رأى الأستاذ الإمام الشيخ محمد عبده
في تعدد الزوجات
Pendapat Muhammad Abduh tentang Poligami
نذكر هنا في هذا الفصل رأى الاستاذ الإمام شيخنا المغفور له الشيخ محمد عبده في تعدد الزوجات في الشريعة الإسلامية. وهذا الرأي أبداه رحمة الله عليه في سنة ۱۲۹۸ هجرية. وذلك الوقت كانت الحوادث التي تقع بين المرء وزوجه محصورة في دائرة ضيقة ولو كان موجودًا في هذا العصر لرأيناه قد أبدى رأيه في صراحة أكثر من ذلك. قال:
Di sini akan kami sebutkan pendapat Syeikh Muhammad Abduh tentang poligami dalam syari’at Islam. Pendapatnya disampaikan pada tahun 1298 H. Pada waktu itu kejadian-kejadian yang terjadi di kalangan suami istri terbatas pada masalah yang sempit. Kalaulah sekarang beliau masih hidup, niscaya akan menyampaikan pendapatnya dengan tegas dan lebih luas. Beliau berkata:
قد أباحت الشريعة المحمدية للرجل الاقتران بأربع من النسوة إن علم من نفسه القدرة على العدل بينهن وإلَّا فلا يجوز الاقتران بغير واحدة. قال تعالى:
“Syari’at Muhammad membolehkan bagi laki-laki untuk mengumpulkan empat orang wanita, jika dia tahu akan mampu berbuat adil di antara mereka. Kalau tidak, maka tidak boleh kecuali hanya dengan satu wanita saja. Allah berfirman:
﴿ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا نَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً ﴾١
Artinya: “Kalau kamu takut untuk tidak bisa berbuat adil, maka kawinlah dengan satu perempuan saja”. Al-Nisa’ :3.
فإن الرجل إذا لم يستطع إعطاء كل منهن حقها اختل نظام المنزل وساءت معيشة العائلة. إذ العماد القويم لتدبير المنزل هو بقاء الاتحاد والتآلف بين أفراد العائلة.
Seorang laki-laki yang tidak mampu memberikan hak kepada setiap istrinya, akan merusak aturan rumah tangga dan akan rusak pula kehidupan keluarga, karena tiang kokoh untuk membina keluarga adalah adanya kesatuan, saling mengasihi di antara anggota keluarga.
والرجل إذا خص واحدة منهن دون الباقيات ولو بشيء زهيد كأن يستقضيها حاجة في يوم الأخرى امتعضت تلك الأخرى وسئمت الرجل لتعديه على حقوقها بتزلفه إلى من لا حق لها.
Seorang laki-laki yang hanya memprioritaskan perhatiannya kepada seorang istri dan membiarkan yang lain-meskipun hanya pada perkara ringan seperti menggilir istri pada waktu milik istri yang lain – maka istri yang lain akan bosan dan benci terhadap laki-laki itu karena merusak haknya dan memindahkannya kepada orang yang tidak berhak.
وتبدل الاتحاد بالنفرة والمحبة بالبغض. وقد كان النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وجماعة الصحابة رضوان الله عليهم والخلفاء الراشدون والعلماء والصالحون من كل قرن إلى هذا العهد يجمعون بين النسوة مع المحافظة على حدود الله في العدل بينهن. فكان صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وأصحابه والصالحون من أمته لا يأتون حجرة إحدى الزوجات في نوبة الأخرى إلا بإذنها.
Persatuan akan berubah menjadi percekcokan, dan rasa cinta menjadi kebencian. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. para shahabat, khulafa’ Rasyidin, ulama, orang-orang shaleh pada setiap abad hingga sekarang mengumpulkan beberapa perempuan (mengawini mereka) dengan tetap menjaga hukum-hukum Allah untuk berlaku adil di antara mereka. Mereka tidak masuk ke dalam kamar salah satu istrinya yang bukan pada gilirannya kecuali mendapat izin.
من ذلك أن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كان يطاف به وهو في حالة المرض على بيوت زوجاته محمولًا على الأكتاف حفظًا للعدل. ولم يرض بالإقامة في بيت إحداهن خاصة. فلما كان عند إحدى نسائه سأل في أي بيت أكون غدًا.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika sakit, berpindah-pindah dari rumah satu istrinya ke rumah yang lain dengan maksud menjaga keadilan. Beliau tidak hanya berdiam dirumah salah satu istrinya saja. Ketika berada di rumah salah satu istrinya, beliau bertanya dimana besok harus tinggal.
فعلم نساؤه أنه يسأل عن نوبة عائشة. فأذن له في المقام عندها مدة المرض فقال: «هل رضيتن» فقلن: نعم. فلم يقم في بيت عائشة حتى علم رضاهن. وهذا الواجب الذي حافظ عليه النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هو الذي ينطبق على نصائحه ووصاياه.
