آداب الرؤيا:
Adab Melihat Mimpi:
قال الأستاذ أبو سعيد رضي الله عنه: لما رأيت العلم تتنوع أنواعًا منها ما ينفع في الدنيا دون الدين، ومنها ما ينفع فيهما جميعًا، وكان علم الرؤيا من العلوم النافعة دينًا استخرت الله تعالى في جمع صدر منه، سالكًا نهج الإختصار، مستعينًا بالله في إتمامه على ما هو أرضى لديه وأحب إليه، ومستعيذًا به من وباله وفتنته، والله تعالى ولي التوفيق وهو حسبنا ونعم الوكيل.
Ustadz Abu Said rahimahullah berkata:
Ketika saya melihat ilmu itu beragam jenisnya, ada yang bermanfaat di dunia namun tidak di akhirat, dan ada pula yang bermanfaat di keduanya. Ilmu tentang mimpi termasuk dalam ilmu yang bermanfaat bagi agama, maka saya memohon petunjuk kepada Allah untuk mengumpulkan inti sari dari ilmu tersebut. Saya menempuh jalan singkat, memohon pertolongan Allah untuk menyempurnakannya sesuai dengan apa yang Dia ridhai dan cintai. Saya juga berlindung kepada-Nya dari keburukan dan fitnah-Nya. Sesungguhnya Allah-lah yang memberi taufik dan Dialah sebaik-baik pelindung.
قال الأستاذ أبو سعيد: يحتاج الإنسان إلى إقامة آداب لتكون رؤياه أقرب إلى الصحة، فمنها أن يتعود الصدق في أقواله، لما روي عن النبي ﷺ أنه قال: «وأصدقكم رؤيا أصدقكم حديثًا».
Ustadz Abu Said berkata: Manusia membutuhkan beberapa adab agar mimpinya lebih mendekati kebenaran. Salah satunya adalah membiasakan diri untuk jujur dalam ucapan, karena telah diriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda: “Sejujurnya kalian adalah yang paling benar mimpinya.”
ومنها أن يحافظ على استعمال الفطرة١ جهده،فقد روي عن النبي ﷺ أنه كان يسأل أصحابه كل يوم: هل رأى أحد منكم البارحة رؤيا؟ فيقصونها عليه، فيعبرها لهم، ثم سألهم أيامًا فلم يقص عليه أحد منهم رؤيا فقال: كيف ترون وفي أظفاركم الرفع٢، وذلك أن أظفارهم قد طالت، وتقليمها من الفطرة، ومنها أن ينام على طهر،
Salah satu adab lainnya adalah menjaga kebersihan sesuai fitrah semaksimal mungkin. Telah diriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa beliau pernah bertanya kepada para sahabat setiap hari, “Apakah ada di antara kalian yang melihat mimpi semalam?” lalu mereka menceritakan mimpinya kepada beliau, kemudian beliau menafsirkannya untuk mereka. Lalu pada beberapa hari berikutnya beliau bertanya lagi, namun tidak ada seorang pun yang menceritakan mimpinya. Beliau bersabda, “Bagaimana kalian bisa melihat mimpi sedangkan kuku kalian panjang?” Hal itu karena kuku mereka telah panjang, dan memotong kuku adalah bagian dari fitrah. Salah satu adab lainnya adalah tidur dalam keadaan suci.
وقد روي عن أبي ذر رضي الله عنه تعالى قال: أوصاني خليلي بثلاث لا أدعهن حتى أموت: صوم ثلاثة أيام من كل شهر، وركعتي الفجر، وأن لا أنام إلا على طهر.
Telah diriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau berkata, “Khalilku (sahabatku – maksudnya Nabi ﷺ) menasihatiku dengan tiga hal yang tidak akan saya tinggalkan sampai aku mati: puasa tiga hari setiap bulan, shalat sunnah subuh dua rakaat, dan tidak tidur kecuali dalam keadaan suci.”
ومنها أن ينام على جنبه الأيمن، فإن النبي ﷺ كان يحب التيامن في كل شيء، وروي أنه كان ينام على جنبه الأيمن، ويضع يده اليمنى تحت خده الأيمن، ويقول: اللهم قني عذابك يوم تجمع عبادك.
Salah satu adab lainnya adalah tidur miring ke sisi kanan, karena Nabi ﷺ menyukai segala sesuatu yang berada di sebelah kanan. Diriwayatkan bahwa beliau tidur miring ke sisi kanan, meletakkan tangan kanan di bawah pipi kanan, dan berdoa, “Ya Allah, lindungilah aku dari siksa-Mu pada hari Engkau mengumpulkan hamba-hamba-Mu.”
وروي أن عائشة رضي الله عنها كانت إذا اتخذت مضجعها قالت: اللهم إني أسألك رؤيا صالحة غير كاذبة، نافعة غير ضارة، حافظة غير ناسية، وفي بعض الأخبار أن من سنة النائم أن يقول إذا أوى إلى فراشه: اللهم إني أعوذ بك من الإحتلام وسوء الأحلام، وأن يتلاعب بي الشيطان في اليقظة والمنام.
Diriwayatkan pula bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika hendak tidur, beliau berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu mimpi yang baik, tidak bohong, bermanfaat, tidak merugikan, mudah diingat, dan tidak dilupakan.” Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa sunnah bagi orang yang hendak tidur adalah mengucapkan ketika hendak berbaring, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari mimpi buruk, dari bisikan setan baik saat terjaga maupun tidur.”
١ الفطرة: أي خصال الفطرة المسنونة في النظافة.
Fithrah: Sifat asli manusia yang suci dan bersih.
٢ الرفع: كل موضع يجتمع فيها الوسخ من البدن.
Raf’u: Bagian tubuh yang mudah kotor, seperti sela-sela jari dan bawah kuku.
Kitab Tafsir Ahlam – Ibnu Sirin Halaman 13 Cetakan Daarul Ma’rifah 2002
Jika menemukan kesalahan ketik, baris, terjemah, dan makna silahkan email kami di [email protected]
#tafsirmimpi #tafsirmimpiibnu sirin #ibnusirin #tafsirahlam #ahlam #tafsirmimpiibnusirin #mimpi #adabmelihatmimpi #melihatmimpi #adab #berbaringkekanan
