الحكمة في عدم جواز نكاح الزائدة على أربع
Hikmah Dilarangnya Nikah Lebih dari Empat
جوَّز الشارع الحكيم للرجل أن يتزوج واحدة واثنتين إلى أربع ولكن بشرط أن يعدل بينهن. وأما الزيادة على الأربع فقد نهى الشارع الحكيم عنها. لأن الجور يتحقق عند الزيادة على هذا العدد كما هو معلوم ومشاهد بالبداهة. ولا يمكن للإنسان أن يمسك نفسه عن الجور مهما كان ومهما أوتي من الحكمة والعلم.
Allah Yang Maha Bijaksana memperbolehkan seseorang untuk menikah satu, dua sampai empat wanita, dengan syarat dia mampu untuk berbuat adil. Allah melarangnya kawin lebih dari empat karena melebihi batas jumlah itu akan mendatangkan aniaya seperti yang telah diketahui dengan jelas. Seorang tidak mungkin mampu untuk menahan diri dari perbuatan aniaya tersebut meskipun telah mempunyai pengetahuan dan ilmu banyak.
ولا يرد علينا رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لأنه عليه الصلاة والسلام معصوم من كل الزلات ولا يقع منه ما يخالف القرآن بحال من الأحوال.
Namun larangan itu tidak berlaku untuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. karena beliau adalah manusia yang terjaga dari kesalahan dan tidak pernah menyalahi al-Qur’an dalam segala keadaan.
وروي أن رجلًا أسلم وتحته عشر نسوة فأمره رسول الله أن يختار منهن أربعة. كما روي أن قيس بن الحارث أسلم وتحته ثماني نسوة فأمره رسول الله أن يختار منهن أربعة وقد ورد في البدائع ما يأتي:
Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bernama Ghailan masuk Islam sedang istrinya berjumlah sepuluh orang. Maka Rasulullah menyuruhnya untuk memilih empat diantara mereka. Di sebutkan pula bahwa Qais bin al-Haris masuk Islam dengan delapan istri, maka Rasulullah menyuruhnya untuk memilih empat diantara mereka. Dalam kitab al-Badai’ disebutkan:
روي أن رجلًا أسلم وتحته ثمان نسوة فأسلمن فقال له رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
“Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki masuk Islam dengan mempunyai delapan orang istri. Kedelapan istrinya itu kemudian turut masuk Islam. Maka Rasulullah mengatakan kepadanya:
«اِخْتَرْ مِنْهُنَّ أَرْبَعًا وَفَارِقِ الْبَوَاقِيَ»
Artinya: “Pilihlah empat diantara mereka dan pisahlah sisa yang lain“.
أمره رسول الله بمفارقة البواقي. ولو كانت الزيادة على أربع حلالًا لما أمره. فدل أنه منتهى العدد المشروع وهو الأربع. ولأن في الزيادة عن الأربع خوف الجور عليهن بالعجز عن القيام بحقوقهن.
Rasulullah menyuruhnya untuk memisahkan sisa yang lain. Kalau saja kawin lebih dari empat diperbolehkan karena Rasulullah menyuruh umpamanya, namun itupun akan menunjukkan bahwa kawin lebih dari empat melampaui batas. Kawin lebih dari empat dikhawatirkan akan menimbulkan aniaya karena tidak mampu memberikan hak-hak istri-istrinya.
لأن الظاهر أنه لا يقدر على الوفاء بحقوقهن. وإليه وقعت الإشارة بقول عز وجل:
Dan dalam kenyataan memang mereka tidak mampu memberikan hak-hak tersebut. Di situlah letak isyarat dari pada firman Allah :
﴿ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا نَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً ﴾١
Yaitu kalau khawatir tidak bisa berlaku adil dalam pembagian kebutuhan seks, nafkah dan lain-lain jika kawin dua, tiga atau empat, maka satu saja.
أي لا تعدلوا في القسم والجماع والنفقة في نكاح المثنى والثلاث والرباع. بخلاف نكاح رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لأن خوف الجور منه غير موهوم لكونه مؤيدًا على القيام بحقوقهن بالتأييد الآلهي. فكان ذلك من الآيات الدالة على نبوته.