Maka istri-istrinya mengetahui bahwa beliau meminta giliran Aisyah. Seluruh istrinya rela beliau tinggal di rumah Aisyah selama sakit. Beliau bertanya kepada mereka: “Apakah kalian rela ?“. Mereka menjawab: “Ya“. Beliau tidak pergi ke rumah Aisyah kecuali atas kerelaan mereka. Kewajiban yang tetap dijaga oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut sesuai dengan nasehat-naschat dan wasiat-wasiatnya.
فقد روي في الصحيح أن آخر ما أوصى به صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثلاث. كان يتكلم بهن حتى تلجلج لسانه وخفي كلامه:
Diriwayatkan dalam suatu hadits shahih bahwa Nabi mempunyai tiga wasiat. Beliau berbicara kepada para istrinya hingga lidahnya tergagap-gagap dan suaranya melemah:
«الصَّلَاةُ الصَّلَاةُ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ لَا تُكَلِّفُوْهُمْ مَا لَا يُطِيْقُوْنَ، اللهُ اللهُ فِي النِّسَاءِ فَإِنَّهُنَّ عِوَارٌ فِي أَيْدِيْكُمْ – أَيْ أَسْرَاءَ – أَخَذْتُمُوْهُنَّ بِأَمَانَةِ اللهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوْجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ»
Artinya: “Jagalah shalat. Terhadap budak-budakmu, janganlah engkau membebani mereka lebih dari kemampuan. Berhati-hatilah terhadap perempuan, mereka itu cacat dalam kekuasaanmu (tertawan). Kamu sekalian telah mengambil mereka dengan amanat Allah dan menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah”.
وقال: «مَنْ كَانَ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا دُوْنَ الْأُخْرَى». وَفِي رِوَايَةٍ «وَلَمْ يَعْدِلْ بَيْنَهُمَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَحَدُ شَقَّيْهِ مَائِلٌ»
Kemudian beliau berkata:
Artinya: “Barangsiapa yang memiliki dua orang perempuan (istri), lantas condong kepada salah satunya tanpa yang lain, (pada riwayat lain) dan tidak berlaku adil terhadap keduanya, maka dia akan datang pada hari kiamat sedang sebagian tubuhnya miring”.
وكان النبي يعتذر عن ميله القلبي بقوله:
Rasulullah memaklumi adanya kecenderungan hati kepada salah satu istri lebih dari yang lain, dengan kata-katanya:
«اللّٰهُمَّ هذَا» أي العدل في البيات والعطاء – «جُهْدِيْ فِيْمَا أَمْلِكُ وَلَا طَاقَةَ لِي فِيْمَا تَمْلِكُ وَلَا أَمْلِكُ» يعني الميل القلبي.
Artinya: “Ya Allah, inilah kemampuan (keadilan yang bisa aku perbuat dalam hal nafkah dan tempat tinggal) terhadap apa yang aku miliki. Tiada daya bagiku terhadap apa yang engkau miliki dan aku tidak memiliki.”
وكان يقرع بينهن إذا أراد سفرًا. وقد قال الفقهاء يجب على الزوج المساواة في القسم في البيتوتة بإجماع الأئمة. وفيها وفي العطاء أي النفقة عند غالبهم. حتى قالوا يجب على ولي المجنون أن يطوّفه على نسائه.
Beliau mengadakan undian terhadap istri-istrinya jika hendak bepergian. Para fuqaha’ dengan ijma’ (konsensus) para imam, mewajibkan suami agar melakukan persamaan dalam pembagian tempat tinggal dan nafkah. Bahkan jika sang suami gila, walinya wajib menggilirkannya kepada istri-istrinya.
وقالوا لا يجوز للزوج الدخول عند إحدى زوجاته في نوبة الأخرى إلا لضرورة مبيحة. غايته يجوز له أن يسلم عليها من خارج الباب والسؤال عن حالها بدون دخول. وصرحت الكتب بأن الزوج إذا أراد الدخول عند صاحبة النوبة فأغلقت الباب دونه وجب عليه أن يبيت بحجرتها ولا يذهب إلى ضرتها إلا لمانع برد ونحوه. وقال علماء الحنفية أن ظاهر آية:
Suami tidak boleh masuk ke rumah salah satu istri ketika berada pada giliran yang lain kecuali karena terpaksa yang membolehkan untuk masuk. Tapi boleh mengucapkan salam dari luar pintu rumah. Disebutkan dalam beberapa kitab, apabila sang suami hendak masuk ke rumah istri yang mendapat giliran, tapi istri tersebut menutup pintu, sang suami tepat wajib bermalam di kamarnya dan tidak boleh pergi ke kamar (rumah) istri yang lain kecuali ada alasan. Para ulama Madzhab Hanafiyah berpendapat tentang dizahir ayat:
﴿ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً ﴾١.
