Abaatahu
Qasidah “Abaatahu” adalah sebuah komposisi puisi Arab yang menggambarkan rasa keterhubungan spiritual antara penyair dengan figur yang disebutkan dalam qasidah tersebut. Dalam qasidah ini, penyair dengan penuh penghormatan dan rasa cinta, merujuk kepada figur yang dia sebut sebagai “Abaatahu”, yang secara harfiah berarti “Ayahnya” atau “Bapaknya”. Meskipun disebut “Ayahnya”, namun dalam konteks qasidah ini, tidak dimaksudkan secara harfiah sebagai figur ayah biologis, melainkan sebagai simbol atau representasi dari sesuatu yang lebih tinggi dan spiritual.
Pesan yang diungkapkan dalam qasidah ini adalah mengenai keterhubungan penyair dengan “Abaatahu” yang dianggap sebagai pemberi petunjuk dan guru spiritual. Penyair merasa dididik dan diajar oleh “Abaatahu”, serta merasa bahwa petunjuk dan nasihat dari “Abaatahu” mengalir seperti darah dalam dirinya. Penyair menggambarkan bahwa “Abaatahu” adalah sumber cahaya yang membimbingnya dalam kegelapan, seperti bintang yang mengarahkan perjalanannya.
Selain itu, qasidah ini juga mengekspresikan keinginan penyair untuk tetap dekat dengan “Abaatahu” dan mengandalkan pertolongan dan dukungannya. Penyair percaya bahwa kehadiran “Abaatahu” akan menjadi pelindung dan penolongnya, bahkan dalam menghadapi musuh-musuhnya. “Abaatahu” dianggap sebagai sumber kebahagiaan, kekayaan, dan kehormatan dalam kehidupan dunia, dan penyair memohon agar kasih sayang “Abaatahu” tetap berlanjut.
Meskipun terlihat ada suatu bentuk permohonan atau doa kepada “Abaatahu”, namun penyair juga menunjukkan rasa penghormatan dan kesadaran akan kemuliaan dan kebesaran “Abaatahu”. Penyair tidak berani menganggap bahwa doanya akan dapat mengganggu kedudukan dan kemuliaan “Abaatahu”. Sebaliknya, penyair merasa bahwa “Abaatahu” mampu mengerti situasi dan keadaannya, dan berharap bahwa melalui keberadaan dan pengaruh “Abaatahu”, dia akan mendapatkan kedekatan dengan Allah SWT.
اَبَتاهُ
اَبتَاهُ اَنْتَ مُوَجْهِى — وَمُؤَدِّبِيْ وَمُعَلِّمِىْ
اَبَتَاهُ حَاشَا اَلْتَهَىْ — فَبِذَاةِ نَصُحْكَ فِيْ دَمِيْ
فَانْهَ تَرَانِى الْمُنْتَهِىْ — وَأَمُرْكَ اَمْرُكَ مُلْزِمِىْ
فِي كُلِّ يَوْمٍ اَشْتَهِىْ — فِي أَنَّا قَلْبَكَ رَاحِمِيْ
اَبَتَاهُ نُوْرُكَ لِلْهُدٰى — كَالنَّجْمِ يَهْدِيْ وِجْهَتِيْ
اَبَتَاهُ جَاهُكَ لِىْ غَدَا — عِنْدَ الْإِلٰهِ وَسِيْلَتِىْ
اَبَتَاهُ اِنْ حِمَى الْعِدَا — حَوْلِى جَعَلْتُكَ عُدَّتِىْ
لِتَكُوْنَ فِى قَلْبِيْ الرَّدٰى — عَوْنًا لِتَصْفُوَ عِيْشَتِىْ
اَبَتَاهُ عِزِّىْ فِي الدُّنَا — يَبْدُوْ بِقَوْلِى يَا أَبِىْ
اَبَتَاهُ مَالِىْ وَالْغِنٰى — اِنْ كَانَ بِرُّكَ مَطْلَبِىْ
اَبَتَاهُ أَحْيَا فِى هَنَا — مَا دَامَ حُبُّكَ مَذْهَبِيْ
حَاشَايَ اَلْقٰى لِلْعَلاَ — وَاللهِ قُرُبَكَ وَاهِبِىْ
اَبَتَاهُ هَاتِ مُهْجَتِىْ — لِلّٰهِ تَدْعُوْ سَائِلَا
اَبَتَاهُ حَاشَا دَعْوَتِيْ — يَوْمًا تُرَدُّ وَخَائِفَا
اَبَتَاهُ اَنتَ لِحَالاَتِىْ — اَدْرٰى وَتَعْلَمُ مَاضِيَا
فَعَسٰى بِجَاهِكَ قُرْبَتِيْ — تَغْدُوْ قَرِيْبًا زَائِلَ
Ayah, Ayah, Engkau pemberi arah bagiku, pengajar dan pembimbingku,
Ayah, mustahil aku terlena, sebab nasihatmu mengalir dalam darahku,
Engkau melihatku mencapai batas, segala perintahmu menjadi tugas bagiku,
Setiap hari, aku rindu, di saat hatimu penuh belas kasihan terhadapku.
Ayah, cahayamu menjadi petunjuk dalam kegelapan, seperti bintang yang membimbing jalanku,
Ayah, kebesaranmu menjadi harapanku di hadapan Tuhan, sebagai perantara bagiku,
Ayah, bila musuh datang mengancam, Engkau menjadi perlindunganku,
Agar dalam hatiku tetap ada ketenangan, menjadi penopang kehidupanku.
Ayah, engkau adalah kebanggaanku di dunia ini,
terpancar dalam kata-kataku, “Wahai Ayahku”,
Ayah, harta dan kekayaan, aku tak berkeberatan, jika berkahmu menjadi tujuan pencarianku,
Ayah, hidupku terjaga di dunia ini, selama cinta kepadamu menjadi pilihan jalan hidupku,
Tak mungkin aku menyerah pada ambisi yang menghampiri,
demi Engkau, pemberi kedekatan yang tak terhingga.
Ayah, ijinkan aku meraih harapanku, untuk kebaikan, doaku terhampar sebagai permohonan,
Ayah, mustahil aku mendoakanmu dengan sikap merendahkan, di hari ketika doaku dikabulkan dengan rasa takut dan cemas,
Ayah, Engkau mengerti segala kondisiku, mengetahui masa laluku yang telah terlalu jauh,
Semoga dengan kemuliaanmu, aku mendekat, saat yang akan datang menjauhkan segala sesuatu.