LADUNI.ID, Jakarta – Tulisan ini merupakan sesi pengantar penulis kitab Syajaratul Ma’arif: Tangga Menuju Ihsan, yang ditulis oleh Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam. Di dalam edisi ini akan dibahas tentang penjelasan tentang Cara Pemuliaan dan Pelajaran Penting. Selamat membaca.
***
LADUNI.ID, Jakarta – Barang siapa yang mengutamakan makhluk dalam semua sebab dari sebab-sebab itu maka dia menjadi semulia-mulia makhluk dan paling dicintai di mata Sang Khalik. Dan, setiap sebab dari sebab-sebab ini memiliki tingkatan di mana sebagian yang satu lebih utama dari sebagian yang lain.
Tingkatan para nabi itu berbeda-beda, demikian pula dengan para rasul, para arifin, para zahid, para abid dan orang-orang yang memiiliki perilaku mulia dan akhlak yang terpuji. Kenabian dan risalah merupakan seutama-utama sebab dan para rasul itu lebih utama dari para nabi, para nabi lebih utama dari pada arif, para arif lebih utama dari para amil, para amil berbeda-beda di kalangan mereka sesuai dengan kadar amal yang dilakukan. Demikian pula dengan tingkatan ilham, keramat dan derajat keukhrawian.
Walaupun para hamba berbeda-beda dalam sebab-sebab dan sifat, namun jika jenis sifat-sifat itu menyatu, maka orang yang memiliki sifat-sifat itu lebih banyak maka ia jauh lebih utama dari yang lain.
Maka, orang yang sangat takut pada Allah, memiliki tawakkal yang tinggi atau memiliki keengganan yang memuncak dan cinta yang mendalam kepada Allah jauh lebih mulia dari yang lain. Jika sifat-sifat ini berbeda-beda, maka keutamaan seseorang diukur dengan yang paling mulia kadarnya dan paling agung faedahnya.
Orang yang memiliki rasa mahabah jauh lebih utama dari yang memiliki rasa khauf (khaif), orang shalat lebih utama daripada orang yang berwudhu’, seorang yang sedang berada di medan juang jauh lebih utama daripada yang haji, orang yang melakukan perbuatan yang fardhu jauh lebih utama daripada orang yang melakukan shalat nafilah. Demikian pula dengan hal-hal yang bersifat taqarrub.
Pelajaran Penting
Ma’rifah itu mengantarkan pelakukanya pada semua ketaatan, dan sifat-sifat yang alami mengantarkan pada sebagian ketaatan, maka jika kedua pedorong ini bertemu, ia akan semakin kuat dan abadi.
Maka, pengorbanan seorang arif yang dermawan, kecemburuan seorang arif yang pencemburu, kasih seorang arif yang pengasih jauh lebih kuat dan utama dari kecemburuan orang lain dan kasih sayang yang lainnya. Sebab, kearifannya senantiasa mendorongnya dan tabiatnya mengajaknya ke sana. Demikian pula, seorang pemalu yang arif pada kejelekan, dengan sebab ma’rifah dan rasa malunya ia akan mencegah dirinya demikian semua bentuk kejelekan.
Oleh sebab itula, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الناس معادن القصة والذهب خيارهم فى الجاهلية خيارهم فى الاسلام اذا فقهم
Artinya: “Manusia itu laksana barang tambang emas dan perak, yang terbaik di antara mereka di masa jahiliyah akan menajdi yang terbaik dalam Islam jika mereka paham.” (H.R. Muslim 2638 dan sebagian riwayat Al-Bukhari: 3353, 33378 dan 2526).
Sebab tabiat alami dan kepahaman mereka serta keimanannya akan mendorongnya pada akhlak-akhlak yang mulia.
Sumber: Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam. Syajaratul Ma’arif Tangga Menuju Ihsan, penj. Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2020.