Artinya: “Kemudian kalau kamu takut tidak bisa berlaku adil maka kawinlah dengan satu istri”. Al-Nisa’ :3.
أن العدل فرض في البيتوتة وفي الملبوس والمأكول والصحبة لا في المجامعة لا فرق في ذلك بين فحل وعنين و مجبوب ومريض وصحيح.
Maksudnya, bahwa keadilan itu, menurut ulama Madzhab Hanafiyah, diwajibkan dalam hal bermalam, pakaian, makanan dan pergaulan, tidak dalam hal hubungan seksual. Keadilan seperti diatas berlaku baik dalam kondisi poten atau dalam kondisi tidak mampu bersetubuh (impoten), dalam kondisi sehat atau sakit.
وقالوا إن العدل من حقوق الزوجية فهو واجب على الزوج كسائر الحقوق الواجبة شرعًا إذ لا تفاوت بينها. وقالوا إذا لم يعدل ورفع إلى القاضي وجب نهيه وزجره. فإن عاد عزر بالضرب لا بالحبس وما ذلك إلا محافظة على المقصد الأصلي من الزواج وهو التعاون في المعيشة وحسن السلوك فيها.
Para ulama berpendapat bahwa keadilan adalah merupakan hak suami istri. Keadilan tersebut merupakan kewajiban suami seperti halnya kewajiban-kewajiban lain tanpa ada bedanya. Menurut mereka, bila suami tidak bisa berlaku adil kemudian mengajukan gugatan kepada qadli (akim), maka ia tidak wajib ditolak. Kalau datang lagi, harus didera dengan cambuk tidak dipenjarakan. Hal itu dilakukan untuk menjaga maksud utama dari pernikahan, yaitu timbulnya kerja sama dalam mencari penghidupan dan kebaikan akhlak di dalamnya.
أفبعد الوعيد الشرعي وذاك الإلزام الدقيق الحتمي الذي لا يحتمل تأويلاً ولا تحويلًا يجوز الجمع بين الزوجات عند توهم عدم القدرة على العدل بين النسوة فضلًا عن تحققه؟ فكيف يسوغ لنا الجمع بين نسوة لا يحملنا على جمعهن إلا قضاء شهوة فانية واستحصال لذة وقتية. غير مبالين بما ينشأ عن ذلك من المفاسد ومخالفة الشرع الشريف.
Apakah setelah adanya ancaman resmi dan keharusan tegas yang tidak membutuhkan penafsiran lagi, kemudian masih tetap melakukan poligami padahal ragu untuk bisa berbuat adil terhadap istri-istrinya ? Bagaimana mungkin diizinkan mengumpulkan wanita-wanita yang berfungsi melepaskan nafsu yang segera lenyap dan mendapatkan kesenangan yang sekejap, tanpa memperhitungkan akibat yang ditimbulkan dari kerusakan-kerusakan dan menentang syari’at yang mulia.
فإنّا نرى أنه إن بدت لإحداهن فرصة للوشاية عند الزوج في حق الأخرى صرفت جهدها ما أستطاعت في تنميقها وإتقانها.
Ketika ada kesempatan bagi seorang istri untuk menghasud (memfitnah) istri yang lain, maka dia berusaha sebisa mungkin untuk meyakinkan dan memperbaiki dirinya.
وتحلف بالله إنها لصادقة فيما افترت (وما هي إلا من الكاذبات) فيعتقد الرجل أنها أخلصت له النصح لفرط ميله إليها ويوسع الآخريات ضربًا مبرحًا وسبًا فظيعًا ويسو مهن طردًا ونهرًا من غير أن يتبين فيما أُلقي إليه.
Dia bersumpah kepada Allah bahwa tuduhannya itu benar dan istri yang lain. adalah pembohong. Setelah pernyataan istri yang memfitnah itu disampaikan, sang suami percaya karena saking cintanya. Dia menganggap bahwa istrinya secara ikhlas menyampaikan dakwaan apa adanya. Namun terhadap istri-istri yang lain sang suami gampang memukul, mengumpat, mencela dan lain sebagainya tanpa alasan,
إذ لا هداية عنده ترشده إلى تمييز صحيح القول من فاسده ولا نور بصيرة يوقفه على الحقيقة فتضطرم نيران الغيظ في أفئدة هاتيك النسوة وتسعى كل واحدة منهن في الانتقام من الزوج والمرأة الواشية. ويكثر العراك والمشاجرة بينهن بياض النهار وسواد الليل.