Lain halnya dengan nikahnya Rasulullah. Bagi Rasulullah tidak ada kekhawatiran sama sekali untuk berbuat aniaya karena beliau kuat untuk memberikan hak-hak istri dengan kekuatan illahi yang hal itu merupakan tanda-tanda kenabiannya.
لأنه آثر الفقر على الغنى والضيق على السعة وتحمله الشدائد والمشاق على الهوينا في العبادات والأمور الثقيلة. وهذه الأشياء أسبابها قطع الشهوات والحاجة إلى النساء. ومع ذلك كان يقوم بحقوقهن. دل على أنه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنما قدر على ذلك بالله تعالى.
Di samping itu, karena Rasulullah lebih memuliakan orang fakir dari pada orang kaya, lebih memperhatikan kesusahan dari pada kelapangan hidup. Kesengsaraan dan kesusahan membawanya kepada tekun dalam beribadah dan sanggup melakukan hal-hal yang berat. Yang menyebabkan beliau mampu berbuat begitu adalah karena beliau memutus syahwat dan keinginan kepada perempuan, meskipun beliau tetap memberikan hak-hak terhadap istri-istrinya. Hal itu menunjukkan bahwa beliau mampu melakukan semua itu karena Allah.
وأما الآية فلا يمكن العمل بظاهرها لأن المثنى ليس عبارة عن الإثنين ولا الثلاث عن الثلاث والرباع عن الأربع. بل أدنى ما يراد بالمثنى مرتان من العدد وأدنى ما يراد بالثلاث ثلاث مرات من العدد وكذا الرباع. وذلك يزيد عن التسعة وثمانية عشر ولا قائل به.
Ayat tentang poligami tersebut tidak boleh diartikan secara lahiriah, karena “مَثْنَى” tidak berarti dua, “ثُلَاثَ” tidak berarti tiga ( , dan ” رُبَاعَ” tidak berarti empat ( أَرْبَعَةٌ ), bahkan ada yang mengartikan “مَثْنَى” berarti dua kali bilangan, “ثُلَاثَ” berarti tiga kali, dengan demikian lebih dari 9 dan 18, tentu paham demikian itu tidak ada yang sependapat.
فدلّ أن العمل بظاهر الآية متعذر فلا بدّ من تأويل. ولها تأويلان.
Hal itu menunjukkan bahwa melaksanakan lahiriyah ayat tersebut tidak boleh, maka harus ditafsirkan. Dalam ayat tersebut terdapat dua tafsiran:
أحدهما: أن يكون على التخيير بين نكاح الإثنين والثلاث والأربع. كأنه قال عز وجل: مثنى أو ثلاث أو رباع. وإستعمال الواو مكان أو جائز.
- Menunjukkan pilihan antara nikah dua, tiga atau empat. Seakan-akan Allah berfirman:
مَثْنَی اَوْ ثُلَاثَ أَوْرُبَاعَ
Di dalam ayat tersebut penggunakan kata “ وَ “ mempunyai arti “ اَوْ “
والثاني: أن يكون ذكر هذه الأعداد على التداخل وهو أن قوله: «وثلاث» تدخل فيه الإثنان. وقوله عز وجل : ﴿ ورباع ﴾ يدخل فيه الثلاث. كما في قوله تعالى:
- Menunjukkan keterlibatan. Firman Allah وَثُلَاثَ terlibat dalamnua dua, dan firman-Nya رُبَاعَ terlibat di dalamnya bilangan tiga. Seperti firman Allah:
﴿ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُوْنَ بِالَّذِى خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ ﴾١ ثم قال عز وجل:
Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa…… Fushilat 9.
Kemudian ada ayat lain:
﴿ وَجَعَلَ فِيْهَا رَوَاسِيَ مِن فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيْهَا وَقَدَّرَ فِيهَآ أَفْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ ﴾٢
Artinya: “Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuninya dalam empat masa…” Fushilat: 10.
واليومان الأولان داخلان في الأربع. اهـ:
Dua masa yang disebut oleh ayat pertama terlibat dalam pengertian empat masa pada ayat kedua.