapi kemudian diperbolehkan sebagai rukhshah (keringanan) dengan maksud untuk perbaikan atau untuk penyelamatan. Perbaikan ditempuh dengan jalan talak rujuk satu. Perbedaan dan kerusakan yang terdapat pada istri akan bisa kembali baik ketika dia merasakan betapa pahitnya berpisah.
والثالث: أنه إذا طلقها ثلاثًا في طهر واحد فربما يلحقه الندم. وقال الله تعالى:
Kalau suami mentalak dengan talak tiga kali hanya dalam satu suci, maka barangkali akan mendapatkan penyesalan. Allah berfirman:
﴿ لَعَلَّ اللهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذٰلِكَ أَمْرًا ﴾٢
Artinya: “Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu yang baru.” Al-Thalaq:1
قيل في التفسير أي ندامة على ما سبق من فعله أو رغبة فيها فلا يمكنه التدارك بالنكاح فيقع في السفاح. فكان في الجمع احتمال الوقوع في الحرام وليس في الامتناع ذلك. والتحرز عن مثله واجب شرعًا وعقلًا،
Dalam tafsir, maksud ayat diatas adalah penyesalan atas perbuatannya atau suami masih cinta istri tapi tidak mungkin lagi dinikahi sehingga timbullah pembunuhan. Talak tiga sekaligus mengakibatkan jatuh pada hal-hal yang haram yang tidak bisa dihindarkan. Menjaga terjadinya hal yang haram adalah wajib secara syara’ dan akal.
بخلاف الطلقة الواحدة لأنها لا تمنع من التدارك بالرجعة وبخلاف الثلاث في ثلاثة أطهار لأن ذلك لا يعقب الندم ظاهرًا إلا أنه يجرب نفسه الأطهار الثلاثة فلا يلحقه الندم، ويستوي في كراهة الجمع أن تكون المرأة حرة أو أمة مسلمة أو كتابية لأن الموجب للكراهة لا يوجب الفصل ا هـ بتصرف.
Lain halnya dengan talak satu. Talak satu masih memberi kemungkinan suami untuk kembali (rujuk), demikian pula halnya talak tiga kali dalam tiga kali suci. Talak satu atau talak tiga dalam tiga kali suci tidak menimbulkan penyesalan karena dia menguji dirinya dalam tiga kali suci. Larangan menyatukan talak tiga dalam satu kali suci juga berlaku pada perempuan merdeka, hamba sahaya, atau perempuan ahli Kitab karena larangan itu umum sifatnya.
* Yaitu talak yang dilakukan dalam dua keadaan:
1. Menjatuhkan talak sewaktu si istri dalam haid.
2. Menjatuhkan talak sewaktu suci yang telah dicampurinya dalam waktu suci itu.