Karena dia tidak bisa membedakan mana perkataan yang benar dan mana yang salah. Dia tidak mendapatkan cahaya hati yang menunjukkannya kepada hakekat, sehingga timbullah api kemarahan di hati para istri. Masing-masing mereka ingin membalas dendam kepada suami dan istri yang paling dicinta yang berbuat fitnah tadi. Terjadilah percekcokan dan permusuhan diantara mereka siang dan malam.
وفضلًا عن اشتغالهن بالشقاق وعما يجب عليهن من أعمال المنزل يكثرن من خيانة الرجل في ماله وأمتعته لعدم الثقة بالمقام عنده. فإنهن دائمًا يتوقعن منه الطلاق. إما من خبث أخلاقهن أو من رداءة أفكار الزوج. وأيًّا ما كان فكلاهما لا يهدأ له بال ولا يروق له عيش.
Mereka saling bertengkar meskipun harus mengurus pekerjaan rumah tangga. Akhimya mereka berkhianat terhadap harta dan kekayaan suaminya karena tidak yakin dengan kedudukan suami. Mereka masing-masing menuntut talak karena buruknya akhlak para istri atau karena jeleknya pemikiran suami. Maka antara suami istri tidak terdapat ketenangan hati dan kebahagiaan hidup.
ومن شدة تمكن الغيرة والحقد في أفئدتهن تزرع كل واحدة في ضمير ولدها ما يجعله من ألدّ الأعداء لأخوته أولاد النسوة الأخريات. فإنها دائمًا تمقتهم وتذكرهم بالسوء عنده وهو يسمع وتبين له امتيازهم عنه عند والدهم وتعدد له وجوه الامتياز.
Diantara rasa cemburu dan kedengkian dalam hati para istri adalah adanya usaha setiap istri untuk menanamkan ke dalam hati anak-anaknya rasa permusuhan terhadap anak dari istri-istri yang lain. Setiap istri menyebut-nyebut kejelekan anak dari istri yang lain untuk didengar oleh anaknya sendiri lantas mengistimewakan anaknya dari anak-anak yang lain.
فكل ذلك وما شابهه إن ألقي إلى الولد حال الطفولية يفعل في نفسه فعلًا لا يقوى على إزالته بعد تعقله. فيبقى نفورًا من أخيه عدوًا له لا نصيرًا وظهيرًا له على اجتناء الفوائد ودفع المكروه كما هو شأن الأخ.
Lebih dari itu, dia menanamkan kebiasaan-kebiasaan buruk pada masa kecil anaknya sehingga anak tersebut tidak mampu mengelak setelah dewasa. Akibatnya, ia selalu bermusuhan dengan saudara-saudaranya, tidak ada saling tolong menolong, saling memperoleh manfaat atau sama-sama menolak bahaya sebagaimana layaknya orang bersaudara.
وإن تطاول واحد من ولد تلك على آخر من ولد هذه وإن لم يعقل ما لفظ إن كان خيرًا أو شرًا لكونه صغيرًا انتصب سوق العراك بين والدتيهما وأوسعت كل واحدة الأخرى بما في وسعها من ألفاظ الفحش ومستهجنات السب. وإن كنَّ من المخدرات في بيوت المعتبرين: كما هو مشاهد في كثير من الجهات خصوصًا في الريفية.
Jika kondisi demikian berlangsung terus menerus antara anak dengan anak. Masing-masing anak tidak mau menerima pernyataan yang lain karena dianggap rendah, maka akan timbullah pasar peperangan di kalangan ibu mereka. Setiap ibu memperluas permusuhan hingga keluar kata-kata kotor dan umpatan-umpatan jelek, meskipun mereka terpelihara dalam rumah orang-orang terpandang, seperti yang bisa disaksikan di beberapa daerah khususnya di pedesaan (pinggiran).
وإذا دخل الزوج عليهن في هذه الحالة تعسر عليه إطفاء الثورة من بينهن بحسن القول ولين الجانب إذ لا يسمعن له أمرًا ولا يرهبن منه وعيدًا لكثرة ما وقع بينه وبينهن من المنازعات والمشاجرات لمثل هذه الأسباب أو غيرها التي أفضت إلى سقوط اعتباره وانتهاك واجباته عندهن
Ketika dalam kondisi cekcok antara para isteri seperti itu, sulit bagi suami untuk bisa memadamkan api permusuhan antara mereka meskipun dengan kata-kata yang baik dan lembut. Mereka tidak lagi mau mendengar perintah atau larangan suami karena saking seringnya percekcokan dan keributan yang terjadi yang mengakibatkan jatuhnya martabat dan harga diri suami.
