Oleh : Ustadz Ahmad Al-Farisi, S.Ag – Pimpinan Pondok Pesanteren Markazul Lughoh
Salah seorang sahabat saya bercerita, bahwa dia memiliki guru yang luar biasa sabar dan ikhlasnya. saking sabarnya guru tersebut ketika pelajaran sang guru berlangsung, para santri hampir semuanya tertidur – kebetulan pas pelajaran nahwu jurumiyyah – mungkin karena dirasa pelajaran tersebut membosankan akhirnya mereka tidur, dan uniknya tatkala sang guru berkata “Wallahua’lam Bishowab” semua santri terbangun. dan kejadian ini sering terjadi dipondok tersebut.
Tapi yang unik, sang guru tak marah atau sakit hati melihat santrinya begitu, ia sabar dan terus mendoakan para santrinya. menurut penuturan sahabat saya sang guru hanya mengulang-ngulang pelajaran yang itu-itu saja sehingga membuat santri mengantuk.
Tapi Subhanallah, ia bercerita bahwa setelah ia pindah pondok, barulah ia memahami maksud perkataan gurunya selama ini yang diulang-ulang. ternyata, sang guru selama ini sedang merekamkan hapalan-hapalan itu pada murid-muridnya meskipun para murid banyak yang tertidur, tapi dialam bawah sadarnya rekaman ilmu itu sedang berjalan. sehingga setelah mereka bertemu guru yang bisa menjelaskan, mereka sangat mudah untuk mencernanya karena sudah sangat terekam dikepalanya.
Nah, pelajaran yang bisa kita ambil. belajarlah untuk tidak memaksakan orang lain untuk menghargai kita, menghormati kita, mendengarkan kita, biarlah mereka secara natural menghargai kita, menghormati kita, dan mendengarkan kita tanpa kita menyindirnya dan menegurnya tidak menghargai kita.
Jadilah pribadi yang dicintai sehingga kita mudah dicintai, jadilah pribadi yang berharga sehingga kita mudah dihargai, jadilah pribadi yang tulus sehingga orang mudah memaklumi kita.
Syaikh Abdul Wahhab as-Sya’rani berkata dalam Kitab “Al-Bahjah” kurang lebih isinya, Bahwa seorang yang memiliki akhlaq tinggi tidak mudah menyalahkan sikap orang lain meskipun dirinya tau orang lain yang bersalah, tapi mereka segera menyalahkan dirinya sendiri terlebih dahulu, karena kesalahan orang lain terhadap dirinya, bisa jadi adalah balasan dari kesalahan dirinya terhadap orang lain.
Semoga Allah SWT kita bisa meneladani Akhlaq dan kesabaran para guru-guru kita, aamiiin..