حكمة آداب المحادثة
Adab Sopan Santun Berbicara
إعلم أن من الدلائل على سلامة الذوق ورقة العاطفة ومكارم الأخلاق، أن الإنسان إذا حادث غيره يراعي الشروط الآتية:
Ketahuilah bahwa di antara bukti-bukti yang menunjukkan adanya perasaan sehat, emosi yang halus, dan akhlak yang mulia ialah jika manusia berbicara dengan orang lain, maka ia memperhatikan hal-hal yang berikut:
وهي أن يخاطب كل إنسان على قدر فكره ومقامه. فلا يخاطب السوقة مخاطبة الخاصة ولا الخاصة مخاطبة السوقة.
- Jika ia berbicara dengan orang lain ia berbicara sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir dan kedudukannya. Maka ia tidak akan bicara dengan orang awam seperti berbicara dengan kaum Khawwas (orang-orang yang pandai). Sebaliknya ia tidak akan berbicara dengan orang pandai seperti berbicara dengan orang awam.
وأن يحسن الإصغاء إذا حُدّث. أو أن يحسن النطق إذا حدث.
- Tidak memotong pembicaran orang lain sampai orang yang berbicara menyempurnakan pembicaraannya.
وأن لا يقاطع المحدث حتى يكمل حديثه.
- Tidak memotong pembicaran orang lain sampai orang yang berbicara menyempurnakan pembicaraannya.
وأن لا يحدّث إنسانًا مشغولًا بمحادثة غيره.
- Tidak mengajak berbicara orang yang sedang sibuk berbicara dengan orang lain.
وأن لا يكون حديثه سؤالاً مطلقًا حتى لا يكون حديث غیره جوابًا مطلقًا. اللهم إلا إذا اقتضى المقام لذلك.
- Perkataannya tidak berbentuk pertanyaan melulu, sehingga menyebabkan perkataan orang lain mutlak berbentuk jawaban kecuali jika keadaan menuntut cara yang demikian.
وأن لا يكذب في المحادثة ولا ينم ولا يغتاب
- Tidak berbohong, mengadu-adu, dan membicarakan orang lain.
وأن لا يتحذلق في حديثه ولا يتمشدق
- Tidak terlalu tajam dan tidak pula ngawur.
وأن لا يرفع صوته على صوت محدثه خصوصًا إذا كان أعلا منه مقامًا ومنزلة.
- Tidak mengangkat suaranya di atas suara orang lain. Utamanya jika berbicara dengan orang yang kedudukannya lebih tinggi.
وأن يطنب في مواطن الإطناب. ويوجز في مواطن الإيجاز.
- Berbicara dengan panjang lebar jika situasi menghendaki hal itu. Sebaliknya berbicara dengan ringkas padat dan jelas sesuai dengan keperluan jika kondisi menghendakinya.
وعلى الجملة يصون لسانه عن كل ما ينافي الذوق ويخالف آداب الشريعة. وقد قال الله تعالى يعلمنا الآداب الإسلامية:
Ringkasnya orang harus memelihara lisannya dari segala sesuatu yang menghilangkan perasaan kemanusiaan dan bertentangan dengan adab sopan santun berbicara menurut syara’. Allah Ta’ala berfirman mengajari bagaimana kita berbicara dengan adab sopan santun dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman:
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِنْ تَسْأَلُوا عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللَّهُ عَنْهَا ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ ﴿ ١٠١﴾١
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur’an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”. (Al Maaidah: 101).
وقال جل جلاله: ﴿ وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ ﴿ ١٢﴾٢
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukalah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (Al Hujurat: 12).
وقال تعالى: ﴿ قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ ﴾۳
Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung”. (Yunus: 69)
وقال تعالى أيضًا : ﴿ وَقُل لِّعِبَادِى يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَٰنِ عَدُوًّا مُّبِينًا ﴾٤ صدق الله العظيم.
Artinya: “Dan’katakanlah kepada hamba-hambaKu: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”. (Al Israa’:53).