أو لكونه ضعيف الرأي أحمق الطبع فتقوده تلك الأسباب إلى فض هذه المشاجرة بطلاقهن جميعًا. أو طلاق من هي عنده أقل منزله في الحب ولو كانت أم أكثر أولاده. فتخرج من المنزل سائلة الدمع حزينة الخاطر حاملة من الأطفال عديدًا فتأوي بهن إلى منزل أبيها إن كان.
Di samping itu, karena suami lemah pandangan, dan mempunyai perangai jelek. Semua itu membawa kepada perceraian secara keseluruhan, atau perceraian terhadap istri yang dianggap paling rendah kedudukannya dalam hal cinta, walaupun ia sebagai ibu yang paling banyak anak. Ibu yang demikian akhirnya keluar rumah dengan menangis, sedih, dan menghiba dengan membawa anak banyak. Ibu itu pulang ke rumah bapaknya kalau masih ada.
ثم لا يمضي عليها بضعة أشهر عنده إلا سئمها فلا تجد بدًا من ردّ الأولاد إلى أبيهم وإن علمت أن زوجته الحالية تعاملهم بأسوأ مما عوملوا به من عشيرة أبيها.
Masa berbulan-bulan yang ada hanya digunakan untuk merenungi nasib sialnya. Dia tidak tega menyerahkan anak-anaknya kepada bapak mereka karena tahu bahwa istri baru bapak mereka akan berlaku lebih jelek dari pada kalau mereka dipelihara di lingkungan embah mereka.
ولا تسل عن أم الأولاد إذا طلقت وليس لها من تأوي إليه فإن شرح ما تعانيه من ألم الفاقة وذلّ النفس ليس بحزن القلب بأقل من الحزن عند العلم بما تسأم به صبيتها من الطرد والتقريع. يئنون من الجوع ويبكون من ألم المعاملة.
Sebenarnya istri yang ditalak oleh suami itu telah mengalami kesedihan karena sudah kehilangan cintanya, tetapi lebih sedih lagi ketika anak-anaknya diusir dan disingkirkan dari orangtuanya. Mereka merintih karena kelaparan dan menangis karena perlakuan yang menyakitkan.
ولا يقال إن ذلك غير واقع فإن الشريعة الغراء كلفت الزوج بالنفقة على مطلقته وأولاده منها حتى تحسن تربيتهم وعلى من يقوم مقامها في الحضانة إن خرجت من عدتها وتزوجت. فإن الزوج وإن كلفته الشريعة بذلك لكن لا يرضخ لأحكامها في مثل هذا الأمر الذي يكلفه نفقات كبيرة إلّا مكرهًا مجبورًا.
Peristiwa semacam diatas bukan tidak pernah terjadi. Syari’at Islam yang benar telah membebani suami untuk memberi nafkah istri yang diceraikan serta anak-anaknya hingga selesai pendidikan mereka, lantas diserahkan kepada orang yang menanggungnya bila sudah habis masa iddah dan sudah menikah. Meskipun syari’at telah membebani suami semacam itu, namun suami tidak mau tunduk kepada hukum-hukum syari’at karena akan menghabiskan biaya (nafkah) besar kecuali hanya terpaksa.
والمرأة لا تستطيع أن تطالبه بحقها عند الحاكم الشرعي إما لبعد مركزه فلا تقدر على الذهاب إليه وتترك بنيها لا يملكون شيئًا مدة أسبوع أو أسبوعين حتى يستحضر القاضي الزوج
Sang istri tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak bisa menuntut haknya kepada hakim karena jauhnya tempat pengadilan. Dia tidak mungkin datang ke Majlis Pengadilan yang jaraknya jauh, sementara anak-anakya ditinggalkan seminggu atau dua minggu tidak memiliki apa-apa hingga sang hakim memanggil bekas suaminya yang akan diadili.
وربما آبت إليهم حاملة صكًا بالتزامه بالدفع لها كل شهر ما أوجبه القاضي عليه من النفقة من غير أن تقبض منه ما يسد الرمق أو يذهب بالعوز ويرجع الزوج مصرًا على عدم الوفاء بما وعد لكونه متحققًا من أن المرأة لا تقدر أن تخاطر بنفسها إلى العودة للشكاية لوهن قواها واشتغالها بما يذهب الحاجة الوقتية أو حياءً من شكاية الزوج.
Barangkali suami akan memberi nafkah setiap bulan kepada istri dan anak-anaknya seperti yang diperintahkan oleh hakim meskipun tidak bisa mencukupi kebutuhan dan menghilangkan kemiskinan. Akan tetapi sang suami tersebut akhirnya pergi tidak mau menepati janji untuk memberi nafkah setiap bulan karena dia yakin bahwa istri yang ditalak itu tidak akan mampu mengadukan nasibnya lagi ke Pengadilan karena lemah, sibuk keseharian, atau rasa malu.
فإن كثيرًا من أهل الأرياف يعدون مطالبة المرأة بنفقتها عيبًا فظيعًا. فهي تفضل البقاء على تحمل الأتعاب الشاقة طلبًا لما تقيم به بنيتها هي وبنوها على الشكاية التي توجب لها العار وربما لم تأت بالثمرة المقصودة.
Bahkan di beberapa desa, seorang yang menuntut nafkah dari bekas suami dianggap sebagai tindakan tercela dan hina, sehingga dengan demikian perempuan tersebut rela menanggung kesengsaraan dari pada menanggung rasa hina mengadukan nasibnya ke pengadilan yang terkadang juga tidak mendapatkan hasil yang diinginkan.
وغير خافٍ إن أرتكاب المرأة الأيم لهذه الأعمال الشاقة ومعاناة البلايا المتنوعة التي أقلها ابتذال ماء الوجه تؤثر في أخلاقها فسادًا وفي طباعها قبحًا مما يذهب بكمالها ويؤدي إلى تحقيرها عند الراغبين في الزواج.
Kesengsaraan yang diderita perempuan itu dan ditimpanya bermacam- macam cobaan bisa mengakibatkan akhlak yang kurang baik dan tabiat jelek sehingga orang-orang yang berminat hendak mengawininya menjadi enggan dan meremehkan.
ولربما أدت بها هذه الأمور إلى أن تبقى أيمًا مدة شبابها تتجرع غصص الفاقة والذل. وإن خطبها رجل بعد زمن طويل من يوم الطلاق فلا يكون في الغالب إلا أقل منزلة وأحقر قدرًا من بعلها السابق. أو كهلًا قلّت رغبة النساء فيه.
Dia hidup menjanda dengan penuh kesedihan dan kehinaan. Barangkali setelah dalam proses panjang, perempuan yang menjanda tersebut dinikahi oleh seorang laki-laki, namun biasanya yang mau adalan laki-laki yang lebih rendah martabatnya dan lebih hina kedudukannya dibanding dengan suami terdahulunya. Mungkin juga akan dinikahi oleh seorang laki-laki tua bangka yang sudah tidak disenangi wanita.
ويمكث زمنًا طويلًا يقدم رجلًا ويؤخر أخرى خشية على نفسه من عائلة زوجها السالف فإنها تبغض أي شخص يريد زواج امرأته وتضمر له السوء إن فعل ذلك. كأن مطلقها يريد أن تبقى أيمًا إلى الممات رغبة في نكالها وإساءتها إن طلقها كارهًا لها.
Laki-laki itu selalu ragu, khawatir kalau suami lama tidak rela kalau bekas istrinya dikawin orang lain seperti keinginannya agar bekas istrinya terus menjanda hingga mati karena kebencian,
أما إذا كان طلاقها ناشئًا عن حماقة الرجل لإكثاره من الحلف به عند أدنى الأسباب وأضعف المقتضيات كما هو كثير الوقوع الآن أشتد حنقه وغيرته عليها وتمنى لو أستطاع سبيلًا إلى قتلها أو قتل من يريد الاقتران بها. وكأنيّ بمن يقولون أن هذه المعاملة وتلك المعاشرة لا تصدر إلا من سفلة الناس وأدنيائهم.
Bahkan ingin kalau ada orang lain yang sanggup membunuh bekas istri itu karena ketika masih jadi suami istri, dia selalu mengumbar janji dan sumpah hingga dalam hal-hal yang remeh sekalipun, seperti sumpah bahwa perlakuan dan tindakan ini hanya bersumber dari orang-orang bodoh dan hina. Inilah kondisi suami istri yang hancur berantakan rumah tangganya.
وأما ذووا المقامات وأهل اليسار فلا نشاهد منهم شيئًا من ذلك فإنهم ينفقون مالًا لبدا على مطلقاتهم وأولادهم منها وعلى نسوتهم العديدات في بيوتهم فلا ضير عليهم في الإكثار من الزواج إلى الحد الجائز والطلاق إذا أرادوا. بل هو الأجمل والأليق بهم اتباعًا لما ورد عنه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Adapun bagi orang yang mempunyai kedudukan dan diberi kemudahan, maka terhadap perempuan-perempuan yang ia talak dan anak-anaknya, diberinya nafkah yang cukup. Orang laki-laki (suami) seperti itu tidak ada bahaya baginya apabila ia kawin dengan beberapa perempuan sebatas yang diperbolehkan. Orang seperti itulah yang paling cocok untuk mengikuti sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
«تَنَاكَحُوْا تَنَاسَلُوْا تَكَثَّرُوْا فَإِنِّي مُبَاهٍ بِكُمُ الْأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
Artinya: “Menikahlah, beranak pinaklah dan berbanyak-banyaklah kamu sekalian, maka sesungguhnya aku membanggakan dengan kalian akan adanya ummat (yang banyak) pada hari kiamat”.
وأما ما يقع من سفلة الناس فلا يصح أن يجعل قاعدة للنهي عما كان عليه عمل النبي والسلف الصالح من الأمة. خصوصًا وآية:
Adapun perkataan orang-orang bodoh tentang penolakan poligami, maka tidak boleh dijadikan kaidah untuk menolak apa yang telah dikerjakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan orang-orang shaleh terdahulu, khususnya pernyataan jelek mereka tentang ayat:
﴿ فَانْكِحُوْا مَا طَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَآءِ مَثْنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَ ﴾١ لم تنسخ بالإجماع. فإذًا يلزم العمل بمدلولها ما دام الكتاب.
Ayat ini secara ijma’ (konsensus para ulama) tidak pernah dihapus sama sekali, maka wajib dikerjakan sesuai dengan konteksnya selama Al-Qur’an masih ada.
نقول في الجواب عن هذا كيف يصح هذا المقال وقد رأينا الكثير من الأغنياء وذوي اليسار يطردون نساءهم مع أولادهن. فتربىّ أولادهم عند أقوام غير عشيرتهم لا يعتنون بشأنهم ولا يلتفتون إليهم.
Namun pembolehan kawin dua, tiga dan empat tidak boleh dibenarkan begitu saja. Kita telah banyak melihat orang kaya dan orang yang diberi kemudahan yang mengusir anak dan istri. Anak tersebut akhirnya dididik (dipelihara) dalam lingkungan keluarga lain yang tidak memperhatikan kondisi dan keadaannya.
وكثيرًا ما رأينا الآباء يطردون أبناءهم وهم كبار مرضاة لنسائهم الجديدات ويسيئون إلى النساء بما لا يستطاع حتى أنه ربما لا يحمل للرجل منهم على تزوج ثانية إلا إرادة الإضرار بالأولى وهذا شائع كثير.
Kita telah melihat pula para orang tua yang mengusir anak-anaknya setelah besar hanya karena ingin mendapatkan kerelaan dari istri baru. Para suami tersebut menjelek-jelekkan istri lama. Mereka itu kawin dengan istri baru hanya untuk membahayakan nasib istri lama. Inilah yang banyak terjadi.
وعلى فرض تسليم أن ذوي اليسار قائمون بما يلزم من النفقات لا يمكننا إلا أن نقول كما هو الواقع إن انفاقهم على النسوة وتوفية حقوق الزوجية من القسم في المبيت ليس على نسبة عادلة كما هو الواجب شرعًا على الرجل لزوجاته فهذه النفقة تستوي مع عدمها من حيث عدم القيام بحقوق الزوجات الواجبة الرعاية كما أمرنا به الشرع الشريف.
Ada dugaan yang bisa diterima bahwa orang laki-laki yang diberi kemudahan memberi nafkah dan hak-hak rumah tangga kepada istrinya seperti tempat tinggal dan lain-lain, tidak memberikannya secara adil seperti kewajiban yang ditetapkan oleh syari’at. Seakan-akan nafkah yang pernah diberikan itu tidak pemah diberikan sama sekali karena tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh syari’at.
فإذًا لا تمايز بينهم وبين الفقراء في أن كلًا قد ارتكب ما حرمته الشرائع ونهت عنه نهيًا شديدا خصوصًا وأن مضرات إجتماع الزوجات عند الأغنياء أكثر منها عند الفقراء كما هو الغالب. فإن المرأة قد تبقى في بيت الغني سنة أو سنتين بل ثلاثًا بل خمسًا بل عشرًا لا يقربها الزوج خشية أن تغضب عليه: من يميل إليها ميلًا شديدًا:
Kalau begitu, tidak ada bedanya dengan orang-orang fakir yang tidak bisa adil dalam poligami, karena keduanya melakukan perbuatan yang dilarang keras oleh syari’at. Bahkan biasanya bahaya yang ditimbulkan istri-istri orang kaya lebih besar dari bahaya yang ditimbulkan istri-istri orang fakir. Terkadang seorang istri telah tinggal dirumah suami kaya satu tahun, dua tahun, tiga, lima, bahkan sepuluh tahun, namun sang suami tidak mendekatinya karena takut bahwa istri yang paling disenangi akan memarahi dia.
وهي مع ذلك لا تستطيع أن تطلب منه أن يطلقها لخوفها على نفسها من بأسه فتضطر إلى فعل ما لا يليق وبقية المفاسد التي ذكرناها من تربية الأبناء على عداوة أخوتهم بل وأبيهم أيضًا موجودة عند الأغنياء أكثر منها عند الفقراء.
Istri yang malang itu tidak bisa menuntut talak dari suami karena takut akan nasib dirinya, sehingga terpaksa berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan kemauannya. Kejelekan-kejelekan yang timbul akibat didikan ibu terhadap anaknya untuk memusuhi saudara-saudara lain ibu juga tampak pada keluarga kaya lebih dari pada keluarga miskin.
ولا تصح المكابرة في إنكار هذا الأمر بعد مشاهدة آثاره في غالب الجهات والنواحي وتطاير شره في أكثر البقاع من بلادنا وغيرها من الأقطار الشرقية.
Maka tidak boleh mengingkari kenyataan yang bisa disaksikan pengaruhnya disegala penjuru itu, serta akibat jeleknya yang terjadi di sebagian besar negeri kita serta negeri-negeri Timur lain.
فهذه معاملة غالب الناس عندنا من أغنياء وفقراء في حالة التزوج بالمتعددات كأنهم لم يفهموا حكمة الله في مشروعيته بل أتخذوه طريقًا لصرف الشهوة واستحصال اللذة لا غير. وغفلوا عن المقصد الحقيقي منه وهذا لا تجيزه الشريعة ولا يقبله العقل.
Inilah perlakuan yang sering terjadi di kalangan orang-orang kaya dan miskin ketika kawin dengan beberapa wanita (berpoligami). Seakan-akan mereka itu tidak memahami hikmah diperbolehkannya berpoligami. Mereka melakukan poligami hanya untuk memuaskan nafsu dan kesenangan belaka Mereka lupa akan tujuan utama berpoligami. Tentu saja tindakan seperti itu tidak diperbolehkan oleh syari’at dan tidak diterima oleh akal.
فاللازم عليهم حينئذٍ إما الاقتصار على واحدة إذا لم يقدروا على العدل كما هو مشاهد عملًا بالواجب عليهم بنص قوله تعالى:
Maka seharusnya mereka itu cukup dengan satu istri saja jika tidak mampu untuk berlaku adil, seperti yang diwajibkan kepada mereka dengan nash:
﴿فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً ﴾٢
Artinya: “Maka jika kamu takut untuk tidak bisa berlaku adil maka kawinlah dengan satu perempuan”. Al-Nisa’ : 3.
وأما آية: ﴿ فَانْكِحُوْا مَا طَابَ لَكُمْ مِّنَ النِّسَآءِ ﴾۳ مقيدة بآية:
Sedangkan ayat:
Artinya: “Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi ….. adalah pernyataan ayat yang muqayyad, yang terkait dengan ayat berikutnya yaitu:
﴿ وَإِنْ خِفْتُمْ ﴾٤ وأما أن يتبصروا قبل طلب التعدد في الزوجات فيما يجب عليهم شرعًا من العدل وحفظ الإلفة بين الأولاد وحفظ النساء من الغوائل التي تؤدي بهن إلى الأعمال الغير اللائقة ولا يحملونهم على الإضرار بهم وبأولادهم ولا يطلقونهن إلا لداع ومقتضىً شرعي
(kalau kamu takut). Atau kalau tidak, mereka berpikir sebelum berpoligami; bisakah dia secara syara’ berlaku adil, memelihara cinta kasih kepada anak-anak, melindungi istri-istri dari bahaya yang mengakibatkan tindakan-tindakan yang tidak patut, tidak membahayakan mereka serta anak-anak, dan tidak mentalak istri-istri kecuali karena dorongan dan kepentingan syara’. Mereka itulah orang-orang yang takut kepada Allah, menjaga syari’at keadilan, dan melindungi kehormatan serta hak-hak kaum wanita, juga menggauli mereka dengan baik dan meninggalkan ketika ada hajat tertentu.
شأن الرجال الذين يخافون الله ويوقرون شريعة العدل ويحافظون على حرمات النساء وحقوقهن ويعاشرونهن بالمعروف ويفارقونهن عند الحاجة فهؤلاء الأفاضل الأتقياء لا لوم عليهم في الجمع بين النسوة إلى الحد المباح شرعًا. وهم وإن كانوا عددًا قليلًا في كل بلد وإقليم لكن أعمالهم واضحة الظهور تستوجب لهم الثناء العميم والشكر الجزيل وتقربهم من الله العادل العزيز اهـ.
Mereka itulah orang-orang yang bertaqwa yang tidak mempunyai cela dan cacat ketika mengumpulkan para wanita sebanyak yang diperbolehkan oleh syari’at. Meskipun orang yang berbuat adil seperti itu di setiap negeri jumlahnya hanya sedikit, akan tetapi perbuatannya jelas perlu mendapatkan pujian besar dan kesyukuran yang banyak serta dekatnya mereka kepada Allah Yang Maha Adil lagi Maha Agung.